Share

Jebakan Nikah Kontrak
Jebakan Nikah Kontrak
Penulis: Vhiaraya

1. Surat Perjanjian Nikah Kontrak

"Aww! Maaf-maaf, aku tidak sengaja," ujar seorang wanita cantik sambil membungkukkan tubuhnya.

Wanita yang diketahui memiliki nama lengkap Yuriko, beberapa kali membungkukkan tubuhnya berusaha meminta maaf pada seseorang yang tidak sengaja ia tabrak. Kemudian, ia memunguti barangnya yang jatuh berserakan di lantai. Tanpa melihat sosok yang ia tabrak, Yuriko bergegas pergi dengan langkah terburu-buru.

"Siapa wanita itu? Kenapa aku baru melihatnya? Apa dia karyawan baru di sini? Bukankah sudah lama perusahaan ini tidak membuka lowongan pekerjaan?" tanya pria yang tidak sengaja Yuriko tabrak.

Pria itu adalah Wolf Lundmark Antariksa Phoenix pemilik sekaligus pemimpin perusahaan PT. Griant Phoenix. Pria dengan tubuh tegap dan tinggi semampai. Rahang yang tegas dan bulu-bulu tipis yang menghiasi wajahnya itu, kini menjadi penasaran terhadap wanita. Padahal seumur hidupnya, ia tidak pernah peduli dengan wanita mana pun kecuali pada Theona, sang pujaan hati.

"Apa alasan wanita itu terlihat sangat terburu-buru?" tanyanya lagi.

Terlalu penasaran, jadi ia memilih mengikuti wanita itu yang saat ini sedang melambaikan tangannya memanggil taksi. Terlihat, sebuah taksi berhenti dan Yuriko masuk ke dalam. Wanita itu tidak sadar bahwa saat ini ada pria yang sedang mengikutinya.

"Phoenix Hotel? Apa yang akan dia lakukan di sini?" tanya Wolf pada dirinya sendiri.

Phoenix Hotel merupakan perusahaan yang kakaknya pimpin dan ia membantunya di belakang layar. Wolf turun dari mobil dan mengikuti Yuriko masuk ke dalam. Namun sebelum itu, ia meraih kacamata dan topi hitam di laci mobil. Ia tidak boleh terlihat membuntuti seorang wanita.

"Apa kau Kevin?" tanya Yuriko pada seorang pria tampan berusia tiga puluhan.

"Iya. Apa kau Yuri?" sahut Kevin balik bertanya.

"Iya, aku Yuri. Apa kau sudah lama menunggu?" Yuriko menarik kursi dan duduk, "Maaf, ya, aku terlambat soalnya aku habis kerja lembur," imbuhnya.

Sudah tidak terhitung jumlahnya, Yuriko melakukan kencan buta demi memenuhi keinginan sang nenek untuk menikah.

"Tidak, aku juga baru sampai. Mungkin baru sekitar lima sampai sepuluh menit yang lalu," jawab Kevin sambil menyentuh arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Syukurlah, kalau begitu." Yuriko menghembuskan napas lega sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Kau mau makan apa?" tanya Kevin sambil membuka buku menu.

"Apa saja, aku bukan pemilih," sahut Yuriko santai.

Selagi Kevin sibuk membolak-balikkan buku menu, Yuriko sibuk memperhatikannya. Hal pertama yang wanita itu perhatikan adalah wajah tampan Kevin.

"Sepertinya aku akan gagal lagi di kencan buta kali ini," bisik Yuriko dalam hati.

Hampir setiap bulan, Yuriko melakukan kencan buta melalui sebuah aplikasi. Hal itu ia lakukan demi mewujudkan permintaan sang nenek. Namun, sudah tidak terhitung jumlahnya ia gagal mencari pria yang ia inginkan.

Semua pria di kencan buta memiliki paras yang tampan, sedangkan pria yang ia cari adalah pria dengan paras yang biasa-biasa saja. Kriterianya berbanding terbalik dengan wanita pada umumnya.

"Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Kevin menyadari bahwa Yuriko sejak tadi sibuk memperhatikannya.

"Tidak ada," balas Yuriko menggeleng.

Sementara Yuriko dan Kevin sibuk mengobrol, Wolf hanya sibuk memperhatikan dan mendengarkan percakapan mereka. Bahkan sampai mereka makan dan selesai, ia tetap berada di sana menunggu Yuriko keluar.

"Aku berharap pertemuan pertama kita ini bisa berlanjut," harap Kevin sambil mengulurkan tangannya.

Yuriko tidak menjawab dan hanya mengurai senyum canggungnya. Lalu, ia membalas uluran tangan Kevin. Setelah itu, mereka berdua berpisah.

Sambil menghela napas berat, Yuriko berkata, "Gagal lagi, gagal lagi."

Wanita cantik itu melangkah menuju toilet untuk menghapus riasan wajahnya. Mengubahnya menjadi riasan buruk rupa untuk menyembunyikan wajah aslinya yang cantik.

Wolf masih terus mengikuti Yuriko sampai ke toilet. Ia cukup terkejut melihat wajah karyawan yang cukup familiar. Namun, pakaian dan tas yang wanita itu kenakan merupakan milik Yuriko.

"Jadi, selama ini kau membunyikan wajah cantikmu di balik riasan. Sungguh wanita yang sangat menarik," gumam Wolf sambil mengulas senyuman.

