Semenjak Lareina dibawa ke kediaman Domani dan menempati kamar pribadi milik Liceo, lelaki tersebut mengalah dan memilih menempati kamar kosong di sebelah kamarnya.Masimma malam itu menghampiri sang cucu yang tengah melamun di balkon kamar. Dia merasa iba dan tak tega melihat cucu kesayangannya tersebut yang selalu murung dan banyak melamun.Liceo merupakan anak yang ceria dan periang. Namun, semenjak masalah yang dihadapinya dengan Lareina, membuatnya berubah. Perasaan berdosa dan bersalah selalu menghantuinya. Ucapan demi ucapan yang Lareina lontarkan padanya siang tadi, terus terngiang-ngiang di telinganya. Liceo memejamkan mata dan menghirup oksigen dengan kasar.‘Aku benar-benar iblis. Semua yang Reina katakan itu memang benar, aku menyadari dan menerimanya. Aku pemerkosa, aku pembunuh. Yaa … itu memang benar adanya.’‘Akan tetapi, aku benar-benar menyesali perbuatanku itu. Aku ingin mempertanggungjawabkannya. Namun, Reina sangat membenciku. Dia tidak sudi untuk kunikahi.”‘Lal
Lareina terlonjak kaget hingga dia melompat dari ranjang dan jatuh ke lantai. Liceo yang melihatnya ikut melompat turun.“Reina, kau tidak apa-apa?” Liceo mengulurkan tangan.Sementara Lareina menatap nyalang. Dia menepis tangan Liceo, lalu bangkit. “Dasar laki-laki mesum, penjahat kelamin! Kau sengaja kan mencari kesempatan dalam kesempitan?!”“Reina, aku —”“Kau sengaja ingin menggagahiku lagi di saat aku sedang tidur. Begitu? Kau benar-benar brengsek. Aku benar-benar sangat membencimu dan tak akan pernah memaafkanmu!”Setelah mengatakan itu, Lareina berbalik badan dan berlari keluar. Dia berlari menuruni tangga dengan cepat. Kediaman Domani yang sangat luas itu, membuatnya kesulitan mencari pintu keluar.Liceo pun tak kalah cepat mengejarnya. Matanya tertuju pada sosok Lareina yang kini sedang berdiri di belakang rumah. Tempat itu adalah tanah kosong, tapi di bagian belakangnya merupakan perkebunan buah-buahan.Mata Lareina memperhatikan keadaan sekitarnya. ‘Bagaimana caranya aku b
Pagi itu, Liceo terlihat sedang berjalan tergesa-gesa menuju ruang meeting di kantor Domani Company. Di sana sudah banyak para klien yang duduk sambil memperhatikan pemilik Domani Company, yang sedang fokus melakukan presentasi.Ketika Liceo masuk ruangan, mata Achilleo Domani—sang daddy, menatapnya dengan tajam. Dari raut wajahnya terlihat menyimpan kemarahan. Namun, dia tetap meneruskan acara presentasi tersebut.Sementara Liceo, kini dia sudah duduk berbaur dengan para klien. Dia nampak termenung. Pikirannya terus tertuju pada Lareina, gadis yang akhir-akhir ini sudah mengusik pikirannya.Dia teringat ketika tadi malam sang oma menemukannya bersama Lareina yang sedang berada di atas pohon mangga. Masimma sangat marah besar terhadapnya, hingga dia dihukum tidur di atas pohon mangga semalaman, sedangkan Lareina dibawa masuk olehnya.Tentu saja Liceo tidak bisa tidur semalam suntuk. Nyamuk dan serangga selalu menggigitnya. Hingga seluruh kulitnya merah dan bentol-bentol. Ketika pagi p
Achilleo seketika terdiam mendengar ucapan sang putra. Dia menatap wajah Liceo yang kini sudah memerah.Liceo sudah beranjak dan ingin pergi meninggalkan ruangan kerja sang daddy. Namun, langkahnya terhenti ketika tangan Achilleo menyentuh pundaknya.“Ceo, tunggu! Daddy mengerti dengan semua maksud dari ucapanmu itu, tapi daddy tidak bisa berbuat apa-apa, Nak. Karena semua keputusan ada di tangan mommy-mu.” Achilleo menatap sang putra.Liceo menghela napas dengan berat. Dia membalas tatapan sang daddy. “Dad, maafkan aku. Untuk kali ini saja, tolong Daddy dan Mommy jangan ikut campur urusan pribadiku, aku mohon.”“Dulu aku tidak ingin menikah dengan Sherina, tetapi demi menghormati kalian sebagai orang tuaku, aku rela mengorbankan kebahagiaanku, tapi apa yang terjadi?”“Setelah aku mengorbankan masa lajangku untuk menikahi Sherin, tetapi belum genap 24 jam usia pernikahan kami, dia menceraikanku dengan alasan aku impoten.”Liceo menundukkan wajah. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Pera
