"Ayah, bertahanlah... Aisyah mohon , Ayah kuat pasti kuat!" tangis Aisyah benar benar memilukan, tanpa sadar hati Alex ikut sakit.
Klever hanya tersenyum mendengar penuturan dari putri satu-satunya. "Siapa kau?" tanya Klever kepada Alex yang berada di belakang Aisyah, dan Aisyah berbalik melihat Alex. "Maaf, Pak. Saya adalah orang yang menabrak Anda," jawab Alex dengan datarnya tanpa ekspresi. "Saya akan bertanggung jawab dengan pengobatan bapak sampai anda sembuh." Klever menggeleng. "Tidak perlu. Saya hanya mohon, tolong jaga putriku. Aisyah tidak punya siapa-siapa lagi kalau aku pergi. Gantikanlah peranku." "Ayah pasti sehat! Jangan berkata seperti itu, Ayah. Aisyah tidak suka..hiks..hiks.." "Nikahi putriku, maka aku akan memaafkanmu," lanjut Klever dengan terbata-bata. "Baik. Saya siap menikahi putri Anda," jawab Alex dengan tegas, tanpa ada keraguan.Entah kenapa dirinya langsung menyetujui permintaan Klever, padahal dirinya tidak mengenal nya sedikit pun. Yang jelas ia mengikuti kata hatinya.
Aisyah tidak terlalu memperdulikannya. Ia hanya meratapi keadaan ayahnya sekarang. Dirinya tahu itu adalah salah satu tanda-tanda seseorang akan pergi. "Teri...ma..kasi..hhh..." Klever langsung menghembuskan nafas terakhirnya dan menutup matanya perlahan dengan senyum yang mengembang. "Ayah! Ayah! TIDAK!" Aisyah langsung terduduk dan menatap lantai dengan pandangan kosongnya tidak percaya. "Gavin, cepat panggil kan dokter!" teriak Alex kepada salah satu anak buahnya. Ia terdengar begitu panik. Gavin segera melakukan perintah dari tuannya dengan cepat. Tidak lama kemudian, dokter pun datang berbondong-bodong. Mereka masih mencoba menyelamatkan Klever di sisa hidupnya.***
Mata Aisyah perlahan lahan terbuka ia menyesuaikan matanya dengan cahaya ia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Rupanya dia sempat pingsan karena terlalu syok melihat keadaan ayahnya.Entah siapa yang memindahkannya ke ruang rawat ini. Ia hanya merasakan kalau tangannya sedang diinfus.
"Kau sudah bangun?"Aisyah menoleh ke arah asal suara.
"Ayah.. Ayahku..."Alex menggeleng. "Maafkan aku."
Aisyah kembali menangis, tahu kalau ayahnya sudah meninggalkannya selama-lamanya. Sekarang, dia benar-benar sendirian di dunia ini.
"Aku ingin melihat Ayahku.... Mohon antarkan aku, Tuan," pinta Aisyah.
"Baik." Alex pun mengusap ujung mata Aisyah. "Janganlah menangis lagi kau sudah terlalu banyak menangis" Aisyah tidak mendengarkan ucapan dari Alex. Prosesi pemakaman Klever berlangsung khidmat dan singkat. Beberapa kenalan, sahabat, dan kerabat datang dan mengucapkan bela sungkawa kepada Aisyah. Namun, gadis itu hanya menanggapi dengan senyuman pahit. Sekarang, Aisyah berjongkok menatap kuburan ayahnya. Air matanya kembali luruh. "Ayah, maafkan Aisyah yang belum bisa membahagiakan Ayah." 'Ya Allah, ini terlalu berat. Perbanyaklah sabar hamba-Mu.' Aisyah yakin jika sang maha kuasa tidak akan memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuan nya sendiri. Suatu saat pasti kita akan kembali kepada sisi yang maha kuasa begitu dengan ayahnya yanga mana Allah lebih sayang kepada ayahnya. "Ayah doakan Aisyah dari atas sana," ucap Aisyah, lalu mencium nisan ayahnya. Ia mengadahkan tangannya ke atas.Itu semua tak luput dari penglihatan Alex.
"Aku sudah selesai, Tuan. Mari kita pergi." \Alex mengangguk.
