Share

Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan
Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan
Penulis: Syanin

Bab 1

“Tidak perlu campuri urusanku. Aku ada janji dengan kekasihku.”

Eva terpaku sesaat ketika mendengar ucapan Anggara, suami yang baru dinikahinya 5 jam yang lalu. Mereka baru sampai di rumah pengantin, tapi suaminya malah mengatakan hal seperti itu.

Ia menggenggam erat koper di tangannya. Apa ini yang namanya pernikahan? Padahal ini adalah malam pertama mereka.

“M-Mas Gara gak capek selepas pernikahan kita?” Eva bingung bagaimana mencegah Anggara.

Anggara menghentikan langkahnya, mendengarkan panggilan asing untuk pertama kalinya. Tatapan mata memindai Eva dari atas sampai bawah.

"Pernikahan ini terjadi hanya karena Eyang, jadi kamu tidak perlu bersikap seperti istri sungguhan," Anggara menjawab dengan wajah datar.

Brak!

Eva terkejut bertepatan dengan pintu utama tertutup kembali dengan kasar. Ini pertama kalinya ia dibentak seperti itu seumur hidupnya.

Eva tahu bahwa air matanya tidak berarti, apalagi sampai membuat Anggara kembali. Mereka menikah karena perjodohan dadakan oleh kedua keluarga besar.

Sebagai cucu perempuan pertama dan kesayangan mendiang kakek dan neneknya, Eva tidak bisa menolak permintaan terakhir mereka. Sedangkan Anggara, terancam oleh hak waris oleh eyangnya yang sedang sakit.

“Mungkin Mas Gara masih butuh penyesuaian atas ini," Eva menguatkan dirinya sendiri sambil menghela napas. "Pernikahan ini memang tiba-tiba."

Eva kembali melanjutkan niatnya menuju kamar utama.

Akhirnya, malam itu Eva habiskan seorang diri. Karena rumah ini masih baru, belum ada siapa pun yang membantunya. Perabot rumahnya pun masih sangat sederhana. Eva hanya berkeliling rumah dan berakhir memasak untuk menghilangkan rasa bosan.

Selesai memasak, Eva makan nasi goreng itu sendirian, dan sampai habis pun Anggara belum pulang. Ia kembali ke kamar seorang diri. Ranjangnya begitu luas, tapi sisinya seharusnya terisi Anggara kini kosong dan dingin.

Baru matanya akan terpejam, ia mendengar suara pintu kamar terbuka. Dalam kegelapan kamar, Eva melihat sosok pria tinggi berjalan sempoyongan.

Eva menyalakan lampu di atas nakas, tepat ketika sosok itu melemparkan dirinya di kasur dengan posisi sembarangan. Eva pun melihat jam hampir pukul satu dini hari.

Di sisi kasur yang lain, Eva melihat Anggara sudah berbaring, menutup mata dengan lengannya yang kokoh. Kemejanya pun sudah tampak berantakan.

Eva segera menghampiri.

“Mas Gara,” panggil Eva lembut.

Eva meringis ketika mencium aroma alkohol pekat dari Anggara. Tampilan Anggara tidak serapi sebelumnya, apalagi terdapat noda lipstik merah terlihat jelas di bagian dada kemejanya.

Deg!

Meski mereka menikah karena terpaksa, tapi tetap Eva berstatus istri. Bagaimana tidak sakit melihat noda itu?

Eva menarik napas dalam, dan memanggil lagi, "Mas Gara, tidur yang benar."

Eva berusaha memperbaiki posisi Anggara, tapi pria itu tidak bergerak. Beberapa kali dipanggil pun, Anggara tidak menyahut. Sampai ketika Eva berusaha melepaskan jas di badannya, tiba-tiba pria itu membuka matanya.

"Mas Gara—aahh!" Eva memekik ketika Anggara tiba-tiba menariknya dan menjatuhkannya ke atas sofa.

