Aaron terbangun dari pingsannya dan melenguh melihat ternyata dirinya sudah memasuki kawasan mansion Alex."Oh! tuan sudah bangun?" ucap salah satu bodyguard nya."Kalian!!" tuduh Aaron menatap melotot kepada semua bodyguard nya. "Tuan gak usah melotot begitu, seram tahu matanya" celetuk temannya. Ya iyalah seram, mata Aaron sangat merah karena habis bangun. Pas bangun malah melotot kan matanya."Dasar kurang ajar," kesal Aaron.Mobil telah berhenti dan para bodyguard kembali menggendong Aaron."Bodyguard sialan!! lepaskan aku. Aku bisa jalan sendiri" berontak Aaron."Maaf, tuan. Kami tidak bisa, takutnya anda akan kabur nanti""Oh sialan!!" umpat Aaron. la seperti di culik rasanya dengan tidak hormat. Kenapa si Alex SIALAN itu ingin menculiknya juga?"Tuan, kami sudah membawa tuan Aaron." wakil salah satu dari mereka dan segera melepaskan Aaron hingga Aaron terjatuh.Brukk..."Astaga ibuku sayan? ahhhh bokong ku yang seksi ini sakit Bu" ringis Aaron dengan mengusap usap nya."lbumu
Aaron, Gavin dan Jerry langsung menghadap Aisyah setelah mengganti baju yang di inginkan oleh Aisyah.Dimana mereka terus mengumpat satu sama lain."Gila kenapa harus pink sih" gerutu Aaron begitu kesalnya."Wah? lucu sekali, " ujar Aisyah begitu bahagianya.Jerry menertawakan Aaron yang memakai pakaian berwarna pink di tambah gambar nya hello Kitty, dirinya lebih baik warnanya dari pada Aaron. "Diam kau bocah!!" bentak Aaron kepada Jerry, ia tahu kalau Jerry kini sedang menertawakan dirinya."Kau lucu sekali Aaron?" geli Jerry menatap Aaron."Bocah sialan!!" desis Aaron begitu marah.Alex kemudian memberikan sebuah pistol kepada mereka."Oke!! Gavin. Kamu tetap harus cool, ini semua demi si cabang bayi" batin Gavin, walaupun pun begitu dirinya juga hampir mau menangis rasanya. Gavin memang tergolong lebih pendiam dari pada banyak bicara dari mereka semua. Hampir sebelas dua belas dengan si Alex."Sekarang, Hubby yang jadi juri nya" pinta Aisyah menatap suaminya, yang mana alex langsu
Aisyah berlari cepat menyusuri koridor rumah sakit, ini adalah hari kelulusannya tapi Ayahnya sedang terbaring sakit akibat terjadi kecelakaan. Hanya Ayahnya satu satunya orang yang ia punya di dunia ini. Aisyah melihat di depan ruang bangsal Ayahnya dan sangat banyak seorang pria berbaju hitam dan badannya sangat besar-besar. Apakah ia salah nomor? Tapi benar ini adalah nomor yang di sebutkan oleh suster tadi saat dirinya bertanya di meja resepsionis. Aisyah mendekat dan melihat dari sebuah jendela ternyata memang ayahnya dengan terpasang berbagai alat yang menempel di tubuh Ayahnya. "Ayah..." tangis pilu Aisyah tak kuasa begitu banyak selang selang yang melekat di tubuh sang ayah. "Maaf, Nona. Apakah anda keluarga dari pria yang berada di dalam?" tanya seorang lelaki. "Ya, saya putrinya," jawab Aisyah dengan sopan. Lalu pria itu pergi dan membisikkan sesuatu kepada seseorang pria yang sedang duduk. Aisyah kembali melihat Ayahnya yang sedang di tangani oleh dokter.
