Share

Dendam Istri Keempat
Dendam Istri Keempat
Author: Aini Pien

Melamar

“Aku akan membantumu membalas dendam!”

            Sontak Harsa kaget. Ia tak percaya lelaki itu sudah tahu banyak tentangnya. Dari mana lelaki arogan itu mengetahui semuanya?

            Awalnya, Harsa mengira ia dipanggil ke sebuah ruangan bawah tanah untuk sekadar membersihkan ruangan kuno yang terlihat berdebu. Ternyata salah, lelaki yang ada di hadapannya malah melamarnya.

            Apa ia sudah tidak waras?, pikirnya.

            Bagaimana tidak, lelaki tampan dengan parasnya yang memesona, tinggi badan yang ideal untuk seorang lelaki bertubuh kekar, mustahil menyukainya yang memiliki wajah seperti monster.

            “Aku rasa tawaranku sudah lebih dari cukup untuk membayar upah atas pernikahan kontrak yang aku minta!” ia menyeruput secangkir kopi di hadapannya. “bahkan hidupmu akan lebih mudah jika menerimanya!” sambungnya.

            Ya, memang itu lebih dari cukup. Tapi Harsa khawatir, ia curiga ada rencana lain yang terselubung. Apalagi masa lalu banyak mengajarinya untuk tidak percaya pada siapa pun. Namun rencana balas dendam yang ditawarkannya cukup menggiurkan. Tak hanya itu, di sisi lain Harsa masih ingin hidup layak seperti dulu.

            “Beri aku waktu untuk berpikir!” pinta Harsa.

            Tentu saja ia butuh waktu, ia masih belum percaya seorang kepala sekolah seperti Osa, dapat dengan mudah memilih wanita asing untuk menjadi pendampingnya. Meskipun hanya pernikahan di atas materai, tetap saja Harsa berpikir semua itu sangat tidak masuk akal.

            Lelaki pelik, pikirnya.

            Beberapa detik, pikiran Harsa melayang, ia berpikir orang-orang akan menganggapnya memiliki ilmu santet sehingga bisa menjerat lelaki tampan seperti Osa. Atau bahkan ia akan dikira memasang susuk, hingga akhirnya lelaki itu memperistrinya, tiada lain dengan tujuan untuk mewarisi seluruh harta Osa.

            “Sempat-sempatnya melamun, ya!” kejut Osa.

            “Hah? Sorry!” Harsa kikuk.

            “Hhmm, aku tidak bisa memberimu waktu, aku butuh jawabannya sekarang!” desaknya.

            Benar-benar keras lelaki yang ada di hadapannya itu. Dipisahkan oleh sebuah meja bundar yang besar, ia merasa sedang mengulang kembali sidang skripsinya tempo dulu.

            Sangat menegangkan memang, tapi Harsa juga tidak ingin terlihat konyol. Ia menegakkan bahunya, lalu meletakkan kedua telapak tangannya di atas meja,

            “Baik, memangnya berapa gajiku setiap bulan jika menjadi istri kontrak seorang Osa Mahendra?” tantang Harsa. Ia membusungkan dada.

            “Menurutmu, berapa upah yang cukup untuk membayar seorang tukang kebun yang menjelma menjadi Nyonya Osa Mahendra?” tanya lelaki tampan itu sambil mengetuk jemarinya di atas meja.

            Sombong sekali, pikir Harsa. Sudah memaksa sesuka hati, kemudian merendahkan seenak jidatnya.

            Osa sendiri juga tahu bahwa wanita yang kini tepat berada di hadapannya merupakan seorang tukang kebun di rumahnya sendiri, tapi kenapa ia memaksa untuk menjadikannya istri?

            Sulit sekali Harsa mengartikan maksud lelaki itu. Ia pun sebenarnya tak sanggup membayangkan satu atap dengan suami yang akan terus merendahkannya.

            “Tersinggung?” sinis Osa.

            Jeremba membalasnya dengan tatapan yang sama sinis. Sebagai seorang wanita yang berpendidikan, ia masih punya harga diri.

Osa memang sangat arogan dan suka merendahkan orang lain. Mungkin kehidupan glamor dan sifat angkuh yang ia punya menjadi pemicunya. Hampir setiap menit ada saja yang disalahkannya. Selama ia pulang dari pendidikannya di Amerika, semua asisten rumah tangga terasa risih dengannya. Lebih baik menghindar dari pada harus berhadapan dengan lelaki itu.

            Masih sangat melekat di ingatan Harsa kejadian kemarin sore. Di mana Rumi, seorang asisten rumah tangga di rumah Osa, dipecat karena tak sengaja menanggalkan luka bakar di baju lelaki itu saat sedang menyetrikanya. Ya, memang baju itu dibelinya di luar negeri dengan harga yang tidak murah, tapi setidaknya ia punya hati nurani untuk memberi sanksi yang lain. Rumi yang tengah mengandung merasa sangat terpukul, apalagi suaminya baru saja meninggal akibat mengidap penyakit dehidrasi lambung satu bulan yang lalu. Bagaimana ia bisa menanggung seluruh biaya persalinannya nanti?

            Padahal, gaji untuk dua bulan ke depan direncanakannya menjadi tabungan untuk biaya persalinan. Tapi semua harapan itu dipupuskan oleh keegoisan Osa.

            Harsa memejamkan mata mengenang semua itu. Lelaki yang ada di hadapannya, ingin sekali ia beri pelajaran.

            “Aku memang miskin, tapi aku manusia!” Harsa bangkit dari duduknya. “aku tidak bisa menerima tawaran Anda, terima kasih!” ia beranjak pergi.

            Sempat terbesit di pikirannya, mungkin ia akan bernasib sama dengan Rumi, dipecat seenaknya. Ia juga sedikit ragu-ragu dengan keputusannya, bagaimana ia bisa membayar kontrakan dan untuk biaya hidup sehari-hari jika kembali kehilangan pekerjaan?

            Antara iya atau tidak, tapi ia beranikan diri untuk pergi meninggalkan lelaki yang batang hidungnya pun enggan ia tatap. Entahlah, ia ingin pasrah saja.

            “Oke oke,” Osa mencoba meredam emosi Harsa. Membuat wanita itu menghentikan langkahnya. “aku salah, tapi aku tetap ingin kamu membantuku. Toh aku juga memberi imbalan yang setimpal!” cetusnya.

            Bukannya minta maaf, tapi malah menunjukkan kesombongannya, hanya saja dari sisi yang berbeda.

            Harsa sendiri masih sangat butuh pekerjaan. Jika ia menolak, khawatir dipecat. Ia menghela napas seraya memejamkan mata beberapa detik untuk menghalau kemarahannya yang sebenarnya sudah memuncak akibat cara bicara Osa.

            “Aku akan menerima tawaran itu, tapi jawab pertanyaanku dengan jujur” tawarnya

            “Apa?” Osa semakin terus terang

            “Mengapa kamu memilih aku untuk menjadi istri kontrakmu?”

            “Apa harus dijawab?”

            “Harus!”

            “Karena aku menderita HIV!”

            Harsa mati kata.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status