"Pak Klever aku akan menepati janjiku kepadamu," batin Alex menatap makam Klever. "Semoga kau tenang di sanam dan maafkan aku." "Mari." Alex pun menuntun Aisyah sampai masuk ke mobilnya. Di mobil, Aisyah hanya diam saja dan memandang keluar jendela. Ia menikmati indahnya kota, tapi tidak dengan pikirannya yang hanya dirinya saja yang tahu. "Ehem!" Alex berdehem, tapi masih belum menyadar kan Aisyah. "Kita akan menikah besok seperti janji saya kepada Pak Klever Ayahmu," ucap Alex, membuat Aisyah langsung menoleh ke arah Alex."Tuan, saya telah berpikir. Sebaiknya, Anda tidak usah menikahi saya," ucap Aisyah. Mendengar ucapan dari Aisyah, wajah Alex langsung suram. Aaron, sopirnya pun yang melihatnya jadi mengerdik ngeri. "Kenapa?" tekan Alex benar-benar tidak suka. Secara langsung Aisyah telah menolaknya.'Berani sekali wanita ini!' pikir Alex. "Saya baru lulus SMA bahkan KTP pun belum ada. Saya takut, saya belum bisa menjadi istri yang baik untuk Anda. Lagi pula, Ayah saya telah memaafkan Tuan, begitu pun dengan saya," jelas Aisyah panjang lebar. "Itu bukan alasan yang logis. Katakan saja yang sebenarnya." Sungguh wajah Alex benar-benar tidak enak dipandang sama sekali, tapi Aisyah tidak menyadari perubahan mimik wajah Alex. Alex begitu tidak suka dengan penolakan Aisyah kepada dirinya. "Maaf, saya tidak mencintai anda," telak Aisyah. Baru kali ini ada yang menolaknya, membuat harga dirinya seperti turun ke dasar tanah yang paling dalam. "Tapi sayangnya, saya sudah berjanji akan menikahimu,
Aisyah berdecak kagum dengan dekorasi kamarnya yang sangat elegan berwarna hitam dan ke coklatan sangat luas melebihi luasnya rumahnya. ini nuansanya seperti kamar untuk laki laki. "Terimakasih Bi" ucap Aisyah dengan sopan. " Sama-sama Nyonya, maaf saya undur diri jika nyonya membutuhkan sesuatu anda bisa memanggil saya atau pelayan yang lainnya." pamit Han yang ternyata wanita yang di bawa tuannya begitu baik dan sopan sekali. Han langsung menyukainya. Aisyah mengangguk. Pagi-pagi pagi sekali MUA sudah datang untuk merias wajah Aisyah karena sebentar lagi dan hanya menghitung berapa jam saja maka ia kan menjadi seorang istri dari Alex Appolios Anderson. "Nona maaf saya buka cadarnya dulu"ucap MUA dengan sopan. Aisyah hanya menurut dan mengangguk kan kepalanya tanpa banyak bicara. Dirinya belum tahu bagaimana dengan pernikahan nya nanti. Selama ia ini selalu mengidam idamkan atau berekspertasi menikah dengan yang paham agama seperti seorang ustadz atau seorang Gus tapi m
Seketika air mata Alex luruh menetes di pipinya ia terenyuh, doa dilantunkan dengan keras semakin membuat cairan bening kian deras. Hatinya merasa seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. Ia seperti mendapat ketenangan yang ia sendiri tidak tahu kenapa.Semua orang melongo melihat seorang Appolios Anderson menangis. Seumur hidup mereka bekerja dengan Alex, belum pernah melihat Alex menangis dengan seugukunkan nya. "Untuk kedua mempelai, silahkan pasang cincin di jari masing-masing." ucap si penghulu. Deg.. Alex yang memegang tangan Aisyah merasa dirinya seperti terkena setrum sangking halusnya tangannya. Sangat putih. Setelah saling menukar cincin kini Aisyah mencium tangan yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Cup... Aisyah mencium tangan Alex yang menurutnya sedikit kasar tapi Aisyah merasakan nyaman. Tapi tidak dengan Alex yang jantungnya tidak aman sama sekali. Ia merasa takut kalau dirinya sedang ada penyakit riwayat jantung sekarang. Belum pernah ia rasakan seper
" Itu...aku lupa bawa ganti baju." Aisyah menunduk. la sangat malu kepada Alex. Alex hanya diam dan langsung pergi mengambil baju untuk Aisyah. Ia sudah meminta salah satu anak buahnya membeli baju gamis untuk Aisyah dan di tempat kan di lemari pakaian nya.Aisyah hanya bisa melihat Alex yang pergi. la mengira bahwa Alex tidak perduli kepada nya. Seketika ia menjadi murung. "Ini bajumu." Alex menyodorkan sebuah baju gamis berwarna hitam yang berpaduan warna pink lengkap dengan jilbabnya berserta sebuah niqob. "Terima kasih," ucap Aisyah lalu ia langsung menutup pintu kamar mandinya. Ternyata Alex sedang mengambil bajunya. la tadi sempat berpikir yang sudah tidak-tidak kepada Alex. Ceklek! Aisyah telah selesai mengganti pakaiannya yang mana ia tidak melihat keberadaan Alex. Aisyah menghela nafasnya dengan lega. Tok..tok..tok... Aisyah yang mendengar suara ketukan segera membukakan pintunya. "Pagi menjelang siang, Nyonya Appolios," hormat Aaron dengan sopan. "Maaf, tap
"Tuan Alex, aku telah menemukan bukti nya, sudah ada di tempat penyekapan" ucap Gavin yang baru datang. Alex lalu bergegas pergi untuk menemui orang yang telah berkhianat kepada nya. Setiap pijakannya membuat semua merasakan seperti ada ketakutan tersendiri. Auranya begitu kuat. Alex selalu di juluki dengan raja iblis di dunia hitam. kekejaman nya tidak tanggung tanggung kepada siapa pun yang berani mengusik ketenangan nya tanpa memandang bulu, baik itu wanita sekalipun. Orang itu memandang Alex dengan tatapan bencinya. "Pengecut. Kenapa tidak membunuh ku saja hah..." teriaknya dengan kuat sehingga menggelar di seluruh ruangan. Laki-laki itu telah di siksa sekejam sedemikian rupa. Pertama di pukuli dan telah di potong jari-jari tangannya, dan kedua jari kakinya juga. Setelah itu di beri perasan air jeruk nipis di campur dengan garam lalu di siramkan ke seluruh tubuh pria itu. Bukankah itu sangat menyiksa? dan menyakitkan.... "Kau masih punya tenaga rupanya" sinis Alex.
