Share

30. Seorang pelukis

"Jangan bilang kamu awalnya seorang pelukis?” ucap Haikal diikuti anggukan oleh Zaara.

“Astaga … serius kamu pelukis?”

Haikal menganga mengetahui fakta bahwa Zaara seorang pelukis yang kehilangan indera penglihatannya. Sungguh malang sekali nasibnya.

Haikal meraih botol minum dan meneguknya cepat.

“Iya Mas,” sahut Zaara dengan tatapan merana pada kantong yang tergeletak di atas meja. “Selepas lulus fakultas seni rupa, aku mulai mengikuti pameran lukis. Sayang, Allah punya rencana lain jadi … aku tak bisa ikut pameran,”

“Menurut dokter apa matamu bisa dioperasi begitu?” telisik Haikal. Dia tak tega mendengar kisah pilu tentang Zaara. Andai dia bisa membantunya dengan membiayai pengobatan operasi matanya sebagai ucapan terima kasihnya karena Zaara adalah sang dewi penolong yang dikirim Tuhan untuk menolongnya saat itu.

Zaara meneguk saliva dengan susah payah. “Kepalaku terbentur beberapa kali sehingga menyebabkan syaraf mata yang terganggu. Bukan kornea mata yang bisa ditransplant
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status