*****
Makan malam yang lancar di sertai obrolan ringan mereka untuk mengusir keheningan ruangan. "Bagaimana ayam saus tiramnya Damian? istrimu yang memasaknya untukmu." Tanya Rose membuat Damian yang tengah memakan makanan favoritnya terhenti sejenak. "Masakannya enak. Terima kasih Sayang sudah memasakannya untukku." Ucap Damian menatap serta memegang tangan Leanne dengan lembut membuat Rose serta Daniel bahagia melihatnya. "Sama - sama Sayang." Sahut Leanne tersenyum lembut yang membuat Damian tertegun sejenak. Jika bukan di hadapan orang tuanya, mungkin ia tidak akan melihat senyum Leanne, batinnya. "Ekhemm. Kalian ini, membuat Mama ingin segera memiliki seorang cucu saja." Celetuk Rose membuat kedua pasangan yang tengah berakting romantis itu tertegun. "Apa sudah ada tand***** Hotel de Glorie di mana Leanne dan Damian mereka sudah tiba di Paris, dan mereka memutuskan untuk check in di salah satu hotel yang sudah ternama di negara itu. Setelah tiga hari berlalu dan mereka memutuskan untuk pergi ke Paris. "Nanti malam biar aku saja yang tidur di sofa." Ucapan Damian yang pertama saat mereka sudah masuk ke dalam kamar hotel. "Maksudmu?" Tanya Leanne heran, ia menghentikan aktivitasnya yang hendak memasukkan perlengkapan dirinya untuk beberapa hari kedepan ke dalam lemari.Leanne menatap Damian. "Mungkin kamu tidak nyaman jika kita tidur berdua di atas ranjang." Jawab Damian yang tengah mengganti pakaiannya. "Jika aku merasa tidak nyaman mungkin saat kita bermalam di rumah Mama aku tidak akan seranjang denganmu," Sahut Leanne. "Lagian hanya tidur saja 'kan? Toh, kita tidak akan melakukan apapun meski kita berada di sini dalam rangka bulan madu. Tapi jika kamu yang memang tidak nyaman tidur seranjang denganku, tidak apa - apa jika akan tidur di
***** "Wah! Siapa wanita cantik yang sedang makan sendirian ini " Sebuah suara membuat Leanne mengalihkan pandangannya dari Eiffel Tower pada orang yang berdiri di sampingnya. "Mr. Wingston." Sapa Leanne pada Raymond yang tengah menatapnya. "Malam Leanne. Saya kira wanita cantik yang memandang Eiffel Tower bukan anda, ternyata setelah saya dekati memang andalah orangnya." Ucap Raymond. "Malam Mr—" "Ray. Panggil saya Ray, Leanne." Sela Raymond membuat Leanne mengangguk kecil. "Jika kamu tidak keberatan ijinkan saya makan dessert saya di sini, sambil menemani anda. " Ucap Raymond sambil menunjuk dessert- nya yang belum tersentuh. "Silahkan." Ucap Leanne, meski dirinya sedikit risih dengan keberadaan orang lain di saat dirinya tengah ingin sendiri. Namun dengan ijin sopan Raymond, ia tidak bisa m
**** "Saya kira kamu tidak akan menerima ajakan saya Leann." Ucap Raymond. Raymond dia tidak menyangka ternyata Leanne menerima ajakannya untuk tour bersama selama ia masih tinggal di Paris untuk beberapa hari ke depan. Ketika ia selesai breakfast, ia melihat Leanne yang telah selesai breakfast juga, dan tidak di sangka Leanne menerima tawarannya kemarin. "Dan kemana suamimu apa dia tidak akan pergi bersama kita?" Lanjut Raymond yang kini bertanya tentang ketidak beradaan Damian. Ia sudah penasaran sejak mereka masih di area hotel. "Suamiku dia memiliki sedikit pekerjaan." Ucap Leanne yang saat ini mereka sudah di luar area hotel. "Di honeymoon kalian, dan suamimu masih mengurusi pekerjaannya?!" Tanya Raymond sedikit terkejut.
