Share

Bab 4

Wajah Rafael sedikit berpaling ke satu sisi. Pipi kirinya memerah dan terasa sakit. Dia tertegun sejenak karena sedikit bingung dengan situasi saat ini. 'Wanita ini menamparku?'

Detik berikutnya, sorot matanya dipenuhi amarah. Siapa pun yang menatapnya akan langsung merinding.

Rafael menoleh, hendak membuat wanita yang tidak tahu diri ini membayar harga yang setimpal, tetapi malah mendapati kedua mata Karina merah dan berkaca-kaca. Karina masih seperti ingin menampar Rafael, tetapi sekujur tubuhnya gemetar hebat. Dia gemetar seperti itu entah karena merasa takut atau marah. Kemudian, Karina berkata dengan suara yang menahan tangis, "Bajingan, jangan menilai diriku dengan pikiran dangkalmu itu! Sungguh menjijikkan!"

Setelah mengatakan itu, dia menundukkan kepalanya dan mengambil liontinnya yang ada di meja kopi. Tanpa menunggu Rafael mengatakan sepatah kata pun, dia keluar dari pintu tanpa menoleh ke belakang.

Jonny dan yang lainnya berdiri di luar kamar. Jonny bahkan menempelkan telinganya ke pintu, mencoba mendengar pembicaraan di dalam kamar. Namun, dia tidak menyangka bahwa Karina akan tiba-tiba membuka pintu dan hampir membuatnya terjatuh. Saat dia hampir mengeluarkan kata makian, dia melihat Karina dengan mata merah menatapnya dengan dingin.

Pada saat yang sama, pintu di kamar sebelah terbuka dan seorang pria muda berpenampilan berantakan berjalan keluar. Pemuda itu melihat ke samping, dia terkejut ketika matanya tertuju pada Karina dan berkata, "Karina, kenapa kamu ...."

Melihat pemuda itu, Karina yang sebelumnya terlihat dingin langsung panik. Dia buru-buru mendorong Jonny yang menghalangi jalan, melarikan diri dari tempat ini dengan panik.

Pemuda itu terheran-heran. Dia berpikir, bukankah dirinya baru menghabiskan malam yang romantis bersama Karina? Mengapa Karina malah keluar dari kamar sebelah?

Nama pemuda itu adalah Simon Kesar, putra dari orang kaya baru. Di kampus dia sangat sombong dan playboy. Dia lebih sering mengganti-ganti wanita daripada pakaiannya. Dia sudah lama ingin menikmati Karina, tetapi selalu gagal. Karena itulah dia memanfaatkan hari ulang tahunnya untuk mendapatkan Karina.

Rencananya berjalan dengan baik. Karina langsung tertidur setelah meminum anggur yang telah dicampuri obat. Simon pun meminta seseorang untuk mengantar Karina ke kamar yang sudah dia siapkan dan dia nikmati nanti. Namun, dia sudah mabuk berat ketika mendatangi kamar tersebut dan langsung melakukan apa yang sudah lama dia ingin lakukan. Paginya setelah dia bangun, dia terheran-heran mendapati Karina sudah tidak ada di kamar.

Selanjutnya, begitu dia keluar dari kamar, dia malah melihat Karina keluar dari kamar sebelah.

Simon masih di tengah kebingungan. Sementara Jonny dan sekelompok lainnya saling memandang sejenak, lalu menghampiri Simon sambil tersenyum-senyum. Jonny langsung merangkul leher Simon, seakan-akan sudah sangat akrab dan bertanya dengan nada berbahaya, "Bro, ada yang ingin kutanyakan padamu."

....

Rafael masih duduk di sofa. Sekelilingnya sangat sunyi, bahkan jika ada jarum jatuh pun terdengar. Di atas meja kopi di depannya masih ada selembar cek tergeletak sendirian.

Di sampingnya ada sekelompok orang dari Jonny. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani bersuara karena takut akan membuat Rafael marah.

Lingkaran mereka dikenal ada begitu banyak pemuda kaya dan berkuasa dan di antaranya ada beberapa yang sangat kaya atau sangat berkuasa. Orang-orang yang seperti ini sangat dihormati di kalangan para pemuda lain.

Rafael merupakan orang yang dihormati itu. Baik dari segi kekayaan atau kekuasaan, dia berada paling teratas.

Namun, tuan muda yang sangat hebat ini masih perjaka!

"Jawab aku, ide siapa ini?"

Tidak ada sedikit pun emosi yang terdengar dari nada bicara Rafael, tetapi justru ini membuat Jonny yang akrab dengannya gemetar. Jonny sangat yakin jika dia tidak menjelaskan semuanya, dia tidak akan bisa hidup di negara ini lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status