Share

Suamiku Mencintai Wanita Lain
Suamiku Mencintai Wanita Lain
Penulis: Kireina76

1

Sayup-sayup ia mendengar orang memanggil namanya. Perlahan, Shelina membuka matanya, dan menemukan kesilauan yang menusuk matanya. Ia memejamkan matanya lagi, dan merasa kepalanya seperti ditusuk-tusuk.

Ia tak sadarkan diri untuk dua jam lamanya. Dalam mimpinya, ia melihat seseorang mengejarnya. Ia berlari sekuatnya sampai tenaganya habis. Sial, orang itu lebih cepat darinya, dan Shelina terpekik ketika orang yang mengejarnya menunjukkan sebilah pisau padanya.

Shelina terbangun dan berteriak, “Abizhar!” Dia melihat ke sekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa. Kemudian ia merasa bagian bawah badannya sakit. Dia teringat sesuatu.

Anakku, gumamnya panik. Anakku. Di mana anakku?! Shelina meraba-raba perutnya yang terasa lebih kempis sedikit. Dia mencoba menegakkan tubuhnya, tapi kepalanya terasa nyeri sekali. Dia kembali melentangkan tubuhnya.

Ada apa ini, pikirnya bingung. Aku sakit apa? Kenapa aku mudah sekali pusing? Padahal aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Semua badanku terasa sakit. Apa yang terjadi padaku?

Tahu-tahu ia tidur lagi, dan dibangunkan oleh suara yang sangat dikenalnya. “Shelina, bukalah matamu. Aku tahu kau pura-pura.”

“Abi…,” desis Shelina menahan sakit pada sekujur tubuhnya. Ia melihat Abi berdiri dengan seseorang dibalut jas dokter. “Di mana aku? Di rumah sakitkah?”

“Tentu saja. Di mana pikirmu setelah kau membawa mobilmu dengan kecepatan tinggi?” Didengarnya suara Abi yang mengomelinya. “Apakah keadaan Shelina sudah cukup baik sekarang, Dok?”

“Mohon maaf sebelumnya, Pak Abi. Nyonya Shelina tidak dalam kondisi yang fit untuk memberi keterangan. Menurut hasil CT scan yang diambil saat Nyonya Shelina tak sadarkan diri tadi, terdapat cidera traumatik pada otak Nyonya Shelina. Selain itu…”

“Anak saya, Dokter…,” gumam Shelina kalut. “Anak saya apakah baik-baik saja?” Dua pria di sampingnya menatapnya dengan pandangan iba. Shelina menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Tidak… Tidak mungkin!”

“Biarkan saya bicara pada istri saya, Dokter,” kata Abizhar mengisyaratkan untuk ditinggalkan berdua saja di ruangan itu. Ia duduk di kursi sebelah tempat tidur. Ditatapnya Shelina secara tajam. “Kau sudah tak sadarkan diri hampir lima hari. Tidak ingatkah kau apa yang terjadi?” Abizhar menghela napas panjang melihat kebingungan di mata istrinya. “Saat kau dibawa ke IGD kau muntah-muntah. Darah bahkan keluar dari hidung dan telingamu, selain dari kepalamu tentu saja. Apakah kau sama sekali tidak ingat?”

“Aku tidak peduli. Anakku…”

“Anak itu tidak bisa diselamatkan,” jawab Abizhar dingin. Tidak ada simpati di raut wajahnya, menimbulkan rasa kecewa di hati Shelina. “Ia dilahirkan saat kau tidak sadarkan diri. Dan dia sudah mati dalam kandungan.”

“Jadi…”

“Ya anak itu sudah dimakamkan,” sambung Abizhar. Kedua matanya menyipit. “Sekarang katakan padaku, Shelin. Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau bisa kebut-kebutan? Apakah memang niatmu untuk mencelakai Yuni?”

“Kebut-kebutan… Celakai… Yuni?” Ingin sekali Shelina menjawab suaminya, tapi dia tidak mengerti. Dia malah tidak ingat sama sekali mengapa dia bisa berakhir di rumah sakit seperti saat ini. Lagi-lagi dia menggeleng. “Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan.”

“Kau sangat membenci Yuni, tidak mungkin kau tidak ingat,” jawab Abizhar dengan rahangnya yang mengeras. “Kau sangat membencinya sampai kau kehilangan anak kita!”

“Aku akui memang aku benci pada simpananmu.” Soal Yuni yang menjadi kekasih gelap Abizhar terang Shelina masih ingat. Yuni perempuan brengsek itu sudah menjadi duri rumah tangganya sejak hari pertama, namun Shelina tidak tahu relevansi antara kebenciannya terhadap Yuni dan meninggalnya anak mereka. Selain itu, kenapa Abizhar tidak terlihat kasihan sedikit pun padanya? Dia terus-terusan menuduhnya. Tidak sedihkah dia pada istrinya yang kehilangan anak mereka?

“Mobil kalian yang remuk ditemukan di jalan tol. Mobilmu menabrak mobilnya,” jawab Abizhar, disertai gemelutuk giginya. “Kau tidak ingat juga bagian itu?”

Shelina menggeleng.

“Dan karenamu, Yuni dimakamkan di hari yang sama dengan anak kita. Satu hari setelah kecelakaan itu aku kehilangan dua orang yang aku sayang dan itu semua karenamu!” bentak Abizhar berang. “Aku sangat berharap kau benar-benar lupa ingatan. Aku berharap kau mengalami cidera yang hebat, sampai kau tidak bisa mengingat dosa-dosamu pada orang-orang di sekelilingku!”

“Jadi.. Yuni mati?” Shelina berduka dengan kematian anaknya, tapi dia sedikit lega mendengar benalu itu hilang dari bumi ini. Shelina menunjukkan senyum liciknya. “Dia.. Dia pantas mati, kan? Kalian telah lama berselingkuh tanpa memedulikan perasaanku. Apa yang terjadi padanya adalah hal yang sepadan.”

“Dasar wanita brengsek,” desis Abizhar tidak percaya. “Simpananku mati karenamu! Kau… Kau pembunuh! Lagipula, perasaan apa?! Kita berdua tahu aku tidak mencintaimu, dan kau juga tidak mencintaiku. Setidaknya, saat malam pertama, aku masih perjaka tidak sepertimu!”

“Mana kutahu kau perjaka atau tidak,” jawab Shelina tenang. “Tidak bisa dibuktikan, kan?”

“Aku tidak peduli kau percaya atau tidak, yang jelas kau sudah tidak suci dan itu sudah menjadi bukti kuat kau sudah pernah menjadi wanita murahan sebelum menikah. Bahkan hari ini kau masih terlihat murahan sekali pun kemewahan bergelimang di sekitarmu!”

“Mengeluhlah sepuasmu. Ini hari kemenanganku. Walaupun aku kehilangan anak, dan aku sangat sedih karenanya, setidaknya ada hal yang harus aku syukuri yaitu kematian gundikmu.. Ha.. ha… ha…” Dengan lirihnya Shelina tertawa kencang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status