Hola readers, maaf semalam gak update ya. Author hectic di real life. Karena itu, untuk menebus dosa, up nya dipercepat di pagi hari, yang biasanya selalu di jam-jam habis makan siang. Don't forget to leave comment dan vote ya. Selamat membaca readers semua... With Love, G
Selama beberapa detik, Valerie masih bisa mendengar nada mengganggu itu terus memanggil Leo. Kamu pasti akan mengangkatnya kan, Mas? Gerakan di atas spring bed seperti mempertegas dugaannya. Laksana pisau yang siap menusuk Valerie. Sesungguhnya ia tak mampu dengan gangguan Vania, lagi dan lagi. Waktu yang diluangkan Leo untuk membahagiakannya bagai dirampas begitu saja.Ternyata benar apa kata orang, istri kedua hanya bisa menerima. ‘’Sayang, kenapa diam saja?’’ tanya Leo sambil memeluknya dari belakang. ‘’Kenapa tidak diangkat, Mas?’’ Valerie balik bertanya. Menganggap bahwa panggilan Vania lebih penting dibandingkan dirinya. Bukankah memang seperti itu kenyataannya? Vania selalu yang diutamakan di hati siapapun. Tidak orang tuanya, tidak juga suaminya.‘’Hari ini mas mau menghabiskan waktu sama kamu. Jadi tidak boleh ada yang mengganggu.’’ Berpikir akan mendapatkan luka, ternyata Valerie malah tersenyum bahagia. Ia berbalik dan terdorong untuk memeluk Leo saat itu juga.Mas, t
‘’Ma, sekarang Valerie akan les di luar, setiap hari,’’ ucap Valerie saat menemukan Vira sedang berkebun di halama belakang.‘’Kamu masih ingin melanjutkan kuliah, Val?’’ Vira langsung memahami. Saat mendiang Mahendra masih ada, Valerie pernah mengatakan untuk melakukan les demi persiapan masuk ke perguruan tinggi. ‘’Iya, Ma,’’ jawabnya. ‘’Ya sudah. Tapi hati-hati, ya.’’Alam seperti merestui kebohongan Valerie. Tentu dia tak akan pergi ke tempat les tersebut. Valerie hanya mencari alasan agar Vira tidak mencari-cari keberadaannya bila sedang tidak di rumah.‘’Semoga cita-citamu menjadi dokter tercapai ya, Nak,’’ imbuh Vira kemudian.Valerie tersadarkan akan kata-kata sang ibu.Benar. Valerie masih memiliki cita-cita yang belum digapai. Tentu. Valerie akan mewujudkannya bila urusannya dengan Leo telah selesai. ‘’Iya, Ma. Terimakasih.’’***Di rumah yang hanya dikunjungi di waktu-waktu tertentu itu, Leo selalu datang di jam makan siang. Menikmati masakan Valerie yang awalnya terasa
‘’Sayang, maaf ya akhir-akhir ini aku gak perhatian sama kamu,’’ Vania memeluk Leo dari belakang. ‘’Badan kamu jadi lebih kurus. Karena itu aku bawain kamu makan siang dari rumah.’’Leo buru-buru menghapus pesan yang ia kirim pada Valerie sebelum berbalik.‘’Tidak apa-apa.’’ Hanya sebentar Leo membalas pelukan Vania. Setelah itu, mengajak Vania duduk berhadap-hadapan.‘’Aku bawain makanan kesukaan kamu, Mas. Ada seafood.’’ Rantang-rantang disusun rapi di depan Leo. Vania perhatikan, gurat di wajah Leo seperti tak tertarik dengan masakannya.‘’Aku yang masak loh,’’ sambungnya mengharapkan Leo merubah ekspresi itu. Tapi yang didapat hanya sebuah senyum tipis. Leo terlihat tak terkejut. Padahal memasak adalah sesuatu yang sangat jarang Vania lakukan. Sejak mulai bekerja, Leo sudah jarang makan banyak. Dan bukan itu saja, Leo jarang sekali mau diajak berhubungan. Lelah menjadi alasan Leo untuk tidak melakukannya.Di tengah malam, kadang Vania terbangun hanya untuk memandangi suaminya ya
Saat matahari mulai menampakkan cahayanya, membuat Vania terbangun dari tidur lelapnya. Ia pandangi Leo yang masih terjaga di alam mimpi. Urung ia bangunkan karena Leo terlihat sangat lelah sekali.‘’Selamat pagi, Sayang,’’ Kecupan yang ia sematkan di pipi Leo menjadi awal kesibukan Vania pagi itu.Mulai dari menyiapkan pakaian Leo untuk ke kantor hingga membuatkan teh hangat kesukaan sang suami.Kebetulan di mana Vania tak sengaja berpapasan dengan Valerie di dapur, menyadarkan Vania bila kehamilan berandil besar pada perubahan bentuk tubuh adiknya. Selain pinggang melebar, dada Valerie juga begitu montok.Bila mengulas kembali, Vania tidak mengalami morning sickness, juga gejala-gejala pertanda adanya janin di dalam rahim selain perutnya yang membesar. ‘’Kenapa melamun? Kamu sakit?’’ Kata-kata Leo menyadarkannya. Akan nasi goreng yang belum ia sentuh sejak duduk di meja makan.‘’Ah, enggak, Mas,’’ kilahnya dengan menyumpalkan makanan ke dalam mulut. ‘’Hari ini mami sama papi mau