Sekarang, Anggara berada di atas tubuh Eva, mengurungnya di antara dua lengannya.

"Berisik!" Anggara menatap Eva tajam dengan mata yang memerah.

Dalam jarak sedekat ini, Eva bisa mencium aroma parfum wanita menyeruak dari pakaiannya. Namun, hal yang lebih penting sekarang adalah tatapan Anggara yang semakin tajam sampai membuat Eva merinding.

"M-Mas Gara... lepas...." Eva mencoba memberontak, tapi justru Anggara malah mendekatkan wajahnya ke leher Eva.

Dalam sekejap Eva terkejut. Bibir Anggara sudah mendarat dan meraup kasar bibirnya. Tidak ada kenikmatan, bahkan rasa anyir Eva rasakan ketika Anggara menggigit bibirnya.

“Tolong jangan seperti ini!” seru Eva dengan napas tersengal-sengal.

Bibirnya terasa kebas. Apalagi melihat tatapan tidak suka Anggara membuat nyalinya takut.

Namun, Anggara tidak menggubris tangisan Eva, malah semakin gencar meraba setiap inci tubuh wanita itu. Tangannya merayap ke paha, perut, sampai dada Eva. Air mata Eva pun mengalir deras karena ketakutan.

Harusnya ini menjadi pengalaman pertamanya, tapi kenapa rasanya mengerikan. Eva membencinya!

“Mas Gara mabuk, tolong sadar! Eva….”

Sret!

Suara pakaian disobek paksa oleh Anggara terdengar nyaring. Kancing terjatuh ke lantai juga terdengar menggema di sela napas Eva yang memburu. Air mata tidak tertahan mulai menetes, cengkraman erat Eva pada bahu Anggara menjadi saksi.

“Sakit.... tolong....”

Rintihan Eva malah semakin membuat Anggara memicu gairahnya. Tidak ada pemanasan, semua dilakukan Anggara dengan paksa dan kasar.

***

Sinar cahaya masuk melalui celah gorden membuat Eva terusik. Eva terbangun dengan tubuh terasa sakit. Ia merasa dingin, membuatnya lantas menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

Eva mulai beranjak duduk dengan susah payah. Kilasan malam tadi menjadi hal yang menyakitkan untuknya. Malam pertama yang seharusnya dilakukan penuh cinta, malah terasa seperti dilecehkan. Dan itu suaminya oleh sahnya sendiri.

Anggara memaksanya berkali-kali, baik itu di sofa maupun di kamar mereka. Seberapa sering pun Eva berteriak kesakitan, pria itu tidak mau berhenti.

Eva tidak bisa lagi menahan sakit, air matanya kembali meluncur deras. Dia ingin jadi anak dan cucu yang baik dan penurut, tapi apa ini semua? Bukan seperti ini harapan kecil pernikahannya.

Ceklek!

Eva mengangkat kepala, dan melihat Anggara keluar dari kamar mandi.

Anggara keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tatapan mereka saling beradu, tapi Anggara langsung melengos, seolah semalam tidak terjadi sesuatu.

Eva berharap dapat kata maaf, tapi itu hanya harapan semu yang tidak akan mungkin terjadi.

"Berhenti memasang wajah seperti itu," ucap Anggara ketus sambil berjalan menuju lemari. "Walaupun kita melakukannya, tapi aku sama sekali tidak sadar, jadi...."

Anggara berbalik, menatap Eva yang meremas selimut dengan kuat. "Jangan menaruh harapan soal pernikahan ini."

Deg!

Jangankan kata maaf, bahkan Anggara malah semakin menorehkan luka. Eva bukanlah seorang istri di mata Anggara, melainkan seorang wanita yang ditidurinya karena kesalahan.

Eva pun menundukkan kepala, membiarkan air matanya menetes membasahi selimut.

"K-Kalau begitu..." Eva mengangkat kepalanya. "Kita sudahi saja pernikahan ini!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status