Tok!
Palu hakim resmi menjadi penanda bila Leo dan Vania telah bercerai.
Leo berdiri diikuti Vania setelah keduanya selesai mendengar putusan hakim. Keduanya keluar bersama, bagai orang asing yang tak pernah terikat dalam ikatan suci.
Berakhir sudah pernikahan mereka. Sekarang, Vania sudah tidak lagi menyandang nama Arka dan Leo bebas dengan status duda.
Vania tak lagi memiliki hak atas Leo. Begitupun sebaliknya. Dengan hati nelangsa, Vania kembali melihat Leo, orang yang ia cintai itu sebelum keduanya tenggelam dalam jalan masing-masing.
‘’Mas, apakah kamu bisa memelukku untuk yang terakhir kali?’’
Tiga hari berlalu. Kesulitan memejam menyebabkan bagian bawah mata Leo menggelap. Nyatanya, Leo tidak bisa menenangkan diri pasca perceraian. Karena itu Rendi meminta Leo untuk tidak masuk kantor terlebih dahulu. Rumah sakit, menjadi tempat pelarian Leo meminta pertolongan. Berharap mendapatkan obat untuk bisa terlelap dari ketidaksempurnaan hidup. Seorang perawat memberitahu Leo untuk masuk ke dalam sebuah ruangan. Namun tanpa sengaja, Gavi dengan seragam dokternya, melihat Leo dari kejauhan. ‘’Leo!’’ Dengan tergesa-gesa Gavi menyusul, mencegat pria itu sebelum mencapai ruangan. Namun menoleh pun tidak. Kusutnya pikiran, membuat Leo tak mendengar panggilan tersebut.
Obat pemberian Gavi sangatlah manjur. Dalam satu kali dua puluh empat jam, Loe sudah merasa jauh lebih baik.Sudah tidak ada lagi mata panda, tubuh lelah dan kepala berdenyut nyeri yang Leo rasakan. Meski demikian, pikiran Leo masih belum sehat.Bukan karena pasca perceraiannya dengan Vania. Melainkan karena Valerie belum kembali menjadi istrinya.Tak mengerti mengapa ini sangat menyiksa Leo. Dan tak pula mengerti, mengapa kehilangan Vania seperti bukan suatu hal besar.Mungkin karena Leo terlambat menyadari, bila Valerie memang yang seharusnya ia pertahankan dan Vania adalah orang yang seharusnya ia lepas.Tapi setiap kesalahan pasti bisa
‘’Mas mencintaimu, hingga detik ini.’’Valerie diam tak menanggapi. Baginya, Leo hanyalah masa lalu yang tidak bisa diperbaiki. Sudah pernah dipatahkan hati Valerie berkali-kali mana mungkin bisa bersama lagi.‘’Tapi aku tidak.’’ Valerie berkata tegas.Leo memegang tangan Valerie, menyatukan kedua pandangan mereka walau bagai air dan api. Mengingat bila Valerie juga pernah mencintainya, lalu sekarang, apakah rasa cinta itu sudah tidak ada?‘’Apa itu benar-benar dari hatimu?’’Namun Valerie membuang muka, sekalipun Leo menatapnya dalam.
‘’Aku turut berduka, Mbak. Aku juga ingin meminta maaf,’’ Sejenak Valerie menarik napas. ‘’Karena ku, kamu jadi banyak kehilangan orang yang kamu sayang.’’Cukup berbeda dengan apa yang ada di pikiran Vania. Valerie tidak merendahkan ataupun menghinanya. Mungkin bila Valerie berada di posisinya sekarang, Vania akan mencaci maki, tertawa di atas derita Valerie.Banyaknya salah pada Valerie, membuat Vania malu hati hingga tertunduk. Tak pernah terbayangkan, bahwa Valerie meminta maaf padahal dialah yang seharusnya mengatakan itu.‘’Valerie, mbak yang minta maaf. Karena mbak, kamu jadi istri siri, dicerai, disingkirkan dari kehidupan orang yang kamu cintai, hingga Ryan seperti anak yatim tak berayah. Itu semua salah mb
‘’Ma, apa Mbak Van sudah baik-baik saja? Kata Inah, sejak ditangani Dokter Gavi, Mbak Van sudah lebih tenang dan tidak teriak-teriak lagi.’’ Vira menoleh ke lantai atas bersama hela napas. Sejenak kembali lagi menatap Valerie yang baru saja datang. Sejak tidak ada Delia, Valerie selalu mengunjungi Vira. Menjadi anak berbakti karena hanya ia dan Vania yang sang ibu punya. Ditambah sakitnya Vania, Valerie ingin menghibur Vira agar tidak terus bersedih setiap hari. ‘’Iya, Sayang. Tapi Vania sudah jarang keluar kamar. Lebih banyak di dalam bersama Gavi.’’ ‘’Berdua saja?’’ serunya sarat akan rasa tidak percaya.
Keesokan harinya…Tau Valerie tidak ada di rumah, Nathan pergi menemui Valerie di rumah orang tuanya.Inah menyampaikan, bila Nathan sudah berada di depan rumah. Valerie tadinya tak ingin menemui, karena teringat akan janji pada sang sahabat.Namun ketika Inah berkata Lili juga ada, seketika Valerie mengubur janji.‘’Val, aku ke sini mau ajak Ryan jalan-jalan.’’ Lebih dulu Lili menjelaskan begitu melihat Valerie.‘’Lili sedang cuti. Dan tiba-tiba saja dia jadi rindu dengan anakmu. Padahal aku gak mau ke sini.’’Keterusterangan Natha
Leo pergi dari rumah itu dengan berjuta kecewa.Sepanjang perjalanan, wajah Valerie seperti taburan garam yang ditaburkan ke atas luka. Seakan membunuh Leo secara perlahan.Valerie begitu konsisten, enggan membuka hati untuknya lagi, membuat Leo sangat frustasi.Semuanya sudah terlambat.Semuanya tak akan sama lagi.Leo menyesal, mengapa dulu tidak bertindak cepat. Sekarang kesempatan sudah hilang, ia baru datang.Leo memukul-mukul kemudi mobil. Mengeluarkan amarah yang meluap-luap.Harus dengan cara apalagi untuk menaklukkan h
‘’Valerie… Valerie… Valerie.’’Bahkan dalam tidur pun, nama Valerie yang disebut-sebut.Alin menghela napas melihat kondisi Leo kian memprihatinkan. Alin juga telah mendengar kabar tentang Vania. Namun untuk sekarang, ingin melihat kondisi mantan adik iparnya itu pun Alin tak bisa.Sebab terlalu sibuk mengurusi Leo.Bisa-bisanya, pasangan yang dipisahkan karena perceraian, juga mengalamin depresi yang sama, namun penyebabnya sangat berbeda.Vania karena Leo dan Leo karena Valerie…Cinta segitiga mereka, berakhir bagai sebuah bencana.