Setelah Widia mempersiapkan semuanya, dia pun menarik napas dalam-dalam dan menghubungi nomor Gavin.Begitu tersambung, Gavin langsung berkata dengan gembira, "Bu Widia, eh salah, harusnya Widia, terima kasih sudah menerima lamaranku. Aku senang sekali.""Jangan khawatir. Aku sudah memberi tahu ayahku mengenai masalah ini, juga semua kerabat keluarga. Mereka semua setuju dan mendukung kita.""Besok siang, aku akan datang untuk melamar secara resmi!"Apa?Padahal hanya sebentar saja, tetapi dia sudah memberi tahu begitu banyak orang?Kalau dihitung-hitung, sejak dia menyetujui lamaran Gavin di pantai hingga sekarang baru satu jam lebih saja.Widia menyesal sekali. Seharusnya dia tidak begitu gegabah. Namun, dia masih harus menggigit jari dan berkata, "Tuan Gavin, yang kakekku bilang barusan itu mungkin hanya salah paham.""Salah paham?""Widia, apa maksudmu?" Nada bicara Gavin seketika berubah."A ... aku belum siap menerima lamaranmu.""Apa!""Widia, apa kamu bercanda?"Nada suara Gavi
Ekspresi wajah Tania terlihat kesal.Widia tersenyum pahit dan berkata, "Mungkin kita juga nggak bisa menyalahkannya sepenuhnya. Bagaimanapun juga, dia mewakili Keluarga Gumilar, apalagi tadi dia juga bilang, dia sendiri sih berniat memberiku kesempatan.""Kalau begitu, Tuan Gavin lumayan baik juga. Mungkin nggak ada salahnya kamu menikah dengannya."Berbicara sampai di sini, Tania menyadari ekspresi Widia sedikit berubah, lalu dengan cepat menambahkan, "Sayangnya, kamu nggak menyukainya sama sekali. Kamu hanya menyukai Tobi si bajingan itu.""Begini saja, aku telepon kenalanku dulu, siapa tahu mereka punya jalan keluar.""Aku rasa nggak mungkin lagi." Lagi pula, itu Keluarga Gumilar di Kota Sawarna. Bahkan dirinya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, mana mungkin Tania punya jalan keluar?"Sekalipun nggak mungkin, aku juga harus mencari jalan keluar untukmu. Jangan khawatir, serahkan masalah ini kepadaku," kata Tania dengan sungguh-sungguh.Kata-kata seperti itu langsung membuat Widia
Jangan-jangan Gavin mencuri liontin giok Kristin untuk menipu Widia? Lalu, dia sengaja memakai liontin giok dan muncul di hadapan Widia.Membuat Widia salah paham.Sewaktu kecil dulu, Tobi memang memberi liontin giok berbentuk pisau kepada Widia dan yang satunya lagi diberikan kepada Kristin. Sebenarnya itu liontin pasangan, jadi keduanya bisa digabungkan.Mungkin Widia salah paham dan menganggap Gavin sebagai Pengemis Kecil, apalagi liontin giok itu begitu mirip dan cocok saat digabungkan satu sama lain.Kalau tidak salah, dulu dia sempat memberi tahu Widia bahwa liontin itu berpasangan dan yang satunya lagi dia simpan sendiri.Namun, bagaimana Gavin bisa tahu Widia memiliki liontin giok ini?Tania?Pasti Tania. Widia pasti pernah menceritakan masa kecilnya kepada Tania. Itu sebabnya Tania bisa memberi tahu Gavin, kemudian menggunakan masalah ini untuk menipu Widia.Semuanya sudah jelas sekarang.Dia tidak peduli bagaimana Gavin bisa menemukan liontin giok yang dimiliki Kristin. Yang
Lupakan. Saat ini dia hanya bisa mengambil tindakan berdasarkan situasi yang dihadapi.Memikirkan kata-kata kakeknya, Widia pun memutuskan untuk pulang ke rumah dulu.Tania bilang, dia khawatir dengan Widia, jadi dia ikut kembali dan berencana menemaninya malam ini.Widia tentu saja setuju. Sampai sekarang, hanya Tania satu-satunya yang terus menemaninya dan menghadapi semua kesulitan bersamanya.Tak salah lagi. Di saat kritis seperti ini, hanya sahabat baik yang benar-benar bisa kita andalkan.Yang lainnya, terutama laki-laki, hanyalah bajingan.Sama seperti Tobi. Padahal, Widia telah berkorban banyak untuknya, tetapi dia malah sibuk merayu wanita lain di luar.Usai mengakhiri percakapannya dengan Widia, Kakek Muhar langsung menyampaikan berita ini kepada Gavin. Setelah itu, dia pun terus menunggu kabar dari Widia.Namun, setelah beberapa saat, masih belum ada kabar. Jadi, dia pun kembali menelepon untuk menanyakannya.Mendengar Widia bilang dia sedang menyetir dan dalam perjalanan pu
