Dinikahi Profesor Galak

Dinikahi Profesor Galak

By:  Just Mommy  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.9
7 ratings
155Chapters
65.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Intan yang sedang melaksanakan koas di rumah sakit Harapan Keluarga begitu benci pada konsulenny—Zein yang sangat galak dan selalu memarahinya jika melakukan kesalahan, sialnya ternyata mereka telah dijodohkan dan harus menikah. “Saya harap Prof bisa membatalkan perjodohan ini!” pinta Intan pada Zein yang sedang sibuk dengan laptopnya. “Siapa kamu, berani menyuruh saya? Jika memang kamu tidak menginginkan perjodohan ini, silakan kamu sendiri yang membatalkannya!” sahut Zein, dingin. Intan mengerutkan keningnya. “Oh, jadi Anda memang ingin menikah dengan saya?” tuduhnya. Zein menyeringai dan mengalihkan pandangannya ke arah Intan. “Bagi saya pernikahan itu tidak penting. Saya menerima perjodohan ini hanya karena menghargai orang tua. Jika kamu bisa membatalkannya, silakan! Tapi maaf, saya tidak ada waktu untuk membahas hal remeh itu,” ucap Zein. Kemudian ia beranjak dan meninggalkan Intan. Sikap Zein yang seperti itu membuat Intan semakin benci padanya. Terlebih ketika ia dikirim ke perbatasan untuk magang. Namun, saat sedang magang di perbatasan, Intan bertemu dengan Fabian-seorang komandan angkatan darat yang sedang menjaga perbatasan tersebut. Gejolak dimulai ketika Intan harus memilih diantara Zein yang pernah ia benci atau Fabian yang selalu mencuri perhatiannya. Cover By: Leonidas Design

View More
Dinikahi Profesor Galak Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Noe Nieng Ibuna Aghis
suka sama ceritanya, lucu sama prof dan komandan..
2024-01-06 14:35:04
0
user avatar
Mamah Nafis
keren banget...cerita ny ringan
2023-08-31 07:15:56
0
user avatar
Patia Al Adawiyah
hai Thor salken ya aq suka jalan ceritanya ada lucu nya ,gemes banget sama mas prof heheheheeee tapi akhirnya buc8n akut sama dokter intan aq tuh suka banget sama kisah dr heheheee
2023-08-14 13:14:06
0
user avatar
Nasni Padangngaran
sangat menarik,aku suka
2023-07-14 07:23:13
0
user avatar
Aisha Arkana
Dr Zein nyempil disini juga ....
2023-07-12 06:09:26
1
user avatar
Deviyanti Iniitu
bagus, semangat update thor
2023-07-05 16:58:25
0
user avatar
Qofifah Nur
cerita sangat menarik
2023-07-15 02:25:45
0
155 Chapters
01. Perjodohan
Intan sangat membenci konsulennya yang galak itu, siapa sangka ternyata pria yang paling menyebalkan tersebut justru akan menikahinya.Malam itu Intan diminta untuk datang ke sebuah restoran oleh ibunya. Ia sempat heran, tidak biasanya Ibu Intan yang bernama Fatma itu pergi ke restoran sendiri.Hal itu pun membuat Intan khawatir. Ia bergegas menuju restoran setelah selesai bertugas di rumah sakit. Sebelumnya ia sempat izin pulang lebih awal pada Zein-konsulennya."Maaf, Prof. Saya mohon izin pulang lebih awal karena ada acara keluarga," ucap Intan saat berada di ruangan Zein. Sebenarnya ia takut, tetapi Intan terpaksa memberanikan diri demi ibunya."Ternyata selain teledor, kamu juga tidak profesional, ya?" sahut Zein yang sedang sibuk dengan komputernya itu.Bukan hal aneh bagi Intan saat melihat reaksi Zein seperti itu. Profesor tersebut memang tidak pernah memperlakukannya dengan baik. Hampir setiap hari Intan dimarahi atau disindir dengan kalimat yang menyakitkan oleh Zein. Namun
Read more
02. Manusia Paling Menyebalkan
Uhuk, uhuk!Intan yang sedang mengunyah makanan itu langsung tersedak. Bak tersambar petir di siang bolong, ia sangat terkejut mendengar bahwa dirinya akan dijodohkan dengan profesor yang paling ia benci itu.'Aku yakin ini pasti mimpi. Mana mungkin aku menikah dengan manusia jahat seperti itu? Oh no! Itu bagaikan musibah,' batin Intan sambil meneguk air mineral.Ia tidak berani mengatakan apa pun karena khawatir penyakit ibunya kumat.Sementara itu Zein masih berusaha bersikap tenang meski sebenarnya ia pun tak kalah terkejut dari Intan. 'Mimpi apa aku harus menikahi gadis manja seperti itu?' batin Zein. Ia tidak mengatakan apa pun, sehingga Muh dan Rani menganggap bahwa Zein setuju dengan perjodohan ini."Emm ... sepertinya kalian berdua tidak keberatan? Wajar, sih. Kalian kan sudah saling mengenal, jadi tidak sulit untuk membangun chemistery. Bukan begitu?" ujar Rani tanpa dosa.Padahal, jangankan chemistrery. Sekadar hubungan baik antara konsulen dan koas saja tidak ada. Mereka le
