"Nona Cia!" panggil Kevan. "Cia! Ciara Darwin!"Kevan memanggil nama Ciara berulang kali karena gadis itu tiba-tiba diam. Ciara tidak menyahut. Dia tidak bereaksi apa-apa, selain memegangi dadanya. Wajah Ciara berubah pucat. Bibirnya terkelupas, bahkan sebagian mengeluarkan darah. Kali ini, Kevan mengguncang tubuh Ciara sambil memanggil-manggil Ciara."Cia! Kamu kenapa? Jawab aku!""Kakak, aku ... aku ...." Suara Ciara bergetar seperti sedang menahan sakit.Sekarang, hidung Ciara mengeluarkan darah. Ciara mengusap darah yang mengalir dengan ujung-ujung jarinya. "Ya Tuhan!"Kevan melihat dengan mata kepala sendiri proses terjadinya pendarahan pada hidung dan bibir Ciara. Kevan berjongkok membelakangi Ciara. Gadis itu menatap Kevan aneh. "Ngapain?" tanya Ciara pelan."Cepat naik!" perintahnya."Nggak," tolak Ciara cepat-cepat."Naik ke punggung aku sekarang! Kamu itu mimisan. Kamu barus dapet pertolongan pertama, Ciul!"Karena desakan Kevan, akhirnya Ciara naik ke punggung Kevan."K
"Apa Tunangan Nona Cia nggak ke sini, Tuan?" tanya Kevan. Dia sama sekali tidak mendengar kabar tentang Miguel.Kevan dan Rudi sedang bercakap-cakap di ruang keluarga tepat di dalam kamar rawat inap Ciara. Sedangkan Bima menemani Felicia di kamar Ciara.Rudi menyudah sibuk dengan ponselnya. Dia menoleh ke arah Kevan. "Nggak, Van. Telpon saya aja enggak," balas Rudi dengan kecewa. "Saya juga males banget telpon dia."'Kurang ajar!' maki Kevan kesal. 'Dia bener-bener nggak peduli sama Cia.'"Dia mungkin masih marah sama saya, Van." Rudi meletakkan ponsel di atas meja. "Gara-gara saham tambang emas itu, Tuan?" "Iya, Van. Dia ingin kuasai saham perusahaan saya setengahnya."Rudi tidak tahu bahwa Kevan sedang mengepalkan tangannya. Dia menahan emosi agar tidak meledak di depan Rudi."Kalau boleh tahu, apa alasannya?" Kevan tidak pernah kehabisan pertanyaan tentang Miguel. Karena dia ingin menyingkirkan pria itu. "Jujur aja, semua itu karena keluarganya udah banyak bantu pengobatan Cia,
"Lagi pula, aku udah biasa ngurus dokumen waktu magang di Hotel Orion kota Baubau. Jadi, tanda tangan digital bukan hal baru bagiku."Ziyad lupa kalau Kevan pernah magang di kantor Hotel Orion. Dia pun malu. "Astaga! Maaf, Tuan Kevan," ucap Ziyad seraya membungkuk. Omar sejak tadi diam saja. Dia tidak berani memberikan komentar apapun tentang Kevan. Karena ternyata Kevan lebih cerdas dan berpengalaman dari yang dia duga. "Mereka udah kirim email kayaknya," kata Kevan begitu merasakan ponsel canggihnya bergetar. Kevan mengaktifkan ponsel barunya. Dia membaca pesan masuk dari Bank Commonwealth Internasional. "Hah? Ini apa?!" Jantung Kevan terkejut. Ya, sangat-sangat terkejut dengan pesan yang masuk!(031) 33377: Selamat kartu Bank Commonwealth Internasional Anda telah berhasil upgrade ke Kartu Hitam Exclusive. (031) 33377: Kartu hitam exclusive ini hanya dimiliki oleh satu orang terkaya di negara Nexterra. Yaitu AndaーTuan Kevan Hanindra. (031) 33377: Sebagai informasi, Kartu Hita
Brak!Kevan duduk tegak, lalu memukul meja di depannya sambil berseru memaki Ziyad dan Omar. "Kurang ajar! Kalian berdua bener-bener kurang ajar!"Lalu, Kevan tersenyum sinis sambil menatap kedua anak buahnya."Anak orang jangan cuma dikawinin, tapi nikahin juga, oiiiiiii!"Ziyad dan Omar saling pandang. Mereka tertawa. "Ha! Ha! Ha! Itu mah pasti, Tuan," jawab Omar malu-malu. "Tapi ngomong-ngomong, ternyata Anda tahu juga bedanya kawin dan nikah!""Ha! Ha! Ha! Tapi, DP dulu kan nggak apa-apa, Tuan! Ya, nyicipin rasanya surga dunia dulu gitu loh!""Sialan! Kalian bedua lupa, aku tumbuh besar di mana?!" tanya Kevan. "Aku tumbuh besar di jalanan. Hidupku udah keras sejak kecil.""Maafin kita berdua, Tuan," ucap Omar. "Tapi, saya seneng banget karakter Anda nggak gampang baper." Kevan yang santai, menanggapi pernyataan Omar dengan senyum tipis. Kevan buru-buru berpegangan erat pada kanan dan kirinya saat mendengar pilot berkata pesawat jet pribadinya akan lepas landas. Ini adalah satu