Kakek Muhar terjebak dalam dilema.Jika ingin menyerah, dia masih bisa melakukannya sekarang.Hanya saja, hatinya tidak rela.Apalagi, ini kesempatan langka bagi Keluarga Lianto untuk naik ke posisi lebih tinggi. Saat perjalanan terakhirnya ke Jatra, dia telah merasa dihina dan diremehkan.Terutama saat bersama keluarga teman lamanya. Selain perlakuan temannya yang sedikit lebih baik, yang lainnya begitu meremehkannya.Dia ingin menjodohkan Widia dengan cucu teman lamanya, Darel. Sayangnya, Darel memandang rendah dirinya, bahkan tidak ingin melihat foto cucunya.Tidak bisa! Dia tidak boleh menyerah begitu saja.Saat ini, Widia masih belum paham. Setelah berhubungan dengan Tuan Gavin nanti, dia pasti akan menyadari kebaikannya dan perlahan-lahan mengerti pria mana yang paling cocok untuk dirinya.Namun, bagaimana kalau Widia merasa tertekan dan berakhir melakukan hal bodoh?Saat itu, apa yang harus dilakukannya?Tampaknya, dia tidak boleh terburu-buru mendesak cucunya. Bagaimanapun juga
Wajah ayah dan ibunya Widia juga tampak berseri-seri. Sedari tadi, senyum tak henti-hentinya menghiasi wajah mereka. Akhirnya, putri mereka bisa menjadi menantu orang kaya. Impian mereka menjadi orang kaya raya juga akan tercapai.Meski keluarga mereka termasuk kaya sekarang, mereka masih jauh dibandingkan dengan keluarga terpandang lainnya.Tak terasa, sudah jam sembilan. Gavin juga sudah muncul di sana.Acara lamaran seperti ini biasanya akan melibatkan para tetua Keluarga Gumilar, tetapi kali ini, yang terlihat hanyalah Gavin, diikuti oleh beberapa anak buahnya.Ternyata, Kakek Muhar sudah mengetahui hal ini dari awal. Dia mengatakan lantaran masalah ini agak khusus, jadi dia juga tidak keberatan."Kakek Muhar!" teriak Gavin antusias. Sebelum Widia menjadi miliknya, Gavin masih terus memperlihatkan sikap hormat, terutama kepada keluarganya Widia.Ditambah dengan perilakunya yang sopan, dia langsung mencuri hati semua orang di Keluarga Lianto.Hanya saja, setelah mengedarkan pandanga
"Widia, kamu mungkin nggak tahu, sejak pertama kali melihatmu, aku sudah jatuh cinta kepadamu.""Aku bahkan sempat membenci diriku sendiri. Bukankah aku selalu ingin menemukan Gadis Manis? Lantas, mengapa aku malah jatuh cinta kepadamu?" kata Gavin dengan emosional.Pernyataan itu seketika membuat Kakek Muhar dan lainnya kebingungan. Meski tersentuh dengan perasaan Gavin kepada Widia, Gadis Manis yang dia sebut barusan itu siapa pula?Mendengar kata-kata Gavin, mau tak mau, pikiran Widia melintas kembali ke ingatan masa kecil. Hanya saja, entah kenapa, hatinya tetap tidak bisa menerima Gavin yang ada di hadapannya ini.Baik dari kepribadian ataupun penampilannya, dia tidak bisa memberikan perasaan itu kepada Widia,Sebaliknya, malah Tobi yang memberinya perasaan itu, meski hanya sesekali."Kakek Muhar, kalian mungkin nggak tahu siapa Gadis Manis yang kusebut tadi. Sebenarnya, dia adalah Widia. Kami sempat bertemu sewaktu kecil dulu, bahkan kami juga sepakat untuk bersama ketika dewasa
"Tobi, buat apa kamu datang ke sini?"Ibunya Widia langsung memarahinya, "Hari ini adalah hari baik Keluarga Lianto. Cepat keluar dari sini. Kalau kamu berani merusak pesta Keluarga Lianto, kami nggak akan membiarkanmu begitu saja."'Sialan! Bukankah aku sudah mengutus orang untuk membereskan Tobi? Lantas, mengapa bocah ini masih bisa muncul di sini?'Ternyata Yesa memang mengutus orang untuk memberi pelajaran kepada Tobi, tetapi karena waktunya terlalu mendesak, ditambah lagi, Tobi tidak kembali ke rumah tadi malam, mereka tidak menemukannya sama sekali."Hari baik?""Kalau aku nggak salah ingat, Widia sekarang masih termasuk istriku. Lantaran kalian ingin menikahkannya dengan pria lain, apa aku nggak boleh datang melihatnya?" tanya Tobi kembali."Sembarangan!""Pernikahanmu dengan Widia sudah lama berakhir!""Kalau bukan kasihan kamu nggak punya tempat tujuan, kalian pasti sudah lama bercerai."Ibunya Widia lanjut menceramahinya, "Kalau nggak percaya, kamu boleh tanya sama Widia, dia