"Ayah, bertahanlah... Aisyah mohon , Ayah kuat pasti kuat!" tangis Aisyah benar benar memilukan, tanpa sadar hati Alex ikut sakit. Klever hanya tersenyum mendengar penuturan dari putri satu-satunya. "Siapa kau?" tanya Klever kepada Alex yang berada di belakang Aisyah, dan Aisyah berbalik melihat Alex. "Maaf, Pak. Saya adalah orang yang menabrak Anda," jawab Alex dengan datarnya tanpa ekspresi. "Saya akan bertanggung jawab dengan pengobatan bapak sampai anda sembuh." Klever menggeleng. "Tidak perlu. Saya hanya mohon, tolong jaga putriku. Aisyah tidak punya siapa-siapa lagi kalau aku pergi. Gantikanlah peranku." "Ayah pasti sehat! Jangan berkata seperti itu, Ayah. Aisyah tidak suka..hiks..hiks.." "Nikahi putriku, maka aku akan memaafkanmu," lanjut Klever dengan terbata-bata. "Baik. Saya siap menikahi putri Anda," jawab Alex dengan tegas, tanpa ada keraguan.Entah kenapa dirinya langsung menyetujui permintaan Klever, padahal dirinya tidak mengenal nya sedikit pun. Yang jelas
"Tuan, saya telah berpikir. Sebaiknya, Anda tidak usah menikahi saya," ucap Aisyah. Mendengar ucapan dari Aisyah, wajah Alex langsung suram. Aaron, sopirnya pun yang melihatnya jadi mengerdik ngeri. "Kenapa?" tekan Alex benar-benar tidak suka. Secara langsung Aisyah telah menolaknya.'Berani sekali wanita ini!' pikir Alex. "Saya baru lulus SMA bahkan KTP pun belum ada. Saya takut, saya belum bisa menjadi istri yang baik untuk Anda. Lagi pula, Ayah saya telah memaafkan Tuan, begitu pun dengan saya," jelas Aisyah panjang lebar. "Itu bukan alasan yang logis. Katakan saja yang sebenarnya." Sungguh wajah Alex benar-benar tidak enak dipandang sama sekali, tapi Aisyah tidak menyadari perubahan mimik wajah Alex. Alex begitu tidak suka dengan penolakan Aisyah kepada dirinya. "Maaf, saya tidak mencintai anda," telak Aisyah. Baru kali ini ada yang menolaknya, membuat harga dirinya seperti turun ke dasar tanah yang paling dalam. "Tapi sayangnya, saya sudah berjanji akan menikahimu,
Aisyah berdecak kagum dengan dekorasi kamarnya yang sangat elegan berwarna hitam dan ke coklatan sangat luas melebihi luasnya rumahnya. ini nuansanya seperti kamar untuk laki laki. "Terimakasih Bi" ucap Aisyah dengan sopan. " Sama-sama Nyonya, maaf saya undur diri jika nyonya membutuhkan sesuatu anda bisa memanggil saya atau pelayan yang lainnya." pamit Han yang ternyata wanita yang di bawa tuannya begitu baik dan sopan sekali. Han langsung menyukainya. Aisyah mengangguk. Pagi-pagi pagi sekali MUA sudah datang untuk merias wajah Aisyah karena sebentar lagi dan hanya menghitung berapa jam saja maka ia kan menjadi seorang istri dari Alex Appolios Anderson. "Nona maaf saya buka cadarnya dulu"ucap MUA dengan sopan. Aisyah hanya menurut dan mengangguk kan kepalanya tanpa banyak bicara. Dirinya belum tahu bagaimana dengan pernikahan nya nanti. Selama ia ini selalu mengidam idamkan atau berekspertasi menikah dengan yang paham agama seperti seorang ustadz atau seorang Gus tapi m
Seketika air mata Alex luruh menetes di pipinya ia terenyuh, doa dilantunkan dengan keras semakin membuat cairan bening kian deras. Hatinya merasa seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. Ia seperti mendapat ketenangan yang ia sendiri tidak tahu kenapa.Semua orang melongo melihat seorang Appolios Anderson menangis. Seumur hidup mereka bekerja dengan Alex, belum pernah melihat Alex menangis dengan seugukunkan nya. "Untuk kedua mempelai, silahkan pasang cincin di jari masing-masing." ucap si penghulu. Deg.. Alex yang memegang tangan Aisyah merasa dirinya seperti terkena setrum sangking halusnya tangannya. Sangat putih. Setelah saling menukar cincin kini Aisyah mencium tangan yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Cup... Aisyah mencium tangan Alex yang menurutnya sedikit kasar tapi Aisyah merasakan nyaman. Tapi tidak dengan Alex yang jantungnya tidak aman sama sekali. Ia merasa takut kalau dirinya sedang ada penyakit riwayat jantung sekarang. Belum pernah ia rasakan seper
" Itu...aku lupa bawa ganti baju." Aisyah menunduk. la sangat malu kepada Alex. Alex hanya diam dan langsung pergi mengambil baju untuk Aisyah. Ia sudah meminta salah satu anak buahnya membeli baju gamis untuk Aisyah dan di tempat kan di lemari pakaian nya.Aisyah hanya bisa melihat Alex yang pergi. la mengira bahwa Alex tidak perduli kepada nya. Seketika ia menjadi murung. "Ini bajumu." Alex menyodorkan sebuah baju gamis berwarna hitam yang berpaduan warna pink lengkap dengan jilbabnya berserta sebuah niqob. "Terima kasih," ucap Aisyah lalu ia langsung menutup pintu kamar mandinya. Ternyata Alex sedang mengambil bajunya. la tadi sempat berpikir yang sudah tidak-tidak kepada Alex. Ceklek! Aisyah telah selesai mengganti pakaiannya yang mana ia tidak melihat keberadaan Alex. Aisyah menghela nafasnya dengan lega. Tok..tok..tok... Aisyah yang mendengar suara ketukan segera membukakan pintunya. "Pagi menjelang siang, Nyonya Appolios," hormat Aaron dengan sopan. "Maaf, tap