Share

Bab 17.  Lupa Usia

“Kamu sadis, ya. Terus yang tidak dipakai diapakan?”

“Dibuang, Pak,” jawabku sambil mengambil lebah pejantan yang berukuran kerdil.

Tanpa menolehpun, aku tahu ini aroma yang biasanya menguar dari tubuhnya. Wewangian aroma kayu yang menenangkan. Lembut, tidak menusuk penciuman, tapi justru langsung melesat mengobrak-abrik hati.

Eh!

“Hati-hati, Mbak Raya” serunya setelah mensejajariku.

“Tidak apa-apa. Ini aman,” ucapku menoleh sekilas ke arahnya. Kemudian kembali meneruskan aktifitasku.

Tadi, saat mendapati dia turun dari mobil, aku langsung berlari ke belakang. Memberi pesan ke Ria supaya tidak memberi tahu kalau aku di sini. Bukannya tidak suka, tetapi aku belum siap menata hati, dan menguatkan jantung yang sering tidak bisa diatur.

“Aman bagaimana? Nanti kamu disengat seperti kemarin, bisa bahaya. Atau ingin aku gendong lagi, kah?”

“Ck!” Aku melototkan mata ketika dia menyenggolkan siku ke lenganku.

Aku menoleh ke sekitar. Pekerjanya Ria sudah menyingkir sambil senyum dikul
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status