Share

Bab 3. Reyvan Adinanta

Ceklek

Suara pintu yang akan dibuka mengejutkan Alissa. Ia segera berbaring di ranjangnya, lalu pura-pura tidur dan menyembunyikan ponselnya di bawah bantal. Pintu pun terbuka, nampak Erick yang masuk ke dalam kamar.

"Kamu sedang tertidur pulas rupanya. Heh, seharusnya kamu sudah tenang di atas sana. Tapi sayang, aku masih membutuhkanmu sampai perusahaan itu benar-benar menjadi milikku. Tapi kamu tenang saja, hal itu tidak akan lama lagi terjadi."

Erick mengusap lembut pipi Alissa, lalu mencengkeram rahang Alissa. Sekuat tenaga, Alissa menahan rasa sakitnya. Di dalam selimut, tangannya mengepal begitu kuatnya. Ia bertanya dalam hati, 'Apa ini yang kamu lakukan selama aku tidak sadarkan diri karena obat itu, Mas!'

Erick yang melihat tidak ada perlawanan dari Alissa, menjadi yakin bahwa yang ia pikirkan ternyata salah. Ia yakin bahwa Alissa masih dalam kendalinya. Erick pun melepas cengkeraman tangannya, lalu tidur di samping Alissa. Sementara Alissa, tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat, ia semakin takut, tapi ia harus tetap bertahan sampai ada yang menolongnya.

.

Di pagi yang cerah, di dalam gedung perusahaan terbesar di kota. Nampak seorang pemuda dengan outfit dan lengan kemeja yang digulung, juga kancing terbuka 2, melenggang begitu saja menuju ruangan yang terletak di lantai 10 di gedung itu. Ia masuk ke salah satu ruangan yang ada di sana. Namun, baru saja ia membuka pintu ruangannya, ia dikejutkan oleh suara seseorang.

"Bagus ya, sudah jam berapa ini! Kenapa kamu telat terus? Bukannya hari ini ada meeting?" Baru saja Reyvan datang, ia sudah dihujani banyak pertanyaan oleh kakaknya, Rena.

"Hehe, peace Kak! Aku tadi bangun kesiangan, meeting kan bisa ditunda nanti siang. Kakak pasti bisa menghandlenya, Kakak kan superwoman ku!" jawab Reyvan cengengesan, seraya menunjukkan dua jari pada kakaknya.

"Kamu itu kan CEO di sini! Setidaknya, kasih contoh lah yang baik pada karyawanmu! Lalu, pakaianmu itu ... Ya ampun, bisa tidak jangan kayak gitu. Heran aku, kok bisa orang kayak kamu mimpin perusahaan besar seperti ini."

"Ya bisa dong Kak! Yang kerja kan otak, bukan penampilan!" ucap Reyvan menuju mejanya, lalu duduk di kursi kebesarannya. "Tumben, Kakak tunggu aku di sini! Ada apa, Kak?" tanya Reyvan.

"Kakak, mau minta tolong sama kamu! Kamu masih ingat kan, teman kakak yang namanya Alissa? Sekarang ini, ia dalam bahaya. Aku ingin kamu menolongnya, keluarkan dia dari rumah suaminya."

"Keluarkan dia dari rumah suaminya? Emang siapa yang mengancam nyawanya, suaminya?" tanya Reyvan memastikan.

"Kakak juga belum tahu jelas, semalam saat dia hubungi Kakak tiba-tiba ponselnya mati. Jadi, kamu harus ke sana. Pastikan dia tidak apa-apa di sana!"

"Biar aku pikir-pikir dulu, nanti aku akan hubungi kakak kalau aku bisa." Reyvan tidak langsung menyanggupi permintaan kakaknya. Lagi pula, kakaknya bisa saja meminta anak buahnya, kenapa ia yang harus repot-repot.

"Ya sudah, Kakak pergi ke ruangan Kakak dulu. Ingat, kamu harus bantu Kakak!" Reyvan tidak menanggapi ucapan kakaknya, ia hanya diam lalu memulai pekerjaannya.

Reyvan Adinanta, seorang CEO yang sukses di usianya yang masih sangat muda. Dengan meneruskan usaha ayahnya di bidang properti, Reyvan berhasil membawa Adinanta Group menjadi perusahaan terbesar di kotanya. Namun, Reyvan menyembunyikan statusnya sebagai CEO Adinanta Group untuk mengelabuhi para musuhnya.