Read more
03. Pria Lain
Zein menyeringai. "Kamu pikir apa yang akan saya lakukan? Jangan harap!" cibir Zein. Kemudian ia langsung meninggalkan Intan yang sedang mematung itu.Ia menganggap Intan seperti itu karena berharap dicium olehnya.Intan yang terkesiap itu langsung membuka matanya. "Huuuh! Dasar monster menyebalkan. Kalau bukan konsulen, udah pasti aku tendang dia tadi," gumam Intan, kesal. Napasnya menggebu karena terlalu emosi terhadap Zein.Ia tidak terima dianggap seperti itu oleh Zein. ‘Duh, kenapa tadi aku pake tutup mata, sih? Kan dia jadi salah paham,’ batin Intan, menyesal.Saat Intan hendak melangkah, Zein yang sudah berada di ujung koridor pun menghentikan langkahnya. Hal itu membuat Intan kembali tercekat."Saya tunggu di ruang VVIP lima menit lagi," ucapnya. Kemudian ia membuka pintu koridor dan meninggalkan Intan begitu saja.Intan pun ternganga. Ia baru saja tiba di rumah sakit. Belum sempat menaruh tas dan bersiap. Sementara itu jarak antara ruangannya dan ruangan Zein cukup jauh. Akhi
Read more
04. Mulut Pedas
"Enggak," ucap Intan."Iya," sahut Bian secara bersamaan.Jawaban Intan dan pria itu berbeda. Pria itu pun tersenyum karena Intan mengatakan tidak mengenalnya. Sementara Zein melirik sinis pada Intan, seolah Intan telah mengkhianatinya. Padahal, meski sudah dijodohkan, hubungan mereka tidak terlalu baik."Oh, sudah kenal," sindir Zein. Ia tak mengindahkan jawaban Intan."Iya, Prof. Tapi sebenarnya baru ketemu tadi, sih. Belum kenal nama," ucap pria itu. Kemudian ia mengulurkan tangannya pada Intan."Bian," ucapnya, sambil tersenyum manis pada Intan. Ia merupakan seorang komandan angkatan darat yang selalu ramah pada siapa pun. Hal itu pun membuat Bian senang karena bisa mendapatkan kesempatan berkenalan dengan Intan.Saat ini Bian sedang menjenguk ayahnya yang sudah dirawat selama satu minggu di rumah sakit tersebut.Intan bingung bagaimana cara meresponnya. Terlebih di sana ada Zein yang sudah jelas akan menikah dengannya. Meski Zein tidak bersikap baik pada Intan. Namun gadis itu me
Read more
05. Sisi Lain Intan
Bola mata Intan membulat sempurna. "Dia ada di belakang gue?" bisik Intan pada Fany yang duduk di depannya."Iya, gue juga tadi gak lihat," sahut Fany pelan sambil merapatkan giginya.Mereka berdua sangat gugup karena ketahuan sedang menggunjing profesor galak di kantin.'Mati gue!' batin Intan. Kemudian ia menoleh perlahan ke belakang."S-siang, Prof!" sapanya sambil tersenyum kikuk."Saya tunggu di ruangan operasi lima menit lagi!" sahut Zein. Kemudian ia berlalu."Kan, gue bilang juga apa," ucap Intan, kesal. Makanannya bahkan belum habis separuh. Namun Zein sudah memanggilnya lagi.Akhirnya Intan pun pamit pada Fany dan berlari menuju ruang operasi agar tidak dimarahi Zein lagi karena terlambat."Bisa gak sih dia lebih manusiawi dikit? Gue harap perjodohan itu bisa dibatalin gimana pun caranya. Gue gak mau hidup sama manusia gak punya hati kayak dia," gumam Intan sambil berlari.Saat Intan sedang berlari, Bian melihatnya dari kejauhan. Ia tersenyum karena melihat Intan sudah seper
Read more
06. Perhatian tapi Gengsi
