Share

Bab 39

Dia mematut dirinya di depan cermin. Tubuh yang nyaris sempurna tanpa celah. Cantik, kulit putih bak porselen, meski terbilang kurus untuk bagian aset terpentingnya masih padat berisi.

Hanya satu kurangnya, tidak memiliki rahim. Dia meraba perut langsingnya. Apakah akan ada keajaiban suatu hari nanti akan tumbuh benih di dalam sana. Benih dari buah cintanya dengan sang suami. Merasakan fase hamil dari trimester pertama, kedua dan ketiga. Serta merasakan sakit dan detik-detik kelahiran sang buah hati.

Menangis bahagia saat tangis malaikat kecil memenuhi pendengaran. Begitu bayi mungil itu menghirup oksigen secara langsung.

Bulir bening kembali mengalir dari mata indahnya. Seharusnya dia bisa lebih bersabar mencari kebenaran tentang rahimnya.

Penyesalan selalu datang di bagian akhir. Jika di awal bukan penyesalan tapi pendaftaran.

“Na, makan malam yuk.” Bi Siti membuka pintu.

“Tolong bawakan kesini saja, Bi,” pintanya.

“Baiklah.” Bi Siti tidak jadi melangkah masuk. Dia berbalik kembali
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status