Share

DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN
DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN
Penulis: Rika Jhon

1. Duda tapi Perjaka

"Dam, aku memerintahkanmu untuk mencari seorang gadis! Karena aku ingin membuktikan apakah benar aku ini impoten seperti yang dituduhkan oleh mantan istriku itu!" titah Liceo Divalco Domani, kepada Damian—sang asisten.

"Baik, Bos!" Damian menjawab dengan tegas.

Liceo merasa kalut dan merasa sangat terhina karena pernikahannya yang belum genap 24 jam itu, tetapi harus kandas dan kini dia menyandang status sebagai duda tapi perjaka. Karena saat dia akan melakukan ritual malam pertama dengan Sherina—sang mantan istri, Sherina justru menyatakan bahwa dia adalah laki-laki yang mengidap impoten karena kejantanannya tidak bisa bangun.

Oleh karena itu, kini Liceo sedang memerintahkan Damian untuk mencarikannya seorang gadis untuk membuktikan apakah benar dia mengalami impoten?

Karena di Negara Italia tidaklah sulit untuk mencari gadis-gadis yang bisa dipakai untuk memuaskan hasrat para lelaki. Sebab di negara tersebut memang terkenal dengan free sex. Jadi, meskipun status mereka masih gadis, tetapi mencari yang masih virgin sangatlah sulit. Maka dari itu, Liceo memerintahkan sang asisten untuk mencarikannya seorang gadis untuk membuktikan tuduhan sang mantan istri.

Sementara Damian—sang asisten, langsung melaksanakan perintah dari sang bos. 30 menit kemudian, dia menghubungi Liceo melalui sambungan telepon. Liceo yang kala itu tengah melamun, seketika tersentak karena telepon genggamnya yang berdering.

"Bagaimana, Dam? Apakah kau sudah menemukan seorang gadis untukku?" Liceo membuka percakapan.

"Maaf, Bos, aku belum menemukan gadis yang akan aku berikan padamu. Karena kebanyakan adalah perempuan-perempuan yang sudah tidak virgin." Damian menjawab dari seberang sana.

Liceo mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu?"

"Maksudku adalah ... aku tidak ingin jika kau melepaskan keperjakaanmu pada perempuan yang sudah tidak suci lagi. Aku ingin kau melepas keperjakaanmu pada gadis yang masih suci, yang masih virgin."

Liceo berusaha mencerna ucapan Damian, tetapi dia tetap merasa bingung. "Apa maksudmu?" tanya Liceo sekali lagi.

Damian menghela napas. "Begini, Bos, bagaimana jika besok siang saja aku akan mencarikan gadis yang masih virgin? Semuanya aku yang akan mengaturnya," ujar Damian, "kau tidak perlu khawatir, serahkan semuanya padaku," imbuhnya. Dia tengah meyakinkan sang bos.

Liceo terdiam beberapa saat, lalu kemudian dia menyetujui saran dari Damian. "Baiklah! Aku serahkan semuanya padamu!"

"Siap, Bos!"

Keesokan harinya, ketika waktu menunjukkan pukul 3 sore hari. Liceo dan Damian sedang berada di sebuah perkampungan yang terpencil, yang jauh dari keramaian penduduk. Mereka berdua pada saat itu sedang duduk di dalam sebuah rumah kosong, yang terletak di pinggiran hutan.

"Dam, apa kau yakin akan mendapatkan seorang gadis virgin untukku? Karena ini tempatnya sangat jauh dari keramaian, dan terletak di dekat hutan." Liceo merasa tidak yakin dengan usul Damian.

"Kau tenang saja, Bos, serahkan saja semuanya padaku, aku akan mendapatkan gadis virgin untukmu." Damian meyakinkan Liceo dengan mimik wajah yang serius.

"Apa yang harus kita lakukan di dekat hutan seperti ini?"

"Kita akan —"

Damian tidak meneruskan ucapannya. Kini matanya tengah fokus melihat ke arah hutan. Liceo pun mengikuti arah pandangan Damian. Dan di sana terlihat seorang gadis yang tengah berjalan sembari menyeka peluh di leher dan wajahnya. Rambutnya yang terurai panjang sebatas pinggang, membuat Liceo merinding.

Liceo menatap Damian. "Dam, jangan-jangan ... itu hantu penunggu hutan ini. Ayo, kita pergi saja dari sini!" Liceo menarik tangan Damian.

"Bukan, Bos. Gadis itu manusia biasa seperti kita. Kau tunggu di dalam, aku akan menculiknya agar kau bisa langsung mengetes keperkasaanmu." Damian langsung berlari kecil meninggalkan Liceo yang masih termangu.