Para musuhnya mengira Rena lah CEO Adinanta, dengan begitu mereka hanya akan menganggap remeh perusahaan Adinanta dan mengira perusahaan Adinanta tidak akan bertahan lama karena dipimpin oleh seorang perempuan. Tanpa mereka tahu ternyata ada sosok jenius muda di balik perusahaan Adinanta. Sementara itu, hanya para karyawan lah yang tahu jika Reyvan adalah CEO yang sesungguhnya.

Reyvan memang mempunyai sifat agak tengil, bahkan ia selalu datang ke kantor sesukanya. Namun, saat ia bekerja, ia akan sangat fokus dan konsisten. Saat ini ia sedang disibukkan dengan berkas-berkas yang menumpuk, yang baru saja di antar oleh sekretarisnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, baru saja Reyvan menyelesaikan pekerjaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka. Ia pun langsung menoleh untuk melihat siapa yang masuk, karena jika karyawan pasti akan ketuk pintu dulu. Ia terkejut saat melihat ternyata mamanya, Risa, yang datang.

"Mama! Tumben Mama kemari?" tanya Reyvan.

"Memang nggak boleh, Mama kemari! Apa harus penting dulu, baru Mama boleh kemari?" Bukannya menjawab, Risa malah bertanya balik pada Reyvan.

"Bukan gitu, Ma! Mama boleh kok kapan aja kemari, cuma tumben saja. Biasanya kan Mama ke sini kalau ada perlunya," ucap Reyvan, seraya berjalan mendekati mamanya. "Sekarang, Mama pengen apa? Tas, baju unlimited, sepatu atau apa Ma?" ucapnya lagi, lalu memeluk mamanya.

"Bukan itu, Rey! Tapi yang lain," jawab Risa.

"Kalau gitu apa, Ma? Bilang sama Rey, Rey pasti akan kabulin!" ucap Reyvan masih memeluk mamanya dan menggiring mamanya untuk duduk di sofa.

"Mama nggak minta banyak, Rey! Mama cuma minta kamu segera menikah. Anak teman Mama dari Singapura akan datang. Kamu mau kan menikah dengan anaknya?"

Seketika Reyvan melepaskan pelukannya. "Menikah? Ma ... Bukankah sudah kubilang, aku belum bisa, Ma! Lagian aku tidak kenal sama anak teman Mama," tolak Reyvan.

"Lalu, kamu mau melajang sampai kapan? Mama sudah pengen punya mantu kayak teman-teman Mama," desak Risa. Namun Reyvan tak bergeming, ia tak menanggapi sedikit pun ucapan mamanya.

Risa yang merasa diabaikan oleh putranya, merasa marah. Ia pergi begitu saja meninggalkan Reyvan. Sementara Reyvan, ia tidak memperdulikan kemarahan mamanya. Ia yakin kemarahan mamanya akan mereda dengan sendirinya, seperti yang sudah-sudah.

Hingga hampir malam, Reyvan tidak pulang kantor. Ia terus memikirkan permintaan mamanya. Ia tidak mau menikah dengan orang yang tidak dikenalnya, tapi ia sendiri bingung harus bagaimana. Namun, tiba-tiba ia teringat permintaan kakaknya untuk menolong Alissa. Reyvan pun tersenyum penuh arti, kini ia mempunyai cara untuk menghindari desakan mamanya untuk menikah.

Reyvan segera menghubungi kakaknya untuk meminta alamat Alissa. Malam itu juga ia ingin menjalankan rencananya. Ia akan menghindari perjodohan yang di atur mamanya dengan memanfaatkan Alissa. Setelah mendapatkan alamat Alissa, Reyvan segera pergi dari kantornya menuju rumah Alissa.

Kini Reyvan sudah berada di depan Rumah Alissa. Ia melihat rumah mewah 2 lantai yang di sampingnya terdapat taman yang tampak asri. Tepat di atas taman itu, di lantai 2 terdapat balkon kamar yang menurut informasi dari kakaknya itu adalah balkon kamar Alissa.

Reyvan melihat ke arah gerbang, malam ini sepertinya adalah malam keberuntungannya karena 2 security yang ada di sana sedang tertidur pulas. Dengan bekal ilmu bela diri yang ia punya, Reyvan dengan mudah memanjat masuk gerbang lalu memanjat tiang yang menempel pada tembok, hingga ia bisa sampai di balkon milik Alissa.

Di waktu yang bersamaan, ternyata Alissa juga sedang berjalan menuju balkon. Seketika matanya terbelalak, ia terkejut saat tiba-tiba ada orang asing di depannya.

"Siapa kamu?" teriak Alissa.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status