Share

3. Fotokopi

Hari ketiga magang, Bagas bakal ditempatkan di tim sales Pak Agung. Masih pagi, kantor masih sepi, dia sudah diwanti-wanti oleh Doni si senior magang.

“Lo kudu ati-ati di tim Pak Agung,” kata Doni ke Bagas. “Ati-ati bosen maksudnya.”

“Hah, kenapa?” tanya Bagas.

“Pak Agung tuh ketat banget, males ngurusin anak magang. Paling juga lo bakal disuruh fotokopi, itu udah bagus gak dicuekin.”

“Lho kok? Emang kerjaan anak magang gitu doang?”

“Gue udah dua bulan di sini, paling banter disuruh ngerapihin data di sheet doang kalau ikut tim dia. Sabar-sabar aja, kayaknya lo bakal ikut tim Pak Agung seminggu ke depan.”

“Emang gak ada kerjaan diminta ikut jualan gitu? Turun ke lapangan?” tanya Bagas.

“Ada sih, tapi di tim lain. Tim Pak Reno tuh paling asyik, anak magang beneran kerja.”

“Tapi kita …”

“Pagi semua,” seperti biasa, Mas Ardi datang menyela. 

“Sip hari ini bagi tugas ya, sesuai kemarin. Bagas dan Silvi gabung tim Pak Agung dulu ya. Masih hari pertama, jadi mungkin gak akan banyak kerja dulu,” kata Mas Ardi. “Yuk mencar!”

Sesuai instruksi, Bagas dan Silvi bergabung dengan tim Pak Agung. Divisi sales terdiri dari beberapa tim, setiap tim terdiri dari beberapa anggota. Kali ini Bagas bergabung dengan tim Pak Agung, salah satu sales senior.

Ada satu ruangan besar terbuka dengan cubicle terkelompok untuk masing-masing tim. Suasana kantor sudah ramai di pagi hari, ada beberapa tim siap turun ke lapangan. Bagas dan Silvi berjalan bersama ke lokasi tim Pak Agung.

“Pagi pak,” kata Silvi. “Kami anak magang, saya Silvi, ini Bagas. Hari ini kami diarahkan ikut tim Pak Agung.”

Silvi bicara dari area samping meja terluar. Meja Pak Agung ada di area paling dalam, sekitar 6-7 pegawai lain tampak sibuk dengan urusannya masing-masing. 10 detik berlalu, hening tidak ada yang menanggapi.

“Selamat pagi pak,” giliran Bagas bicara. “Kami izin melakukan tugas magang di sini, mohon bantuannya.”

“Masuk aja,” kata salah satu pegawai muda. “Langsung ke sana,” sambungnya sambil menunjuk meja Pak Agung.

“Eh … makasih Mas,” jawab Silvi.

Keduanya berjalan mendekat, Bagas dan Silvi. Pak Agung tampak fokus menatap layar laptop, segelas kopi masih beruap terletak di samping kanan. Jarinya mengetuk-ngetuk meja.

“Permisi pak, kami berdua anak magang,” ujar Bagas. “Kata Mas Ardi kami dapat tugas di tim Pak agung.”

Pak Agung mengangkat kepala, belum buka suara. Dia menatap Bagas dan Silvi lekat-lekat. Tatapan tajam, seolah-olah perang mental. Silvi harus memalingkan muka.

“Anak magang ya,” Pak Agung akhirnya bersuara. “Hmm, padahal saya sudah bilang gak perlu.”

“Iya pak, kami …” Silvi belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Pak Agung kembali menyela.

“Saya tegaskan sama kalian berdua, sebenarnya saya gak suka dengan anak magang.” ucapan Pak Agung pedas diikuti keheningan panjang.

“Tapi, kata Mas Ardi, kami …”

“Ya, ya, ya, saya tahu. Ini keputusan perusahaan, saya sudah berusaha menolak, tapi ya gimana lagi,” Pak Agung kembali menyela.”

Percakapan ini singkat, tapi menandai awal yang buruk bagi Bagas dan Silvi. Mereka baru mulai magang, tapi sepertinya seminggu ke depan akan panjang.

“Oke, tempat kalian berdua di situ,” kata Pak Agung sambil menunjuk dua meja kosong di pojokan. “Saya gak peduli kalian mau ngapain, asal jangan sampai ganggu kerja tim saya.”

“Kami gak diberi pekerjaan pak?” tanya Bagas memberanikan diri.

“Emang kamu bisa apa? Udah sana, saya mau kerja.”

Bagas dan Silvi saling menoleh, menatap heran wajah satu sama lain. Silvi akhirnya memberi kode untuk bergerak ke meja mereka yang ditunjuk Pak Agung.

“Jangan cari masalah,” kata Silvi. “Udah ikut aja, kita masih baru.”

“Iya deh, tapi masak kayak gitu sama anak magang.”

“Udah, yang penting laporan kita kelar kan. Inget kata Mas Doni.”

Bagas dan Silvi akhirnya duduk di meja kosong di sudut. Silvi di sisi luar, Bagas di sisi dalam dekat dengan para pegawai. 10 menit mereka duduk bingung apa yang harus dilakukan, sampai akhirnya salah satu pegawai bicara.

“Eh, lo yang kemarin bikin heboh kantor ya,” katanya menunjuk Bagas. “Lo pake datengin chef segala, anak orang kaya lo ya.”

“Enggak mas aku …”

“Udah santai aja, gue nyantai kok. Lo anak magang kan, butuh kerjaan dong?”

“Iya mas, kalau ada.”

“Nah sip,” katanya seraya menyerahkan setumpuk dokumen ke Bagas. “Nih, fotokopi ya, masing-masing dua lembar. Mesin fotokopi ada di belakang sana.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status