Share

Tujuh Belas

Makan semangkuk bubur membuat tubuhku kembali bertenaga meski masih sedikit bergetar saat digerakkan, aku sudah kuat melakukan shalat Subuh. Dari lawang pintu kulihat Ibu sudah berdiri hendak ke kamar mandi di bantu Ulfa.

Aku segera menghampiri dan menyalaminya.

“Terimakasih sudah datang, Nak,” ucap Ibu dengan senyum sayu.

Aku mengangguk dan mencoba memapahnya. Namun, Ibu berhenti saat melihat kaki yang kugusur pelan, “Biar Ulfa saja, sepertinya kamu pun sedang sakit,” tolaknya.

Aku menurut dan melepaskan genggaman tangan. Mas Aksa tidak terlihat, mungkin ia sedang keluar rumah. Sembari menunggu Mas Aksa, aku mengambil sapu dan membersihkannya, sudah hampir seminggu tidak memegang alat ini, rasanya rindu menjadi seorang istri.

Hampir setengah jalan menyapu, Mas Aksa datang dengan barang belanjaan, ia berhenti dan menatapku sejenak.

“Aku tidak perlu membayarmu kan?” tanyanya polos.

Ya ampun, sebegitu jelekkah reputasiku sekarang? atau jangan-jangan dia sedang mengingatkanku tentang bub
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status