Share

51. Menyusul Dinda

Dinda menelan ludahnya. Senjata makan tuan. Niat hatinya hanya untuk memancing dengan kalimat iseng, tapi dirinya justru dibuat salah tingkah sendiri dengan jawaban dari Arya.

"Bagaimana jika saat saya jemput kamu besok, saya sekalian saja bertemu dengan papa kamu? Saya sepertinya sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi."

"Tidak dapat menunggu lebih lama lagi untuk apa?"

"Untuk melamar kamu."

Tenggorokan Dinda tercekat. Ia merasa jika ada tulang ayam yang tiba-tiba menyangkut di tenggorokannya.

"Pak. Jangan bercanda! Masih pagi. Nggak enak dilihat Pak Yono, kalau saya tertawa sendirian. Ntar saya dikira apa tertawa sendiri. "

"Saya serius." Arya benar-benar serius dengan perkataannya. "Sidang skripis dimajukan bisa jadi salah satu pertanda jika kita memang harus bergerak cepat. Di samping itu, saya ingin ketika beasiswa saya diterima, kamu ada untuk membantu persiapan keberangkatan saya, sekaligus menemani saya di sana."

"Sebentar-sebentar. Beasiswa bagaimana? Saya menemani k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status