Sepanjang perjalanan pulang, Zein terus melamun. Ia tidak menyangka ternyata Intan mengalami nasib seberat itu. Obrolannya dengan ibu Intan tadi telah membuka mata hatinya."Bagaimana mungkin gadis dengan beban hidup seberat dia masih tetap bisa beraktifitas seperti orang normal?" gumam Zein.Ia masih tidak percaya bahwa Intan jauh dari apa yang ia pikirkan. "Berarti selama ini aku telah mendzaliminya? Astaghfirullah ...." Zein sangat menyesal karena telah mempersulit Intan.Ia selalu menganggap Intan pemalas. Hal itu pula yang membuatnya memberi pekerjaan berat pada Intan."Seandainya aku tahu bahwa dia sedang kesulitan, mana mungkin aku menambah bebannya seperti itu?" Rasanya Zein ingin memutar waktu. Sehingga ia bisa merubah sikapnya terhadap Intan. Namun sayang, nasi telah menjadi bubur. Intan sudah terlanjur ia siksa sampai pingsan seperti itu.Meski tidak secara langsung. Namun ia ingat betul tadi Intan belum selesai makan saat dirinya memaksa Intan pergi ke ruang operasi. “Bera
Read more
07. Sikap Aneh Zein
Sepanjang jalan intan melamun. Ia bingung mengapa Zein selalu membuatnya kesal. Seolah ia tidak memiliki hati nurani sedikit pun. "Dia tuh kenapa, sih? Apa coba salahnya aku? Bahkan aku lagi sakit pun bela-belain datang ke rumah sakit biar dia gak marah dan ngatain aku pemalas. Tapi kenapa dia malah ngusir aku seenaknya? Dia pikir aku gak butuh usaha buat datang dari rumah ke rumah sakit?" Intan menggerutu sepanjang jalan. Ia sangat kesal karena Zein tidak memiliki perasaan. "Ya Tuhan, gimana bisa aku harus hidup sama pria menyebalkan seperti dia? Lagian dia kenapa gak nolak aja waktu dijodohin? Ini benar-benar mimpi buruk buatku," keluh Intan. Membayangkan harus hidup bersama pria yang paling ia benci itu rasanya membuat Intan gemas. Sebab, dari sikap Zein ia yakin bahwa pria itu tidak menyukainya. Namun mengapa ia tidak menolak ketika dijodohkan oleh orang tuanya. Tiba di rumah, Fatma heran karena Intan sudah pulang. Padahal baru beberapa menit yang lalu ia pergi. "Kam
Read more
08. Semakin Menyebalkan
"Saya mau minum ini. Nanti kan mau operasi, jadi butuh yang segar-segar supaya gak ngantuk," jelas Zein, kikuk. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya datang ke sana untuk menemani Intan makan. "Ooh," sahut Intan, heran. Baginya penjelasan Zein sangat tidak masuk akal. Namun ia sedang tidak ingin berdebat. "Ya sudah, tolong cepat! Waktu kita tinggal lima menit," ucap Zein, santai. Intan tidak menjawabnya. Ia pun buru-buru menghabiskan makanannya. Beruntung ia hanya memesan sandwich. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk menghabiskannya. 'Aku pikir dia berubah jadi malaikat. Tapi ternyata sama aja. Gila, apa? Masa aku cuma dikasih waktu lima menit buat ngabisin ini?' batin Intan, kesal. Zein
Read more
09. Calon Istri
"Euh, enggak, Prof. Maaf," jawab Intan, gugup. 'Gimana aku mau semangat kalau dia marah-marah terus kayak gitu? Ya ampun, sampai sekarang aku masih gak nyangka orang kayak dia bakalan jadi suamiku. Semoga perjodohannya dibatalkan,' batin Intan. "Kamu itu masih muda. Tolong lebih semangat lagi dalam bertugas!" pinta Zein. Kemudian ia kembali fokus ke pekerjaannya. "Baik, Prof," jawab Intan. Setelah itu poli pun dimulai. Intan memerhatikan Zein serta keluhan pasien sesuai arahan dari konsulennya itu. Ia juga menjadi asisten Zein selama proses praktek berlangsung. Hingga datang seorang pasien paruh baya, ditemani oleh cucunya yang begitu cantik. 
Read more
10. Selalu ada Dia
Intan langsung menoleh ke belakang. "Eh, Prof," ucapnya, salah tingkah. Ia malu karena tadi sedang menggumam. 'Tadi aku ngomong apa, ya?' batin Intan. Ia mengingat-ingat apa yang telah ia ucapkan. Khawatir dirinya sudah menjelekkan Zein lagi. "Kalau capek, lebih baik kamu pulang!" ucap Zein tanpa menoleh. Intan melirik sekilas. Ia merasa ucapan Zein itu sarkas. Sehingga Intan merasa sedang disindir. Padahal Zein serius memperhatikannya. "Enggak kok, Prof. Ini cuma pegel biasa aja. Kurang olah raga," sahut Intan, kikuk. "Oya? Kalau begitu kamu harus rajin olah raga. Jangan malas!" sahut Zein. Lagi-lagi perhatian yang Zein berikan membuat Intan salah paham. 
Read more
DMCA.com Protection Status