“Maksudmu apa?” Kartika bertanya dengan keringat dingin membanjiri dahinya.
“Ya, apalagi kalau terjadi sesuatu di antara kalian berdua!” bentak Andika dengan wajah memerah.Pikiran Andika melalang buana, lantaran mengetahui bahwa sang istri sangat dekat dengan adik kandungnya sendiri. Membuat tingkah posesifnya semakin menjadi, padahal lelaki itu tahu kalau Arel sedarah dengan Kartika.Wajah Kartika yang semula pucat dan tegang, langsung mendadak berubah.“Kamu ini ada-ada saja! Mana mungkin kami memiliki hubungan seperti yang kamu maksud, kami adalah kakak-beradik kandung,” terang Kartika sembari tertawa keras.Perempuan tersebut tertawa sangat keras seperti apa yang dikatakan suaminya itu sangat lucu. Tangannya pun mulai melingkar di leher Andika, ekspresi manja dan senyuman paling manis ukir di bibir.“Kamu tahu, kamu adalah lelaki yang paling aku cintai lebih dari siapapun. Wanita mana yang takNamun, beberapa menit menggoyangkan tubuh sang suami dengan kuat. Andika malah tak terbangun dan terdengar suara dengkuran pelan dari mulut lelaki itu.“Oh, ternyata kamu hanya tertidur. Baiklah, selamat tidur, suamiku.” Senyuman tipis terukir di bibir Kartika, ia mengenakan pakaian bagus dan pergi keluar.Kartika terus melangkahkan kakinya dengan anggun masuk ke dalam mobil sport mewahnya, pemberian dari Andika saat ulang tahunnya tahun lalu.**Pagi hari Andika bangun dengan kepala yang terasa sangat berat, tetapi saat matanya melirik ke arah lain melihat wajah cantik sang istri sedang tertidur tepat di sampingnya.“Em, ada apa?” Kartika mengucek matanya beberapa kali, ia menguap pertanda mengantuk.“Kenapa aku bisa tertidur? Bukankah kita ingin melakukan itu tadi malam?” Andika memegangi kepalanya yang terasa nyeri.“Melakukan apa? Bukankah tadi malam kamu langsung tertidur setelah datang dari kantor?” Kartika beranjak dari duduknya, ia mengambil jubah untuk pergi mandi.Andika mem
Semua pelayan bergegas pergi dari sana tanpa bertanya lagi. Sementara Cantika, ia berusaha berdiri dengan tegak dan tak menunjukkan ekspresi wajah ketakutan. Lagi pula menjadi pelayan di sini bukanlah kemauan Cantika, jadi ia merasa tak memiliki salah sehingga harus menanggung kemarahan dari Andika sang suami. Lelaki itu berjalan dengan langkah lebarnya ke arah Cantika. Tangan Andika langsung mencengkram rahang gadis muda itu dengan sorot mata yang menyala. “Kau bermaksud menghinaku dengan melakukan pekerjaan pelayan rendahan seperti ini?!”Cantika melirik ke arah Kartika, perempuan itu terlihat gemetaran saat mendengar pertanyaan dari suami mereka.“Kenapa kau melihat ke sana? Apa dia lagi yang menyuruhmu melakukan ini?” Andika bertanya dengan suara tinggi, ia tak mentoleransi kesalahan sedikit pun walau orang itu adalah perempuan yang cintainya.Kartika tak berani bersuara, perempuan itu sedari tadi menundukkan kepalanya. Ia hanya memainkan jari tangannya, tak terlihat seperti Kar
“Gadis mana yang kau maksudkan? Aku tak paham kalau kau tak menyebutkan namanya.” Dahi Andika mengerut, tak mengerti siapa yang dimaksud.“Tentu saja gadis yang melayani aku kemarin saat di rumahmu itu. Dia tak memberitahukan namanya walaupun aku meminta, bukankah gadis itu sangat menarik sekali?” kekeh Jack dengan senyuman tipis terukir di bibirnya. Tangan Andika mengepal dengan kuat, rahangnya mengeras, dengan gigi terus bergemeretak sedari tadi. Namun, ia harus menahan amarahnya di sini, lantaran tak ingin membuat pertemanan bisnis dengan Jack hancur berantakan.“Akan aku pertimbangkan, tetapi kalau dia tak mau aku tidak bisa memberikannya kepadamu,” terang Andika, ia langsung mengambil posisi duduk di seberang Jack.Jack menatap Andika dengan dalam, bibirnya terus tersenyum dari tadi. “Tak masalah bagiku, yang paling penting kau telah menyetujuinya. Soal dia mau atau tidak, aku akan membujuknya dengan berbagai cara.”
