Share

#14

"Ayah ... Ayah? Ayaaah!! Bangun Ayah! Ayaaah!!!" kuguncang lengan Ayah yang dingin di kamarnya Subuh ini.

Tanpa berpikir panjang aku berlari menuju Pondok mencari bantuan. Di pos keamanan ada dua santri dan seorang Ustadz yang berjaga dan langsung mengikutiku berlari kembali ke rumah.

Aku menangis sepanjang jalan tanpa mengenakan cadar, saking paniknya. Tubuh Ayah dingin dan kaku, matanya terpejam dan aku tak merasakan detak jantungnya lagi.

"Ayah ... Nisa mohon bangunlah! Ayah! Nisa membutuhkan Ayah ...," tangisku pecah saat seorang Ustadz memeriksa keadaannya dan menggeleng sedih.

"Innalillahi wa inna ilaihi roji' un. Beliau telah tiada, Ukhti," kata Ustadz bernama Fahdillah itu.

"Tidak ... Ayah!" teriakku tak mampu lagi menahan raungan.

Mengguncang tubuhnya yang kaku tak bergerak. Memeluk dan menempelkan telingaku di dadanya yang tak lagi berdenyut. Mencium dua matanya yang tak lagi memb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status