‘’Mas, kamu ngapain ke sini?’’ Kaget karena Leo sudah duduk di atas tempat tidur saat dia masuk.Krek.‘’Bukannya mengusir, tapi malah mengunci pintu,’’ goda Leo menghampiri Valerie.‘’Gak lucu kan kalau kita ketahuan di saat ada orang tuamu di sini, Mas?’’‘’Mereka juga mertuamu, Sayang.’’Oh, iya. Sekalipun memang begitu, mereka tidak akan menganggap Valerie sebagai menantu. Istri simpanan tidak akan pernah bisa diterima keluarga suami.Lagi pula, Nyonya dan Tuan Arka tidak akan tau kalau mereka memiliki menantu lain. ‘’Nanti malam jangan begadang. Hari ini mas gak bisa kunjungin.’’ Valerie menghirup udara dalam-dalam, merasakan tangan Leo di pinggang. Valerie akan merindukan sentuhan Leo untuk sementara waktu.Bagi madu sepertinya, kunjungan singkat seperti ini sangat-sangat berharga.‘’Iya, Mas,’’ ucap Valerie, mencoba bersabar. Keluarga Leo tidak akan lama berada di Jakarta, bukan? Leo pasti akan mengunjunginya lagi. Seperti biasanya. Dalam keheningan malam atau di dalam saran
‘’Astaga. Itu bukannya Vania?’’ Delia menelusupkan kepala dari celah pintu, lalu menutupnya lagi. Beruntung, Delia sempat melihat dan bertindak cepat dengan menjauhkan Valerie dari koridor. Sudah jelas itu kakaknya. Tapi bukan itu masalahnya sekarang. ‘’Kamu akan menikahi anggota keluarga Arka?’’ tanya Valerie, cemas. ‘’Arka siapa, sih? Keluarga Leo? Enggak lah,’’ Delia berbaring tanpa menggubris wajah penasaran Valerie. ‘’Beritahu aku siapa nama laki-laki itu,’’ cecar Valerie sembari menyusul ke atas kasur. ‘’Namanya Rendi.’’ Valerie mengusap wajah, kaget dengan situasi rumit ini. ‘’Kamu kenapa, sih? Kamu kenal?’’ Selidiknya melihat tingkah aneh Valerie. ‘’Apa jangan-jangan orang yang perkosa kamu itu Rendi?’’ ‘’Lihat ini!’’ Saat Valerie menunjukkan foto pernikahan Vania dan Leo, rahang Delia langsung mengatup. ‘’Ya ampun, Val.’’ Sepanjang menjelaskan, Valerie dan Delia sama-sama dikagetkan dengan rahasia yang keduanya sembunyikan. Valerie bercerita dan tak lagi menyimpan
‘’Aku mau pulang saja, Del.’’ Baru saja sampai di kamar, Delia malah melihat Valerie memasukkan pakaian ke dalam tas.‘’Tapi ini sudah malam, Val. Besok aja, ya.’’Valerie tau itu. Tapi ia tidak bisa mengabaikan rasa sakit karena telepon tadi. Hanya dengan membayangkannya, Valerie sudah mengeluarkan air mata.‘’Eh, kok kamu nangis?’’ ‘’Aku gak tau, Del,’’ isaknya terduduk di tepi ranjang. ‘’Semakin lama membiarkan pernikahan ini ada, aku jadi semakin menderita. Aku ini kenapa, Del? Kenapa aku gak rela Leo sama Vania?’’‘’Val,’’ Sebelum mendekati Valerie perlahan, Delia mencoba memikirkan solusinya. ‘’Bukannya kamu tidak mencintai Leo? Seharusnya kamu tidak perlu merasa begitu kalau memang tidak ada rasa padanya.’’Cinta?Valerie menatap Delia dalam. Aku jatuh cinta pada Leo?‘’Gak mungkin, Del. Aku gak mungkin…’’Itukah alasan kenapa dirinya tidak nyaman bertemu dengan Nathan kemarin? Ia merasa perlu menjaga hati Leo karena mencintai laki-laki itu?Tapi sebagai orang dekat Valeri
‘’Apa aku benar-benar hamil?’’ Vania mengelus perutnya begitu keluar dari kamar. Pintu Valerie tidak tertutup rapat, Vania bisa mendengar jika Valerie sedang muntah-muntah. Kenapa aku tidak pernah seperti itu? Batin Vania penasaran.‘’Van?’’‘’Ya, ma?’’ Entah sejak kapan Vira sudah berada di depannya.‘’Lagi hamil, gak boleh berdiri di depan pintu lama-lama, Nak. Pamali.’’Vania tersenyum dan mengelus perutnya lagi.‘’Ikut mama ke kebun, yuk?’’Vira sibuk memetik cabai di halaman belakang dan Vania duduk di ayunan memperhatikan. Setengah jam di sana, selama itu pula Vania tidak bersuara. ‘’Baru kembali dari puncak kok murung? Kamu gak lagi berantem sama Leo kan, Nak?’’Akhir-akhir ini Vania memang banyak pikiran. Leo mungkin selalu ada di dekatnya. Tapi hati seorang istri tak bisa dibohongi. Vania merasa ada sesuatu yang disembunyikan Leo darinya. ‘’Enggak,’’ jawabnya disertai senyum. ‘’Ma, tanda-tanda hamil selain perut membesar itu apa sih, Ma?’’‘’Kayak adik kamu. Muntah-munt