Share

Ikhtiar

Setiap hari aku dilanda kegelisahan. Bukan karena sikap Mamah yang masih garang, tapi karena Oneng. Kini dia memang berhijab, tapi pakaiannya semakin ketat.

Sudah satu minggu Oneng bekerja dan belum ada kesalahan fatal yang dia lakukan selain sering mengerlingkan mata pada Mas Hasan. Aku cemburu, takut. Lebih takut dari saat Yanti mendekati Mas Hasan. Terlebih dia mampu mengurus Mamah dengan baik. Mamah terlihat nyaman di dekatnya.

“Mikirin apa sih, Dek?“ tanya Mas Hasan yang baru masuk ke kamar. Dari bakda isya, Mas Hasan selalu menemani Mamah dan akan ke kamar setelah Mamah tidur.

“Nggak apa-apa, Mas.“ Aku menjawabnya dengan gamang.

“Dek, besok suruh Oneng berhenti,“ kata Mas Hasan.

“Loh kenapa Mas?“ tanyaku bingung.

“Dia nggak bener, Dek. Pamper Mamah diganti pas pagi aja,“ jawab Mas Hasan. Bibirnya mengerucut kesal.

“Masa sih Mas?“

“Iya, Dek. Mamah yang bilang. Oh iya, Mamah pengen berobat katanya. Tolong cariin rumah sakit yang bagus ya, Dek.“ Mas Hasan berkata sambil melepaskan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status