Share

Bab 2

Nadya langsung menghamburkan tubuhnya memeluk tubuh wanita berusia sekitar empat puluh lima tahun, yang kini sudah terbaring tanpa bergerak lagi. Sekujur tubuhnya kaku dan membisu.

"Ma… Maafkan Nadya, karena tidak bisa menemani mamah disaat – saat terakhir. Nadya tidak bisa menemani mamah saat Operasi tadi," lirihnya sambil tidak berhenti terisak.

Hati gadis cantik itu menjerit menyesali karena tidak sempat melihat sang mamah untuk terakhir kali. Beberapa jam yang lalu, Nadya pamit sama mamahnya akan mencari pinjaman uang untuk biaya operasi.

Nadya sengaja tidak berkata terus terang, kalau dirinya akan menjalankan keinginan Margareta menemani Bastian Permana, yang berjanji akan membayar semua biaya operasi mamahnya dan juga biaya perawatan lainnya.

Namun sangat disayangkan, Naimah tidak bisa bertahan, dan harus menghembuskan Nafas terakhirnya sekitar satu jam yang lalu. Dan tentu saja ini menjadi pukulan berat bagi Nadya, yang sebelumnya merasa yakin kalau mamahnya bisa diselamatkan setelah menjalani operasi.

"Kamu, yang sabar ya, Nad," suara lirih menyentuh telang Nadya dari belakang, disusul dengan elusan tangan lembut membelai rambut Nadya.

Suara lembut yang disertai dengan isak tangis itu tentu saja sangat akrab di telinga Nadya. Gadis itu pun segera membalikan tubuhnya dan langsung memeluk sosok tubuh seorang gadis cantik yang usianya tidak jauh dengan dirinya.

  

"Aku tahu, Vin," jawab Nadya sambil memeluk erat tubuh Vinna sahabatnya. "Aku hanya menyesal, aku tidak sempat menemani mama waktu dioperasi tadi."

Kedua sahabat itu pun berpelukan sambil menangis. Bukan hanya Nadya yang merasa kehilangan, termasuk Vinna pun merasa kehilangan sosok Naimah.

"Aku benar – benar tidak menyangka, kalau ternyata operasi mama gagal," lirih Nadya.

"Operasi?" Vinna terlihat terkejut mendengar perkataan Nadya. "Maksud, kamu, apa? Dan, operasi seperti apa?"

Nadya terkejut mendengar perkataan Vinna. Dia pun segera melonggarkan pelukannya, lalu menatap wajah sahabatnya yang terlihat kebingungan.

"Memangnya, kamu tidak ada di tempat, waktu mama di Operasi, Vin?"tanya Nadya.

Vinna menggeleng lalu berkata lembut. "Nad, aku sejak tadi ada di Rumah Sakit, dan tidak ada kegiatan operasi Tante Naima yang dilakukan pihak Rumah Sakit.”

"Apa?!" Nadya terperanjat mendengar jawaban Vinna yang tentu saja mengejutkan.

"Kamu, kenapa, Nad? Apa yang sudah terjadi? Kenapa kamu begitu yakin kalau hari ini tante Naima di Operasi?" Vinna memberondong Nadya dengan begitu banyak pertanyaan.

Nadya tidak berkata sepatah pun. Wajahnya berubah gelap saat mengetahui kalau ternyata mamahnya tidak di Operasi. Kedua tangannya terkepal, dan Nampak terlihat kemarahan dari raut wajah Nadya saat ini.

"Sialan kamu Margareta! Ternyata kamu sudah menipu aku!" gumam Nadya sambil mengemertakan giginya.

Kemarahan Nadya semakin memuncak. Tanpa berkata apapun lagi Nadya pun langsung keluar dari ruangan tempat Naima terbaring, dan bergegas jalan menuju pintu keluar dari Rumah Sakit.

Jiwa Nadya saat ini sudah diselimuti kemarahan, hingga dia tidak menghiraukan panggilan dari Vinna dan kedua bibinya Darlina dan juga Darwati yang terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan Nadya.

Nadya saat ini sudah berada dipinggir jalan, menunggu Taksi yang akan mengantarkannya ke rumah Margareta.

