Share

Bab 10. Ssst ... Ini Baru Awal.

Dengan manik lurus aku menatap suamiku yang terperangah. Mulutnya tergagap.

“D-Dek, kamu–”

“Ha ha ha!”

Tawa keras bergema di ruang tamu, membuat Mas Asep menatapku aneh. Aku tertawa hingga menangis, tapi tak ada yang benar-benar sadar kalau aku menangis bukan karena ada yang lucu, melainkan sakit hati.

Bahkan, ketika ditembak kenyataan, Mas Asep hanya bisa terbengong seperti orang bodoh.

Inikah pria yang telah kupilih untuk menjadi suamiku?! Inikah ayah dari putri malangku!?

“D-Dek, kamu kenapa?” tanya Mas Asep. “Kamu … kamu nggak apa-apa, ‘kan?”

“Aku bercanda saja, Mas,” ucapku pada akhirnya setelah tenang. “Kenapa kamu kelihatan takut begitu? Kamu nggak benar-benar mengkhianatiku dengan Eka, bukan?”

"E-enggak dong, Dek! Demi Tuhan, Dek. Cintaku tetap utuh terjaga hanya untuk kamu. Karena kamu itu wanita paling cantik dan sempurna bagiku." Asep meluncurkan rayuan gombalnya. “Mana mungkin aku suka sama Eka?”

Klontang!

Klontang!

Tiba tiba saja dari arah dapur, terdengar sua
Anggrek Bulan

Selamat pagi? ada yang suka novel ini?

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status