Share

Gara - Gara Resleting
Gara - Gara Resleting
Penulis: Chanie1001

1. Di Gerebeg Warga

Razelia Amora Rulzain, gadis yang kini memasuki usia 18 tahun, semester akhir di SMA Gelora. Nama panggilannya, Amor atau Amora.

Gadis penyuka lagu dangdut itu kini terlihat asyik dengan cemilan dalam bungkus besar di gendongannya. Langkahnya terus terayun santai melewati rumah - rumah tetangga yang tidak jauh dari rumahnya.

Amora melirik segerombolan laki - laki yang tengah bercanda tawa, di salah satu rumah yang di lewatinya itu. Kepalanya menggeleng samar, mulutnya mengunyah santai.

"Mereka engga ada kapok - kapoknya, udah di grebeg, udah di usir halus sama warga sini, masih aja nongkrong dan minum - minum.." gumamnya dengan memelankan langkahnya, Amora penasaran dengan pemilik rumah itu.

Katanya, tampan melebihi Aliando pada masanya.

Amora menahan nafas, matanya bertemu pandang dengan laki - laki beralis tebal dan berhidung mancung. Sungguh tampan, Amora sampai sulit mendeskripsikannya.

Langkahnya yang terayun pelan kini melangkah lebar setengah berlari, Amora rasanya tertangkap basah.

***

"Amor, banyak banget bunda bikin kue__" Zela menyeka peluh di pelipisnya."bagiin ke tetangga gih, bunda masih harus beresin satu adonan lagi_" lanjutnya dengan tanpa menatap Amora.

Amora yang duduk di kursi bar mini terlihat mendesah malas, dia lebih baik di suruh mencicipi kue - kue itu, bodo amat gendut juga di banding mengunjungi para tetangga.

Apalagi ke rumah pak Burhan, dia akan di jodoh - jodohkan dengan anaknya yang perutnya buncit itu.

"Berapa rumah, bun?" Amora bertanya dengan malas - malasan.

"6 aja kayaknya, bentar bunda kemas dulu__" Zela mulai meraih beberapa wadah."nanti bekasnya minta di ambil lagi, ya?"

Amora mengangguk samar."Iyah, emang selalu begitukan, bun.." balasnya masih tidak bertenaga.

"Hm, oh iyah, beres ini kayaknya bunda harus ke kantor ayah, di rumah sendiri engga papakan?"

Amora mengangguk."Anak bunda yang keren ini pemberani.." bangganya. Zela hanya mengulum senyum geli.

***

Amora menatap wadah - wadah di tangannya, rumah - rumah terdekatnya sedang kosong entah kemana. Semua kompak menghilang.

Amora menatap rumah sepi di depannya, merasa ragu untuk bertamu malam - malam. Rumah itu reputasinya buruk!

"Dari pada ke rumah pak Burhan, dan rumah yang lebih jauh, mending ke sini aja__" gumamnya walau masih tidak yakin."macem - macem tinggal tendang burungnya, yakan?" kekehnya di akhir.

Amora membawa langkahnya melewati gerbang, matanya mengamati bunga - bunga tidak terurus itu dengan kasihan.

Amora berdiri di depan pintu, mengetuknya tanpa ragu. Suara bedebug terdengar dari dalam.

"Masuk!" teriak seseorang dari dalam."buka aja, gue lagi repot.." lanjutnya masih dengan berteriak.

Amora membuka pintu, mencoba tidak berpikir negatif. Amora tidak terlalu percaya gosip juga.

"Ini ada kue__" suara Amora lenyap, tatapannya bertemu dengan laki - laki beralis tebal yang saling menatap 3 bulan lalu."Akh!" Amora refleks menutup mata.

"Sorry, gue lagi sibuk__" suaranya begitu merdu dan laki - laki sekali."tangan gue kotor, bau telor sama terigu__simpen aja.." acuhnya lalu kembali menuju dapur.

Amora masih tidak berani menatapnya yang tanpa atasan itu, roti sobeknya takut membuat Amora lupa diri dan memperkosanya.

"Tapi wadahnya mau di ambil balik_" Amora mencoba tenang walau matanya masih bergerak tidak fokus.

"Lo bisa pindahin? Gue masih sibuk_" acuhnya lagi.

Amora mendengus pelan, dengan berani dia meraih wadah. Menuangkan semua kue lalu menoleh padanya yang kini tengah berdiri di belakang Amora, tengah membawa wadah di lemari atas.

Amora menahan nafas, dadanya yang berotot itu ada di depan mata. Amora merasakan panas di wajahnya.

"TUHKAN!"

Suara derap langkah yang banyak mulai terdengar, bisikan - bisikan dan pembicaraan saling bersahutan.

Keduanya menoleh ke arah pintu. Di sana, para tetangga berkumpul dengan wajah dan tatapan seolah menyudutkan. Ucapan mereka terdengar ricuh bahkan di pedengaran keduanya tidak jelas.

"SUDAH - SUDAH, STOP!" bapak kepala penjaga komplek mencoba menghentikan semuanya.

Suara ricuh pun lenyap.

Amora masih tidak mengerti keadaan, kenapa rumah sepi ini menjadi sesak di penuhi orang.

"Junior! Dan kamu Razelia, kalian sudah tertangkap basah melakukan hal mesum. Kami tidak bisa membiarkan warga resah, dengan terpaksa kami akan menikahkan kalian! Kami akan mendesak keluarga dari dua belah pihak untuk melakaukan pernikahan agar tidak terjadi keresahan di sekitar sini!" tegasnya yang di setujui oleh semua, keadaan kembali ricuh.