"Dam, aku memerintahkanmu untuk mencari seorang gadis! Karena aku ingin membuktikan apakah benar aku ini impoten seperti yang dituduhkan oleh mantan istriku itu!" titah Liceo Divalco Domani, kepada Damian—sang asisten."Baik, Bos!" Damian menjawab dengan tegas.Liceo merasa kalut dan merasa sangat terhina karena pernikahannya yang belum genap 24 jam itu, tetapi harus kandas dan kini dia menyandang status sebagai duda tapi perjaka. Karena saat dia akan melakukan ritual malam pertama dengan Sherina—sang mantan istri, Sherina justru menyatakan bahwa dia adalah laki-laki yang mengidap impoten karena kejantanannya tidak bisa bangun.Oleh karena itu, kini Liceo sedang memerintahkan Damian untuk mencarikannya seorang gadis untuk membuktikan apakah benar dia mengalami impoten?Karena di Negara Italia tidaklah sulit untuk mencari gadis-gadis yang bisa dipakai untuk memuaskan hasrat para lelaki. Sebab di negara tersebut memang terkenal dengan free sex. Jadi, meskipun status mereka masih gadis,
Lareina yang kala itu tengah menangis meratapi kemalangannya, seketika menatap wajah tampan Liceo dengan nyalang. Dadanya bergemuruh, emosi kini melanda jiwa. Bibir pun gemetar karena menahan emosi dan isak tangis. Tangannya sibuk menutupi tubuh yang polos dengan menggunakan pakaian.“Aku menginginkanmu lagi! Layani aku lagi!” titah Liceo.Tanpa perasaan, dia kembali menindih tubuh Lareina. Dengan napas yang menderu, dia terus mencumbui gadis tersebut. Bibir Lareina kini sudah membengkak akibat keganasan Liceo.Sekuat tenaga gadis itu berusaha melepaskan diri dari kungkungan Liceo. Namun, semuanya sia-sia karena pada saat itu Liceo tengah dilanda nafsu birahi yang menggebu-gebu.Liceo yang sudah kembali berhasil menyatukan tubuhnya dengan tubuh Lareina. Kini dia sedang menghentak-hentakkan pinggulnya dengan kuat. Dia mendongakkan wajah dengan mata terpejam rapat.“Sherin, aku tidak seperti yang kau tuduhkan. Lihatlah, kini aku sudah berhasil membuktikan ucapannu itu bahwa aku adalah
“Sshhh ….”Liceo terhenyak ketika dia mendengar suara desisan dari arah Lareina. Dia menatap wajah pucat sang gadis, yang kini sedang memegang kepala sambil berusaha duduk. Mata Lareina menatap ke sekelilingnya. Hingga tatapannya terhenti saat matanya bersirobok dengan mata elang milik Liceo. Matanya yang teduh itu seketika berkaca-kaca.Lareina menggeleng-gelengkan kepala seraya beringsut mundur. “Tidak, tolong lepaskan aku. Aku tidak mau melayanimu. Aku bukan budakmu!”Setelah mengatakan itu, dia pun bangkit dan berniat untuk melarikan diri. Namun, karena tubuhnya terasa sakit dan remuk redam, serta di bagian intinya terasa nyeri, akhirnya dia kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke belakang.Liceo dengan sigap menahan tubuhnya. “Nona, kau kenapa?”Lareina tersentak, dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Liceo. “Lepaskan aku! Aku mau pulang!”Akan tetapi, Liceo tidak melepaskannya. Dia justru semakin mempererat dekapannya di tubuh Lareina. Kini, buliran ben
Liceo dan Damian tersentak mendengarnya. Damian hanya tertunduk, sedangkan Liceo menatap Lareina dengan sangat lekat. Damian yang sangat paham dengan karakter sang bos, merasa khawatir. Karena jika Liceo sudah tersulut emosi maka dia tidak akan memandang siapapun lawan bicaranya.Perasaan Damian sudah ketar-ketir, apalagi melihat mata Liceo yang sudah memerah dan bahkan berkaca-kaca, sementara Lareina sengaja membalas tatapan Liceo, dia terlihat begitu menantangnya.“Mengapa kau menatapku seperti itu? Apakah kau ingin marah? Kau tidak terima dengan ucapanku? Aku tidak peduli! Karena apa yang aku katakan itu semuanya benar dan kenyataan, bahwa kau dan temanmu itu penjahat kelamin!” Lareina berteriak di depan wajah Liceo.Liceo memejamkan mata. Tangannya sudah terlihat mengepal hingga urat-uratnya nampak. Damian yang melihat itu semakin khawatir. Dia mendekati sang bos. Namun, seketika langkahnya terhenti karena Liceo memberinya kode untuk berhenti.“Nona, aku tidak ingin berdebat ataup