Pria itu masuk ke dalam lift setelah Yuriko. Ia begitu penasaran dengan alasan apa yang membuat wanita itu menyembunyikan kecantikan wajahnya, sedangkan di luaran sana banyak wanita yang berlomba-lomba menunjukkan kecantikan wajah mereka.

Setelah sampai di depan hotel, Wolf membiarkan Yuriko pergi begitu saja. Ia hanya memperhatikan punggung wanita itu yang kian menjauh.

"Kenapa aku merasa ada yang memperhatikan?" tanya Yuriko dalam hati.

Wanita itu menoleh ke belakang untuk memastikan. Namun, ia tidak mendapati seseorang yang memperhatikannya. Meskipun ada, orang itu adalah Wolf dan pria itu sudah langsung bersembunyi.

"Sepertinya kali ini aku harus mengecewakan Nenek lagi," bisiknya sambil berjalan menyusuri trotoar.

Entah sudah berapa lama melangkah, Yuriko berhenti di halte bertepatan dengan bus yang datang. Dalam sekejap, bayangan wanita dengan riasan tebal itu sudah menghilang.

***

Keesokan harinya, entah ada angin apa, wanita pendiam yang sama sekali tidak dikenal karyawan lain tiba-tiba dipanggil ke ruangan CEO.

"Sebenarnya ada apa? Kenapa Pak Wolf memanggilku?" batin Yuriko bertanya-tanya.

Semua karyawan, bahkan atasan yang satu ruangan dengannya pun mulai sinis padanya. Mereka berpikir, bagaimana bisa wanita berwajah pas-pasan atau lebih tepatnya di bawah standar kecantikan negeri ini seperti Yuriko dipanggil ke ruangan CEO. Padahal, jarang sekali ada orang yang bisa masuk ke sana.

"Apa kau Nona Yuri?"

"Iya, Pak, saya sendiri," jawab Yuriko.

Baru saja keluar dari lift, sudah ada pria tampan yang menghampirinya. Sambil menghela napas pelan, Yuriko terus menundukkan kepala.

"Saya, Reza, sekretaris Pak Wolf. Mari saya antar ke ruangan Pak Wolf," kata Reza berjalan lebih dulu.

Yuriko mengangkat kepalanya terkejut. Kemudian, ia berjalan tergopoh-gopoh mengejar Reza. "Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, Pak Wolf meminta saya ke ruangannya untuk apa, ya?" tanyanya sambil menatap Reza lekat.

Pria itu menghentikan langkahnya dan menatap Yuriko. "Saya tidak tahu dan hanya Pak Wolf sendiri yang tahu. Mungkin saja kamu membuat kesalahan besar, makanya Pak Wolf memanggilmu ke ruangannya," jawab Reza, kemudian melanjutkan langkahnya.

"Kesalahan besar. Perasaan aku tidak membuat kesalahan apa pun," gumam Yuriko sambil berpikir.

Reza mengetuk pintu. Kemudian, terdengar suara seruan dari dalam yang memintanya untuk masuk.

"Masuklah! Pak Wolf sudah menunggumu di dalam," kata Reza mempersilakan.

"Tapi, Pak Reza. Saya merasa tidak membuat kesalahan apa pun. Apa jangan-jangan Pak Wolf salah memanggil orang?" Yuriko memilin ujung kemejanya khawatir.

Selama ini, ia berusaha agar tidak menjadi karyawan yang menonjol. Apa pun ia lakukan sendiri dan ia tidak pernah mencoba dekat dengan karyawan lain. Jadi ia pikir, Wolf salah memanggil orang.

"Tidak mungkin Pak Wolf salah memanggil. Atau kalau bukan karena kau membuat masalah besar, mungkin karena kinerjamu bagus. Jadi, lebih baik kau masuk ke dalam sebelum Pak Wolf marah," balas Reza sambil memutar kenop pintu dan sedikit mendorongnya agar Yuriko bergegas masuk ke dalam.

"Baiklah." Dengan langkah berat, Yuriko masuk ke dalam dan menyapa. "Selamat pagi, Pak."

Wanita itu hanya menatap Wolf sekilas. Mungkin hanya dalam hitungan tiga detik ia langsung menunduk.

"Pagi." Wolf menatap Yuriko dari atas ke bawah. Melihat penampilan wanita itu saat ini membuat sudut bibirnya naik sebelah. "Duduklah!"

"Baik, Pak." Yuriko melangkah ke depan dan duduk di kursi seberang meja kerja Wolf.

Sepersekian detik kemudian, Wolf beranjak bangun dari kursi dan meraih map kuning di rak sebelah kanan meja kerjanya. Lalu, menyerahkannya pada Yuriko.

"Tandatangani ini."

"Apa ini, Pak?" tanya Yuriko sambil mengerutkan keningnya.

"Baca dan tandatangani," balas Wolf datar. Ia berjalan ke arah jendela dan menatap ke bawah di mana banyak kendaraan yang lalu lalang.

Yuriko membuka map kuning itu dan mulai membaca. "A-apa? Surat perjanjian nikah kontrak?" Wanita itu terkejut dengan manik mata dan mulut yang terbuka lebar.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Emah Rustam
agak beda prnulisannya tapi intinya tetap sama and keren...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status