Amora masih diam dengan tangan gemetar, perasaannya mulai takut. Amora masih tidak mengerti saking syoknya.

Junior menggeram kesal, perasaan dia tidak melakukan hal mesum! Dia sungguh benci dengan semua tetangga di sekitar rumahnya itu.

"STOP! Jangan gila, pak! Saya sedang memasak, dia mengantar kue sialan itu! Di mana letak mesumnya?" teriak Junior dengan emosi.

"Kami melihat kamu merengkuh Razelia tanpa atasan dan lihat resleting kamu terbuka, kami ada bukti rekaman tadi kalau masih mau mengelak!"

Junior menggeram kesal seraya menaikan resletingnya yang tidak tahu diri! Terbuka di saat tidak tepat!

"Lihat! Saya sedang memasak, tangan saya__" sialan, dia sudah mencuci tangan."saya tidak__"

"Seret aja mereka, kita arak keliling komplek! Biar mereka jera dan malu!"

Amora dan Junior kelabakan, semua menyerang dengan menarik dan menyeret mereka keluar rumah.

"SIALAN! Gue ga mesum!" bentak Junior dengan berusaha meronta.

Amora sudah berderai air mata, semua tetangga yang baik padanya kini tidak berpihak bahkan ikut menyeretnya.

Amora bergetar ketakutan, sangat ketakutan. Meminta ampun, memohon untuk di lepaskan masih tidak di hiraukan. Matanya terus berair. Isakan dan raungannya yang sampai ke telinga Junior membuat Junior berhenti meronta.

Tatapannya menatap Amora yang di seret paksa itu. Gadis tidak berdosa itu tidak salah! Semua menyudutkannya tidak masalah, toh laki - laki sebandel apapun tetap bisa menikah. Tapi, beda halnya perempuan! Tercoreng jelek maka akan sulit mendapat jodoh.

Junior menghempas cekalan itu dengan tenaga yang mendadak super. Junior meraih Amora, memeluknya dengan nafas memburu menahan emosi.

Amora bergetar hebat dengan terisak yang semakin meledak. Junior menatap semua mata itu. Menyorot mereka dengan aura kebencian.

"Gue bakal nikahin dia! Dia dan gue bukan binatang, Sialan!" bentaknya tidak punya sopan santun."gue bahkan bakalan pindah dari komplek munafik ini! Kalian seolah suci, kalian seolah engga punya salah, padahal gue tahu, kalian juga selingkuh diem - diem! Masuk ke rumah janda malem - malem!" amuk Junior membabi buta.

Semua diam, tampak saling berbisik dan melempar tatapan jijik. Seolah - olah mereka berdua manusia paling berdosa.

Junior menggendong Amora, membawanya masuk ke dalam mobil. Menyalakan mobil tanpa peduli dengan tubuh atasnya yang tanpa atasan.

Junior mencengkram stir dengan kuat, matanya berkilat emosi. Semua manusia itu memang kotoran! Mereka menyudutkan satu pihak tanpa berkaca dengan perbuatan kotornya sendiri!

Junior menjalankan mobilnya, membuat para warga menepi dengan bersorak. Kalau membunuh bukan kejahatan, Junior akan menabrak mereka semua tadi.

Amora masih terisak dengan penuh luka dan ketakutan. Dadanya kembang kempis menahan sesak di dadanya.

Entah kemana tujuan mereka, yang jelas Junior membawa Amora jauh dari komplek. Keduanya masih sibuk dalam pemikiran masing - masing.

***

"Minum_" Junior memberikan satu botol air putih pada Amora yang sudah tidak menangis namun masih terdengar tersedu - sedu."lo bawa ponsel?" lanjutnya.

Amora meneguknya sedikit lalu menggeleng dengan tanpa berani menatap Junior dengan keadaan kacaunya.

"Lo inget nomor nyokap/bokap?" Junior masih menatap kepala menunduk itu.

"Brian, cuma dia_"

Junior mangut - mangut samar, mungkin pacarnya. Junior menyerahkan ponselnya."Telepon dia, kalo bisa minta nomor nyokap/bokap__" Junior terdiam sesaat."apa lo tahu nyokap/bokap lo dimana sekarang?"

"Kantor." singkat Amora dengan masih sesegukan.

"Kita ke sana.." putus Junior tanpa takut atau malu dengan keadaan kacaunya.

"Jangan__" Amora terisak pelan."mau Brian aja, kita ke apartementnya.." lanjut Amora dengan lirih.

***

Brian menautkan alisnya melihat keadaan kembarannya yang sangat kacau, tatapannya beralih tajam pada sosok yang membuatnya mengeraskan rahang.

"Lo?!" geram Brian dengan membalas tatapan Junior tak kalah tajam.

Junior mengumpat dalam hati, kenapa harus musuh gengnya yang dia temui? Junior merasa semakin emosi!

"Hiks__" Amora memeluk Brian dengan kembali terisak.

Brian masih bersitatap tajam dengan Junior, membiarkan Amora memeluknya.

"Takut__" Amora mengeratkan pelukannya."tolong hiks.." lanjutnya semakin berderai air mata.

"Masuk!" setelah mempersilahkan musuhnya masuk, Brian menggendong Amora, membawanya hingga duduk di sofa.

Biya yang melihat Amora berderai air mata sontak mendekat dan di sambut oleh Amora dengan langsung memeluknya.

Junior melirik Biya, melirik Brian lalu Amora. Dia tidak paham dengan hubungan mereka. Junior pun memutuskan untuk tidak peduli.

"Kenapa bisa dia ada sama lo?" suara Brian mengalun dingin, tatapannya terlihat siap menerkam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status