Share

Masih Hari Sial

“Ngapain Anda ke sini? Tolong jangan ganggu istri saya, dia butuh ketenangan,” hardik Sulis galak.

“Eh, santai Pak Sulis,” sahut Baskoro. Dia mengangkat kedua tangannya, senyum dia lempar selebar mungkin. Ciri khasnya jika sedang ada maunya kepada klien yang sedang dia tangani.

“Kita bicara di luar saja, ayo silakan.” Sulis gegas mendekati sosok Baskoro yang belum sepenuhnya masuk ke dalam ruangan. Lelaki tambun itu masih berada di ambang pintu.

“Enggak apa-apa, Pa. Mama juga pengen denger kok,” cegah Widya. “Biarkan Pak Baskoro bicara di sini saja.”

“Ah, Bu Widya, semoga segera pulih ya, Bu. Untuk merayakan kemenangan bersama Mas Tyo dan kita—“

“Pak Baskoro mau minta uang berapa lagi?” tukas Widya.

Dalam sekejap mata, hilanlah senyum Baskoro, berganti dengan wajah terkejut lengkap dengan alis yang terjungkit ke atas.

Akan tetapi Baskoro bukanlah pengacara kemarin sore. Dalam sekejap dia sudah bisa kembali mencipta senyum, yang sama manisnya dengan yang tadi.

“Astaga, tidak baik berbu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status