Share

BAB 3

Di tengah perjalanan, Romi menyuruh berhenti di mini market untuk membeli cemilan ditemani oleh Irwan. Zimba tidak PD ikut keluar dengan pakaian laki-laki. Suasana mereka berdua pun semakin canggung, Morgan mengalihkan pembicaraan.

“Kamu tinggal di mana Zim?”

“Aku ngekost!” Jawab Zimba dengan datar. Zimba tidak tahu akan dirinya selalu salah tingkah dan canggung di hadapan Morgan.

Jarak tempuh ke Mall hanya 30 menit, berhubung macet mereka menghabiskan waktu untuk sampai 45 menit. Sepanjang perjalanan mereka bertiga bergurau kecuali Morgan yang hanya fokus menyetir dan sesekali memperhatikan Zimba dari kaca spion mobil dalam.

Romi membantu Zimba membuka botol minumannya di pandangan Morgan mereka berdua sangat romantis. Morgan sengaja tiba-tiba ngerem mobilnya membuat Zimba hampir kejedot. Sepanjang perjalanan Romi memarahi abangnya.

Sesampainya di mall mereka langsung mencari pakaian untuk Zimba. Romi menyuruh Zimba mencoba pakaian yang dia pilih di ruang ganti. Pada saat Zimba memasuki ruang ganti tersebut, tangan seseorang meraihnya untuk masuk ke dalam. Morgan menukar baju pilihannya untuk dipakai Zimba.

Zimba telanjang bulat di hadapan Morgan menyuruh Morgan memakaian bra dan celana dalamnya. Zimba mengulurkan tanganya untuk meraba puting Zimba. Morgan dari belakang memeluk Zimba menghadap kaca, tangan kiri meremas payudara Zimba, tangan kanan meraba buah rambutan Zimba.

Romi memasuki ruang ganti memanggil Zimba. Adegan mereka pun tergantung. Zimba menyahut supaya ditunggu di luar saja.

“Kenapa lama sekali Zim?”

“Tadi antre Rom.” Jawab Zimba terbata-bata.

“Irwan sudah memesan makanan kita. Btw kenapa kamu tidak memakai baju yang aku pilih?”

“Sedikit terbuka Rom, jadi aku lebih memilih ini.”

“Sepertinya tadi kau ngk ada bawa baju yang lain?” Tanya Romi kebingungan.

“Tadi ada pembeli mungkin kelupaan membawanya kembali jadi aku mencobanya ternyata cocok sama ku.” Jawab Zimba untuk menarik perhatian Romi dari kecurigaanya.

Setelah selesai membayar pakaian Zimba. Mereka langsung samperin Irwan yang sudah memesan sushi untuk makan siang. Romi menelpon untuk menanyakan keberadaan abangnya di mana. Morgan tidak sengaja mengangkat telpon adiknya. Sudah merasa kelaparan mereka bertiga duluan makan, 10 menit kemudian abangnya menghampiri mereka.

Romi yang cuek tidak marah karena sudah mengerti tingkah abangnya setiap diajak ke Mall pasti selalu lain arah. Kaki Morgan menyentuh-nyentuh kaki Zimba dari bawah meja. Mata Irwan melotot terbengong melihat Morgan yang ternyata salah sasaran. Romi melihat ke bawah meja. Romi sangat panik dan tidak percaya akan tingkah abangnya. Sushi nyangkut di tenggorokan Romi membuatnya tersedak. Romi membayangkan kalua abangnya suka dengan Irwan. Zimba hanya tersipu melihat suasana itu. Morgan mencari alasan kalua kakinya sedang gatal dan tidak sengaja akan hal itu.

Zimba mengajak mereka untuk bermain Time Zone. Kehebohan Romi dan Irwan semakin membara dengan ajakan Zimba. Morgan hanya mengangguk kepalanya untuk ikut bergabung. Zimba pun menarik tangan Morgan untuk masuk ikut ke dalam. Zimba mengajak bermain street basketball yang kalah naik stroller coaster 4 kali putaran.

Romi menyuruh abangnya masuk ke tim Zimba karena Romi tau abangnya pasti tidak ahli dengan hal itu. Jika bergabung dengan Irwan mereka berdua akan jelas kalah. Sebelum pulang ke kampus teman-teman satu kelas mereka sudah sering bermain ke tempat itu.

