Share

Sindiran Cintya

Bara mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumah. Hening. Tak ada yang membuka obrolan.

"Mau belanja di mana?" tanya Bara memecah keheningan.

"Ke pasar dulu baru ke swalayan," jawab Cintya lalu kembali diam.

Mbah Yah benar-benar merasa canggung. Biasanya keluarga ini selalu ceria dan harmonis. Bara yang biasanya humoris kini lebih banyak diam. Cintya juga begitu, wanita yang selalu ceria, kini berubah sejak dirinya datang.

"Sekalian jalan-jalan, yuk!" usul Bara.

"Ayo Mas, mumpung hari Minggu!" seru Aisya dengan binar bahagia.

Cintya tak tertarik sama sekali. Dia tak menolak tapi tak meng-iyakan juga.

"Mbah Yah mau 'kan?" tanya Bara membuatnya salah tingkah.

"Saya terserah bapak saja. Penumpang mah ikut ke mana sopirnya pergi," jawab mbah Yah mengambil jalan tengah.

Mobil berhenti di lampu merah. Ada seorang lelaki paruh baya tengah duduk di atas kursi roda. Di pangkuannya terdapat kaleng kue bekas, untuk menerima sedekah dari orang berhati dermawan.

Bara kembali melajukan mobi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status