"Uhmmm...aku..u..u..pergi duluan, aku sudah tidak tahan" ucap Aaron langsung menggandeng kedua wanita itu. Salah satunya ia cium. Dan tangannya memegang dada si perempuan yang ang satu lagi. Aaron benar benar seorang playboy pencinta selangkangan. Gavin sebenarnya ingin mengingatkan bahwa Alex sekarang ini telah menikah, tapi apalah dayanya saat Alex sedang senang ia tidak boleh di tegur atau pun di sapa sama sekali. Dulu pernah ia melakukannya tapi hampir saja nyawanya melayang. Apakah Alex sudah lupa kalau ia sudah menikah sekarang? entahlah mungkin saja memang benar... "Kau bersenang senang lah Gavin" ucap Alex, ia juga membawa tiga perempuan yang sedang membelai Nikmat kepadanya. Sesampainya di kamar, Alex membuka semua pakaiannya tanpa tersisa satu pun hingga dirinya full naked Para wanita berbinar melihat ada yang sangat panjang di tengah tengah pangkal pahanya. Alex pasti sangat memuaskan pikir mereka. Tanpa tersenyum Alex memerintahkan ketiga wanita itu untuk mende
"Tuan bau.." ucap Aisyah dengan polosnya. Alex memang bau karena alkohol tadi di campur dengan rokok. "kamu tidak tahu bau apa in?i" tanya Alex dan Aisyah hanya menggelengkan kepalanya dengan polos. istrinya terlalu polos atau gimana? " Aisyah gak pernah cium yang seperti ini" Aisyah mengendus endus aroma dari tubuh Alex. Dirinya memang benar benar tidak tahu aroma apa yang ada di tubuh Alex. "Tapi tuan bau rokok bercampur sesuatu gitu..tapi Aisyah gak tahu bau apa?" Alex hanya tersenyum mendengar ucapan dari Aisyah yang polos. la lebih bersyukur, lebih baik Aisyah tidak mengetahui nya itu lebih bagus. "Aku mau mandi dulu" ucap Alex. "Tidak tuan" cegah Aisyah dengan cepat. " Kenapa?" " Tidak baik mandi malam-malam, lebih baik tubuh nya di lap saja" ujar Aisyah dengan menundukkan kepalanya. Tiba-tiba terbit senyum jahil di bibir Alex, lalu ia langsung mengangguk kan kepalanya. "Sebentar Aisyah ambil peralatannya dulu" Aisyah bergegas ke kamar mandi la ternya
ceklekk... Aisyah yang sedang membaca di sopa langsung menoleh mendengar suara pintu terbuka. Terlihatlah pria yang ketampanan nya bak seperti dewa Yunani, membuat Aisyah jadi merasa tersipu melihat Alex, apalagi Alex hanya memakai handuk sebatas pinggang saja, begitu tampan nya ciptaan tuhan yang satu ini. "Astaghfirullah.." Aisyah segera sadar dari lamunannya yang menatap Alex terlalu lama, padahal mereka sudah sah sah saja. Tidak ada larangan sedikit pun memandang seorang suami dengan lama lama. Alex tersenyum melihat sudah ada baju di atas tempat tidur lalu melihat Aisyah yang sedang membaca sebuah buku membuat Alex jadi terkekeh. Alex mendekati Aisyah dan Aisyah hanya melirik tapi di dalam hatinya sedang merasa kan tidak aman. "Apa yang sedang kau baca"tanya Alex mencondongkan badannya. "Ti..ti...tidak ada.." jawab Aisyah dengan gugup. Kegugupan Aisyah malah sangat lucu di mata Alex. Seperti kelinci kecil yang sangat imut. "Apa..yang tuan ingin kan.." "Hmmm..."