'Aku mengerti sekarang, bahwa gadis itu merupakan gadis yang akan Damian berikan untukku. Ah! Yang terpenting aku bisa mendapatkan gadis perawan, untuk melepaskan keperjakaanku,' batin Liceo. Lalu, ia pun bangkit dan masuk ke dalam rumah kosong tersebut.

"Tolong, lepaskan aku. Aku mohon." Seorang gadis sederhana berbicara penuh permohonan.

Saat itu, di dalam rumah kosong di pinggir sungai di dekat hutan, Liceo sudah terlihat bertelanjang dada, sedangkan Damian sudah pergi ke luar rumah tersebut karena dia bertugas berjaga-jaga.

"Tuan, tolong lepaskan aku. Aku sedang terburu-buru, ibuku sedang sakit dan sedang menanti kedatanganku." Sang gadis memohon dengan mata berkaca-kaca.

Liceo tidak mempedulikan ucapan gadis itu. Kini, dia semakin melangkahkan kakinya mendekati gadis tersebut. "Siapa namamu, Nona?" Liceo bertanya.

"Namaku Lareina Rafaela, Tuan." Gadis itu menjawab dengan suara bergetar.

Liceo tersenyum miring. Ia menatap wajah cantik natural yang ada di hadapannya saat ini. Matanya fokus tertuju pada bibir sensual sang gadis yang berwarna merah muda walaupun tanpa polesan.

Semakin Liceo berjalan mendekati Lareina maka sang gadis semakin beringsut mundur. Hingga punggungnya membentur tembok. Lareina sudah merasakan firasat buruk melihat gelagat Liceo.

Lareina menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tuan, aku mohon lepaskan aku.”

Lareina berusaha bangkit dan akan berlari, dia bermaksud ingin melarikan diri dari Liceo. Namun, tidak semudah itu dia bisa melakukannya karena Liceo sudah dengan sigap menangkap tubuhnya.

"Lepaskan aku!" Lareina berteriak. Ia memukul-mukul tubuh Liceo.

Akan tetapi, Liceo seakan tuli dan buta, serta mati rasa. Ia justru langsung mendorong tubuh Lareina hingga terjengkang. Lareina semakin beringsut mundur, tapi Liceo menarik kakinya. Liceo langsung menindih tubuhnya dan menahan kedua tangan Lareina yang diletakkan di atas, di kedua sisi kepalanya. Kaki Lareina terus memberontak dan menendang-nendang Liceo. Namun, Liceo semakin menghimpitnya.

"Mmhhh ...." Suara Lareina yang berusaha melepaskan tautan bibir di antara mereka.

Liceo semakin menjadi dan bergairah mencumbui Lareina. Ia terus melumat bibir gadis malang itu. Lalu, secepat kilat dia melepaskan pakaian Lareina, dan kemudian melepaskan pakaiannya. Hingga ... kini kedua insan itu sudah dalam keadaan sama-sama polos tanpa sehelai benang pun.

"Toloonng ...!" Lareina berteriak.

Akan tetapi, percuma saja dia berteriak-teriak meminta tolong karena Liceo tidak menghiraukannya. Liceo yang tengah dilanda emosi karena mengingat ucapan mantan istrinya yang mengatakan dirinya impoten itu, kini sudah semakin menggila.

Dia melampiaskannya dan membuktikannya melalui Lareina, gadis yang masih suci, yang tidak dia kenal. Namun, kini sudah dia hancurkan kehormatannya. Liceo yang sudah berhasil merenggut kesucian Lareina, kini sedang menghentak-hentakkan tubuhnya dengan keras dan penuh gairah.

Dia merasa senang karena ternyata ucapan Sherina tidak terbukti. Karena pada saat ini, kejantanannya terlihat normal, dan sudah berhasil mengoyak mahkota Lareina.

'Sherin, aku tidak impoten seperti yang kau tuduhkan. Lihatlah, kini aku sudah berhasil menggagahi seorang gadis yang masih perawan. Aku sudah merenggut kesuciannya, dan aku melepaskan keperjakaanku padanya,' batin Liceo.

Liceo yang baru pertama kali merasakan percintaan dengan lawan jenisnya itu, merasa sangat menikmatinya. Dia bahkan berulang kali menggagahi Lareina tanpa memikirkan kondisi gadis itu, yang sudah lemas tidak berdaya.

"Aakkhh ...." Liceo berteriak. Dia mencapai puncak untuk yang kesekian kalinya.

Tubuhnya sudah bermandikan peluh. Ia langsung melepaskan penyatuan mereka, melepaskan tubuhnya dari tubuh Lareina. Napasnya terlihat naik turun, dan detak jantungnya berdetak semakin cepat. Ia melihat ke samping, menatap Lareina yang tengah menangis terisak-isak.

"Aku menginginkanmu lagi. Layani aku setiap saat aku membutuhkanmu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status