"Nad! Tunggu, Nad! kamu mau ke mana, Nadya?!"panggil Vinna sambil berlari mengejar Nadya yang terlihat masih berdiri di tepi jalan, menunggu Taksi yang masih juga belum ada yang lewat.

Setelah berlari beberapa saat, Vinna pun akhirnya berhasil mendekati Nadya yang hanya terdiam mematung, dengan kedua tinju yang masih terkepal, dan giginya terdengar gemeretak. Sorot matanya memancarkan aura membunuh yang sangat kuat, dan tentu saja hal ini belum pernah di perlihatkan Nadya selama ini.

"Nadya, apa sebenarnya yang sudah terjadi? Kenapa kamu terlihat begitu marah pada pelakor itu?" tanya Vinna setelah berada persis di samping Nadya.

"Margareta telah menipu aku, Vin, dia sengaja mengingkari janjinya. Dia biarkan mamah meninggal. Dan untuk itu, Margareta harus membayar semua perbuatannya," ucap Nadya dengan nada penuh kemarahan.

Vinna semakin penasaran. Sebenarnya, apa yang sudah dilakukan Margareta hingga membuat Nadya sebegitu marah. Lantas, dia pun kembali bertanya, "Coba cerita ama aku, apa sebenarnya yang sudah dilakukan pelakor itu?”

Nadya menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya secara kasar, sebelum akhirnya dia pun menceritakan kejadian yang berlaku beberapa jam yang lalu. Margareta datang menemuinya dan mengatakan akan mengurus semua biaya pengobatan Naimah termasuk biaya operasi, tapi dengan satu syarat, Nadya harus mau mengikuti perintahnya.

Situasi yang sangat mendesak dihadapi Nadya saat itu, hingga membuat gadis cantik itu pun tidak berpikir panjang dan langsung menyanggupinya.

"Begitulah ceritanya, Vin. aku benar – benar menyesal karena sudah mengikuti keinginan Margareta. aku sungguh tidak menyangka kalau Margareta akan berbuat sekeji itu, melanggar janjinya dan membiarkan mama sampai meninggal.”

Nadya terisak sambil meratap. Batinnya menjerit menyesali apa yang sudah terjadi pada dirinya. Kalau saja Nadya tahu kejadiannya akan seperti ini, mungkin Nadya lebih memilih mengikuti saran Vinna sahabatnya. 

Walau pun sebenarnya saran Vinna pun sama, yaitu mengenalkan Nadya dengan seorang pria yang ingin membeli kesuciannya. Namun perbedaannya adalah, uang itu akan langsung diterima oleh Nadya, tidak melalui orang lain seperti yang dilakukan Margareta.

"Ya ampun, Nad. Kenapa kamu berpikiran seperti itu? kenapa kamu tidak komfirmasi dulu ama aku. Padahal Bos Daniel sudah tertarik benar ama kamu. Dia berani membayar kamu dua ratus juta untuk sekali main saja. Coba kalau kamu bicara dulu ama aku, tentu kejadiannya tidak seperti ini," sesal Vinna sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.

Dalam hal ini,Vinna tentu saja sudah pengalaman untuk urusan memuaskan laki – laki. Mengingat gadis cantik berambut pirang itu pun pernah menjual keperawanannya kepada seorang bos asal tionghoa, ketika dirinya terdesak masalah ekonomi karena sang ayah harus menjalani pengobatan akibat serangan Stroke.

Dan tentu saja, Ketika Nadya meminta saran untuk memecahkan masalah pembiayaan ibunya, Vinna pun sudah memberikan jalan keluarnya, walau pun itu tentu saja jalan pintas yang menyesatkan. Namun dalam kondisi seperti itu, tentu tidak ada jalan lain lagi bagi Nadya, selain melepas kegadisannya dan ditukar dengan sejumlah uang.

"Aku minta maaf Vin, gua benar – benar terjebak oleh akal bulus si Margareta.”

Penyesalan mendalam terlihat jelas dari raut wajah dan perkataan Nadya. Barang yang paling berharga miliknya harus hilang begitu saja tanpa mendapatkan hasil apapun.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
fatmafatimah1111
seru juga ceritanya lanjut terus kk
goodnovel comment avatar
Iwanr74
lumayan ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status