Share

Berbagi Suami

Umi Khofsoh menuju dapur, setelah memastikan Bara benar-benar menemani Cintya. Diraihnya gelas kaca berukuran sedang lalu mengisinya dengan air hangat.

Tak lupa, umi Khofsoh meminta mbah Yah untuk mencarikan pembalut Cintya di kamar atas.

Tok tok

Umi Khofsoh mengetuk pintu kamar Aisya. Tanpa menunggu jawaban dari dalam, dia beringsut masuk.

"Dapat, Mas?" tanya Aisya dengan mata terpejam. Dia tidak tahu, kalau yang masuk mertuanya.

"Bara sedang menemani Cintya. Jadi saya bawakan air putih hangat, agar nyeri perutmu reda."

Sadar bukan suaminya yang datang, Aisya sontak bangun. Dia menjadi salah tingkah.

"Tidurlah. Saya hanya mau mengantarkan ini!"

Tak lama, mbah Yah menyusul umi di kamar Aisya. Dia menyerahkan sebungkus pembalut, yang isinya tinggal setengah.

Aisya masih diam. Dia takut berbicara.

"Pakai ini dulu!" Umi Khofsoh meletakkan pembalut di samping Aisya.

Aisya hanya mengangguk.

"Bara umi minta menjaga Cintya."

Lagi-lagi Aisya hanya mengangguk.

Umi Khofsoh mencoba men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
pelakor bangsattt emang gituu yaa, mau menguasai serasa milik sendiri hasil merampas .. thor buruan atuuhh hempaskan pelakor aisya, rasanyaa muakkkk
goodnovel comment avatar
Rina Wati
emang dasar pelakor,,msh enak diomongin baik sama umi,,perasaan dia yg terluka padahal chintyalah yg dia lukai,,pergi aja kalian berdua yg sama2 gak punya otak bawa tu laki penghianat
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
smoga Aisah tidak bisa hamil, agar bara menceraikannya, kapan sih Aisah dan bara kena karma, giliran selangkangan bilang sunah rasul, padahal sunah rasul lain juga mendatangkan pahala
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status