Share

06. Istri Seorang Milyarder

Daniel tetap percaya diri. Dia masih mengira kalau memang Vena terobsesi padanya sehingga mengikuti kemana-mana.

Dia melirik Mario sambil tersenyum, lalu menyindir halus, "sudah, Ma, nggak usah ngomong apa-apa lagi, kasihan loh suaminya— sekarang jadi tahu kalau istri yang baru dinikahi belum bisa move on dari mantan suami."

Vena menggeleng. Dia membantah, "kamu keterlaluan, Dani! Tolong jangan terlalu narsis! Siapa yang belum move on sama tukang selingkuh kayak kamu?"

"Tukang selingkuh kamu bilang? Kamu masih berani playing victim? Nggak sadar kamu itu nggak bisa ngasih keturunan, lagian kata Bianka juga pasti benar, pria ini—“ Daniel menuding wajah Mario dengan perasaan jengkel. Dia lanjut menghina, ”pasti selingkuhan kamu 'kan? Pantas dulu kamu sering keluyuran, lupa sama pekerjaan rumah."

"Aku nggak keluyuran tanpa alasan, aku sibuk mengurus pemakaman anakku!"

Ibu Rita ikut bicara, "benar kata Dani. Pokoknya, mulai sekarang stop muncul di kehidupan anak saya, awas kalau kamu masih berkeliaran di sekitar rumah kami, Vena."

"Enggak, Tante! Bukan Vena! Vena nggak tahu itu maksudnya apa, tapi Vena nggak pernah berkeliaran di rumah Tante sama Dani."

"Saya nggak peduli, saya peringatkan kamu, sekalipun kamu sudah nikah lagi, bisa saja pernikahan kamu cuma kedok biar bisa nutupi niat kamu yang ingin dekati anak saya. Saya bakalan tetap waspada, jadi jangan harap kamu bisa merebut anak saya dari Bianka!"

”Benar, Bu. Wanita kayak gini bahaya," sahut sang besan, Ibu Layla. Dia menambahkan, "saya dengar dari Bianka, dulu dia sampai nunggu di kafe langganan Dani biar bisa ketemu. Dia kayaknya obsesif banget."

"Anak saya bos besar, siapa yang nggak mau sama anak saya? Apalagi, siapa juga ini suami barunya ... palingan nggak sekaya anak saya, makanya dia terus-terusan mengikuti anak saya, berharap rujuk.“

Bianka ikut menjawab, "Iya, Ma, Bianka masih khawatir. Sok-sok sudah nikah, padahal dia pasti mau ganggu hidup Bianka sama Mas Dani."

"Kok masih ada yang mau nikah sama janda mandul." Ibu Layla menatap Mario. Dia berkata lagi, "Mas ini gimana? Kenapa mau nikah sama dia? Sudah cek belum kondisi kesehatannya gimana? Banyak yang masih muda, kok malah milih wanita yang sudah kadaluarsa begini?"

Vena tak sanggup menahan air mata yang mulai menetes. Perkataan mereka membuat ia teringat akan luka akibat dikhianati.

Sedari tadi, Mario hanya diam seolah tengah mengumpulkan seluruh emosi dari hinaan demi hinaan mereka.

Tak mau emosinya meledak di tempat umum, dia menelpon seseorang. "Halo?"

Seorang pria dari balik telepon menjawab, "iya, Tuan Mario? Ada apa?"

"Kamu masih di ruangan 'kan?"

"Iya, Tuan."

"Tolong cepat ke restoran hotel, sama bawa satpam. Jangan banyak tanya, cepat ke sini! Saya tunggu sekarang juga!"

Tanpa menunggu jawaban, sambungan telepon tersebut ditutup oleh Mario.

Hingga tak berlangsung lama kemudian, hanya selang beberapa menit, datanglah seorang pria paruh baya berjas hitam bersama dua satpam. Mereka tegang sekaligus bingung saat menghadap Mario seakan takut kena amuk.

”Selamat siang, Tuan Mario, sa-saya baru tahu Tuan be-belum meninggalkan hotel, bukannya setelah rapat tadi, Tuan bilang mau pergi?“ sapa pria berjas tersebut agak terbata-bata, lalu menoleh ke Vena. Dia sangat bingung dengan situasi tegang di situ. "Nyonya Vena masih di sini juga?” Pandangannya kembali ke Mario yang kelihatan marah. Dia sudah menduga ada yang salah. "Eh ... maaf, Tuan, ini ada apa? Nyonya, ada apa?"

"Ada satu keluarga nggak sopan yang buat keributan sambil menghina istri saya habis-habisan,” terang Mario sembari menatap Daniel, Bianka, Ibu Rita dan Ibu Layla.

Dia menaikkan dagu sedikit untuk menunjukkan sisi angkuhnya, lalu memberi perintah, "jadi, Pak Henry, tolong usir orang-orang ini sekarang, dan buat larangan ke semua hotel Winata agar nggak dimasuki oleh mereka."

Tersulut emosi, Daniel membentak, "siapa memangnya kamu berani mengusir saya dan keluarga saya dari sini? Kamu nggak tahu siapa saya? Saya Daniel Adinata, pimpinan perusahaan Adi Properti!"

Bianka menambahkan. "Berani banget orang nggak jelas kayak kamu ngusir kami! Yang harusnya pergi itu kamu sama istri stalker kamu itu! Kami nggak nyaman ada stalker di sini!”

“Tentu saja saya berhak mengusir kalian karena sudah membuat keributan sekaligus menghina saya, Mario Winata, pimpinan jaringan hotel Winata, dan istri baru saya—” Mario dengan angkuh sekaligus bangga saat menggandeng tangan Vena, lalu melanjutkan, "Nyonya Vena Winata."

Sontak saja, Daniel dan keluarganya kaget. Mereka seperti mematung di tempat.

Sorot mata mereka seolah berkata, ini tidak mungkin 'kan? Mario Winata Sang Milyarder? Bagaimana bisa Vena mendadak jadi istrinya?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status