Share

BAB 38

Pagi yang begitu lama tiba.

Dzurriya bangun dengan malas, hatinya terasa membatu melihat perlakuan orang di rumah itu terhadapnya, terutama Eshan. Ia merasa tak ada sisa semangat dalam dirinya.

Andai saja suaminya sedikit mencintainya, mungkin semua cobaan itu tidak terasa memberatkan. Kalaupun berat, sesimpul senyum suaminya akan menghapus dan menggantikannya.

Dzurriya menghela napas panjang, kemudian menyingkirkan selimutnya dengan malas. Ia bangkit dan berniat untuk mandi. Namun, sebelum membuka pintu kamar mandi, ia mendengar pintu kamarnya diketuk.

“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Tikno.

Dzurriya hanya bergumam lirih mendengar panggilan sopan Tikno, membuatnya terlihat bingung dengan sikapnya. Namun, pria paruh baya itu dengan cepat mengatur ekspresinya, dan segera menyampaikan pesan itu.

“Tuan dan Nyonya, menunggu Nyonya di ruang kerja Tuan Eshan, tiga puluh menit lagi,” lanjut Tikno.

“Ya,” jawab Dzurriya singkat. Melihat Tikno tidak juga pergi, Dzurriya kembali bertanya, “Apa ada l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status