Keseriusan mereka dalam bermain membuat keringatnya mulai bertamu. Romi yang selalu menyepelakan abangnya yang pendiam ternyata sangat ahli dalam hal permainan tersebut. Poin dari tim Zimba lebih banyak. Romi tidak mau kalah mengajak bermain sekali lagi. Romi memilih jenis permainan yang sulit, tidak sesuai dengan passion abangnya yaitu bowling. Ternyata poin tim Zimba yang selalu banyak.

Sebelum permainan final mereka bermain capit boneka dulu. Permainan ini ahlinya adalah Romi. Setiap kali bermain, Zimba selalu mendapatkan boneka gratis dari Romi. Romi dan Morgan sangat bersaing bermain capit boneka. Romi mendapatkan tiga boneka. Morgan tidak mendapat apa-apa. Romi memberikan semuanya kepada Zimba. Irwan yang manja ikut juga cemburu karena tidak dapat apa-apa. Zimba pun memberikan satu boneka. Morgan menarik semua boneka itu dan memberikan kepada Irwan. Romi menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka bertiga.

Permainan babak terakhir mereka mulai. Hukuman itu bukan hanya untuk Irwan dan Romi. Zimba juga ikut mengajak Morgan untuk ikut naik stroller coaster. Roda sudah mulai berputar secara berlahan-lahan jantung Zimba seakan-akan mau copot setelah roda meluncur ke bawah. Morgan memegang tangan Zimba dengan erat.

Irwan mual-mual tidak sanggup lagi. Permainanya hanya dua kali putaran saja. Romi membantu Irwan membawanya ke kamar mandi. Zimba dan Morgan mencari minuman untuk Irwan. Mereka beristrahat di coffee shop. Irwan yang lemas tidak sanggup lagi berjalan. Romi menyuruh Morgan membawa duluan Irwan ke dalam mobil. Romi mengajak Zimba ke Ibox.

“Untuk apa kita ke sana Rom?” Berpura-pura bertanya karena sudah tau niat Romi. Zimba dan Morgan saling melirik satu sama lain. Morgan memberikan kode, tangan kirinya menghempas-hempas menyuruh Zimba pergi ikut saja dengan Romi. Irwan yang sudah merangkul tangan kanan Morgan meletakkan kepalanya ke pundaknya.

Zimba dan Romi keluar dari coffee shop menuju lantai 3 tempat toko penjualan hp. Ketika mereka keluar Zimba berpapasan dengan seorang perempuan beserta gengnya.

“Zimba???? Ngapain kau di sini?” Tanya perempuan rambut pirang dan seksi.

Zimba hanya melihat dengan muka marah meraih tangan Romi untuk segera pergi dari tempat itu.

Perempuan itu langsung menarik baju Zimba. “Dasar perempuan jalang yang tidak tau diri!” Perempuan itu membisikkan kepada Zimba memberikan seluruh transferan orang tuanya. Zimba ingin sekali menjambak rambutnya. Zimba menahan emosinya karena sama saja akan mempermalukan dirinya juga. Morgan langsung mengajak Zimba agar segera pergi meninggalkan tempat itu juga.

“Sepertinya kita pernah berjumpa di bar. Kau pria culun yang minum satu gelas langsung mabuk? Hahhahaha. Aku baru ingat.” Ucap perempuan itu menyentuh pipi Morgan.

“Apakah kau mau bermain dengan ku lagi?” tanya perempuan itu.

Morgan langsung menghempaskan tangan perempuan itu. Mereka berempat langsung pergi meninggalkan tempat itu karena orang semakin ramai melihatnya. Mereka menuju parkiran untuk pulang ke rumah. Zimba tidak mau ikut lagi ke rumah Romi. Zimba meminta nanti diberhentikan di halte saja. Sepanjang menuju perjalanan ke halte mereka hanya diam tidak berani membuka suara tentang masalah tersebut.

Zimba menunggu bus di halte. Zimba merasa sangat malu dihadapan teman-temanya dan juga merasa terpukul mendengar Morgan sudah pernah bertemu dengan perempuan itu adalah kakak tirinya sendiri. Marah dan cemburu tercampur aduk di hati Zimba. Zimba menaiki bus menuju ke kostnya.

Sesampainya Zimba langsung tiduran di atas kasur karena sudah merasa sangat lelah.

......

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status