Kartika sangat marah lantaran mengetahui kalau kamar yang ingin ia masuki ternyata terkunci. Perempuan itu pun mulai menduga kalau Cantika lah yang menghuni kamar tersebut, sehingga membuatnya menjadi semakin marah dan mulai menggedor-gedor pintu dengan kuat karena gadis tersebut tidak membukakan sedari tadi.Cantika membiarkan dulu kakak madunya menggedor-gedor pintu itu, ia memilih untuk memasang pakaian terlebih dahulu. Karena tak ingin membukakan pintu dengan kondisi yang sekarang. Setelah memakai pakaian lengkap, ia baru melangkahkan kaki membuka pintu tersebut. Pertama yang dilihat Cantika adalah Kartika sedang merengut dengan tangan dilipat di dada.“Lama sekali kamu bukakan pintu untukku! Kau pikir kau siapa membuat aku menunggu di sini setengah jam lamanya.” Kartika menggerutu dengan tangan tetap bersedekap di dada, ia sangat geram sekali dengan ulah gadis tersebut.“Saya baru saja selesai mandi, jadi saya tentu saja memakai pakaian terl
“Mulutmu sangat tajam, berbanding terbalik dengan tubuhmu yang kecil. Kalau kau seperti itu, yang ada kau akan binasa.” Mata elang Andika menatap tajam kepada Cantika, tatapan itu begitu mengintimidasi gadis kecil tersebut. “Saya hanya mengatakan sebuah kejujuran saja, tetapi sepertinya Anda tidak ingin mendengar apa yang saya katakan.” Cantika menegakkan tubuh, ia tak ingin terlihat gemetar di depan Andika.Cantika sedang menahan dirinya untuk tidak gemetaran, ia berusaha menahan mati-matian. Apalagi gadis itu merasa sangat terintimidasi dengan tatapan tajam dari Andika, mata elang sang suami sungguh sangat menakutkan “Sudahlah, lupakan saja. Aku menjadi malas untuk datang ke kamarmu lagi kalau kau seperti ini.” Andika berjalan meninggalkan Cantika.‘Ya-ya pergi saja Anda dari sini.’ gumam Cantika di dalam hati.“Oh, ya. Kau tunggu Jeremy, mungkin dia akan datang sebentar lagi. Aku harap kau menerima yang dia b
“Kamu tahu sendirikan, Sayang. Kalau Arel tak suka dengan keramaian, jadi dia cocok di kamar yang Cantika huni. Lagi pula gadis itu bisa memilih kamar lain, tak masalah kan kalau Arel memakai kamar itu? Lagi pula kamu tak berniat untuk mengatakan kepada seluruh dunia kalau memiliki istri selain aku, kan?” Wajah Kartika dibuat menyedihkan, ia menatap sang suami lekat.“Memang kenapa kalau aku berniat mengatakannya kepada seluruh dunia, kalau aku memiliki dua istri?” bukannya menjawab, Andika malah memberikan pertanyaan kepada sang istri, “bukankah kau sendiri yang meminta aku menikahinya?”“Tapi aku tidak mau kamu memperkenalkan orang lain sebagai istrimu di depan seluruh kolega, rekan bisnis dan orang lain sekali pun!” rengek Kartika dengan wajah sedihnya.“Kamu cemburu?” Andika merapatkan tubuhnya kepada sang istri.“Tidak. Hanya saja, aku merasa akan sangat malu kalau semua orang mengetahui aku bukanlah istri yang sempurna da
“Aku tidak mau harus makan dengan dia di satu meja yang sama!” tolak Kartika dengan sangat ketus.“Alasannya apa sehingga kamu menolak?” Andika menoleh menatap sang istri, wajahnya berekspresi datar.“Ya aku tidak mau saja.” Kartika melipat tangannya di dada, raut wajahnya terlihat tak suka.“Bukannya kamu sendiri yang meminta aku menikah dengannya? Jadi seharusnya kamu tak masalah kalau dia duduk bersama dengan kita di sini, karena dia juga adalah istriku!” terang Andika mengatakan sebenarnya.Lagi pula Andika memiliki tanggung jawab kepada Cantika, karena gadis itu adalah istrinya juga. Sehingga tak mungkin ia lepas tangan terhadap orang yang sudah dinikahi. Menurutnya lelaki paling buruk adalah lelaki yang tak bertanggung jawab dengan istrinya.Walau pun Andika tak menginginkan pernikahan ini, tetapi itu bukanlah alasan untuk melepaskan tanggung jawab yang sudah dipikul.Jemari Kartika mengelus le
Cantika yang masih memejamkan matanya, merasa kalau tangan Andika menyentuh pipinya. Tepatnya bukan menyentuh, tetapi seperti seseorang yang sedang mengelap sesuatu di wajahnya dengan tangan. Tak lama gadis itu tak merasakan kalau Andika berada di dekatnya lagi. Sehingga ia membuka matanya sedikit untuk mengintip, benar saja kalau lelaki itu sedang mengaduh minumannya.“Apa yang sedang kau pikirkan? Cepat habiskan makananmu! Nanti para pelayan akan datang kemari, aku akan tetap menutupi identitasmu sebagai istri keduaku. Karena tak mau mendengar sesuatu yang merepotkan seperti rumor buruk tentang aku dan istriku yang mendapatkan anak dari rahim wanita lain.” Andika berkata sambil menyeduh minumannya. Cantika yang awalnya berdebar langsung tersenyum kecut, gadis itu segera makan dengan cepat. “Usahakan mereka tak tahu dengan identitasmu sekarang!” titah Andika menatap lekat Cantika.“Tapi mereka sudah mengetahui