# Florida, Amerika Serikat 19:20 pm "Lean, kamu yakin akan kembali, Nak?" Pertanyaan yang berasal dari pria paruh baya yang tak lain adalah Anthony, dia berada di ambang pintu kamar cucunya, Leanne yang tengah membelakanginya menghadap ke arah jendela besar. "Cepat atau lambat, pasti aku akan kembali, Kek." Sahut Leanne seraya berbalik ke arah seseorang yang sangat berharga. Kakeknya adalah seseorang yang mengulurkan tangan kepadanya. Membawanya pergi dari keterpurukan. Pria yang satu tahun lalu itu telah kehilangan orang yang sangat dia cintai. Sang istri yang telah berpulang kepada-NYA. "Baiklah, apa barang-barangmu telah kamu siapkan? Besok pagi kamu diantar jet pribadi kita." Ucap Anthony. "Dan kamu jangan menolaknya." Lanjutnya cepat sebelum cucunya protes. "Huh, baiklah." Ucap Leanne mengalah sebab perkataan Kakeknya yang tidak bisa ia bantah. "Terimakasih untuk kasih sayang selama ini yang telah Kakek dan mendiang Nenek berikan padaku. Aku sangat menyayangi kalian." Ucap
Dua keluarga yang di satukan dalam rangka makan malam itu telah menyelesaikan makanan mereka masing-masing, terlihat raut kedua pasangan suami istri itu yang ingin menyampaikan suatu hal penting dari inti malam ini. "Jadi bagaimana menurutmu Harris? Kamu setuju 'kan, jika anak kita di satukan dengan cara menikahkan mereka, agar hubungan pertemanan kita semakin erat." Ucap Daniel dengan lugasnya. Membuat Leanne yang sedari tadi diam melihat ke arahnya begitu pun Damian. "Ya, aku setuju kapan pernikahannya akan di laksanakan." Ucap Harris. "Lebih cepat lebih bagus. Iya 'kan Anita?"Tanya Rose. "Bagaimana kalau dua minggu dari sekarang. Kita akan mulai mempersiapkannya Rose." Ucap Anita begitu bersemangat. Para orangtua itu sibuk dengan pembicaraan mereka seolah orang yang berada di meja itu hanya mereka. Membuat anak mereka bertanya-tanya siapa yang mereka bicarakan dan pernikahan siapa yang akan di laksanakan dengan waktu secepat itu. "Apa yang kalian bicarakan? Siapa ya
DAMIAN "WHAT?! Kau akan menikah?!" Aku yang sudah tahu respons Sarah hanya diam, dan ia yang menatapku nyalang. "KAU ANGGAP HUBUNGAN KITA APA DAMIAN?!!" Bentak Sarah yang kali ini malah membuatku geram, berani sekali dia meninggikan suaranya. "JAGA UCAPAN MU SARAH!!" Bentakku balik yang langsung membuatnya menciut dan terdiam. "Kamu tega padaku Damian." Ucapnya pelan. "Hei tenanglah, pernikahan ini tidak akan lama." Ucapku melembutkan suara. "Apa maksudmu?" Tanya Sarah penasaran. "Pernikahan ini hanya akan aku jalani selama satu tahun, dan setelahnya aku akan menceraikan wanita itu." Jawabku sambil merangkulnya. "Ini demi Mama yang ingin aku menikahi wanita pilihannya." Lanjut memberi alasan sebenarnya. "Benarkah kamu akan segera menceraikan wanita itu, setelah waktunya tiba?" Tanya Sarah sambil memandangku lekat. "Ya." Ucapku singkat. "Apa kita harus backstreet setelah kamu menikah Damian?" Tanya Sarah yang sudah mulai tenang. "Ya, kecuali pada wanita yang aka
LEANNE Hari ini di mana aku akan menikah. Setelah beberapa minggu yang lalu di adakannya acara pertunangan yang sederhana. Hanya keluarga saja yang menghadiri itu pun di rumahku. Hotel berbintang salah satu aset milik Romanov Grup, yang di mana acara pernikahan akan di selenggarakan. Seorang diri di kamar salah satu Hotel yang ku tempati saat ini setelah penata rias menyelesaikan semuanya. Kini aku tengah berdiri di depan cermin melihat pantulan diriku sendiri, yang sudah di balut dengan gaun pengantin. Berwarna putih tulang, berlengan panjang yang memperlihatkan bahu telanjangku serta punggungku, dan ekor gaun yang menjuntai panjang. Wajahku yang sudah di make-up senatural mungkin, tidak menutup kemuraman di raut wajahku. Helaan napas kasar yang bisa ku keluarkan, hinga terdengar pintu yang terbuka dan wanita paruh baya tak lain ibuku berjalan masuk ke arahku yang masih menatapnya dari cermin. "Kamu sangat cantik sekali sayang." Ucapnya sambil mengusap pipiku dengan lem
LEANNE Niat awal hanya memejamkan mata sejenak, ternyata aku ketiduran di dalam bathtub. Di rasa sudah cukup lama aku segera bergegas membilas tubuh di bawah shower, dengan air hangat. Aku tidak tahu sudah berapa lama membuatku tertidur di dalam air, sehingga kulit jari tanganku mengeriput. Mematikan Shower dan membungkus tubuh dengan handuk yang sudah tersedia. Serta memakai pakaian yang ku bawa sendiri, karena semua baju yang di bawakan para orangtua di dalam koper tidak layak ku pakai. Apa yang di harapkan dari pernikahan hasil perjodohan ini? Tidak ada pengharapan apapun, sebab aku maupun Damian membuat pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan saja. Kesepakatan untuk kepentingan masing-masing. Setelah memakai piyama panjang, segera aku keluar. Tepat saat membuka pintu betapa terkejutnya aku. Damian yang sudah berdiri menjulang di depanku, membuat aku harus mendongakkan kepala, dengan perbandingan tinggi kami yang sangat kentara lumayan jauh. Aku yang memiliki tinggi 176 dan