"Van, kurir pertama udah jalan nih. Kamu siap-siap, ya!"Kevan menerima panggilan telepon dari Deyan. Kevan bangun lebih awal. Dia sudah tidak sabar melihat pertunjukan pagi ini yang akan penuh kejutan. "Oke," sahut Kevan. "Thanks."Kevan sudah rapi. Senyumnya merekah. Dia berdiri di depan cermin besar. "Tamat riwayat kamu, Gibran! Tamat riwayat kamu, Paman Ken!"Tok! Tok! Tok! "Tuan Kevan, apa Anda udah rapi?" Suara Ziyad membuat Kevan tambah semangat. Dia berjalan dengan cepat menuju pintu kamarnya. "Ayo, Ziyad! Jangan sampai telat."Ziyad memicingkan mata. "Anda tampak beda pagi ini, Tuan.""Nggak. Sama aja, Combro," balas Kevan. Mereka berjalan menuju tangga. Kevan bersiul sepanjang jalan menuju ruang makan. "Tuan, jangan kayak gitu! Nanti mereka curiga."Kevan senyum-senyum. "Aku tahu," jawabnya. "Selamat pagi, Tuan Kevan," sapa Rafiq begitu Kevan tiba di ruang makan. Kevan mengangguk begitu Rafiq membungkuk di hadapannya. Seperti biasa, dia tidak berkata apapun.Semua o
'Mampus kamu Gibran!' seru Kevan kesenangan. Kevan melihat Gibran sedang mengunyah sandwich ikan tuna. Kevan sendiri mengambil tempe goreng tepung di hadapannya sambil menunggu Cinta membuka paketan. 'Cepat buka amplop coklatnya, Nek!' pinta Kevan dalam hati. Kevan berusaha untuk tetap tenang meskipun emosinya meluap-luap. "Apa mau saya bantu, Ma?" tanya Leon menawarkan bantuan. Cinta mengangkat tangan kanannya. "Oh, nggak usah," tolak Cinta. "Ini juga udah kebuka amplopnya."Kevan melihat Cinta membuka lebar-lebar amplop panjang tersebut. Dia memasukkan tangan kanannya ke amplop. "Apa ini?!"Cinta meraih sebuah dokumen yang cukup tebal. Dia membuka halaman depan dokumen tersebut."Ya, Tuhan! Prosedur operasi pergantian kelamin Rumah Sakit Elise Medical center, Cameroon Dome."Kevan berhenti mengunyah makanan. Dia melihat semua orang meletakkan alat makan mereka begitu mendengar suara Cinta. Gibran menatap lurus ke depan. Lalu, dia menatap Cinta yang masih membaca dokumen di ta
"Jawab saya, Gibran!" teriak Christian. "Kamu nggak tuli. Kamu juga nggak bisu. Tapi, kenapa diem aja?!"Gibran masih menundukkan kepala. Kedua kakinya gemetar hebat. Gibran memainkan jari-jari tangannya yang ternyata sama lentiknya seperti wanita. Brak!Christian kembali menggebrak meja. Gisele menutup kedua telinganya karena terkejut. Dia dan Magenta duduk di dua buah kursi kosong yang sejajar dengan kedua orang tuanya."Jawab, Gibran!""Iーitu benar, Kek," jawabnya membenarkan dugaan Christian. "Aーaku betah tinggal di Cameroon Dome."Semua orang kembali terkejut mendengar pengakuan Gibran. Kevan akhirnya menoleh ke Gibran yang duduk satu deret dengannya."Aku happy-happy dengan teman-teman waria dan transgender ku," ungkap Gibran berterus terang. "Mereka menerimaku apa adanya. Jadi, apa yang salah dengan semua itu?""Gibran!" teriak Ken. "Apa kamu sadar sama omonganmu barusan?!" tegur Ken. Dia merasa Gibran sudah sangat keterlaluan.Situasi di ruang makan menjadi sangat tegang. Ken
"Kamu mau ke mana?" tanya Christian.Cinta berdiri. Dia menatap tajam ke arah Gibran. Ada aura mencekam yang dirasakan semua orang.Cinta berjalan memutari meja panjang menuju Gibran. Langkahnya teratur meskipun emosi merasukinya. "NeーNenek?"Gibran mendorong kursinya. Dia berdiri. Dia tahu, Cinta sedang berjalan ke arahnya.Plak!Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Gibran. Pria itu mematung. Kevan tidak berani membayangkan dirinya mendapatkan perlakuan yang sama seperti Gibran. Dia juga tidak berani menghentikan Cinta. Plak!Satu lagi, tamparan keras mendarat di pipi kiri Gibran. Pria itu tetap mematung. Semua orang menundukkan kepala, termasuk Ken dan Jessy. Jessy menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sedangkan Ken menunduk menatap sepatunya. "Cucu pembawa sial! Bisa-bisanya kamu kayak gini."Gibran menunduk. Dia membiarkan Cinta berbicara sesuka hati."Mana semua kartu dan kunci mobil kamu?!"Cinta menengadahkan tangan meminta semua fasilitas keluarga Hanindra yang dibe