Share

Bab 0004

"Shawn, lepaskan tanganmu!" Meskipun Nathan berniat untuk selalu menjadi orang yang patuh dan tunduk di kantor, kesabarannya juga berbatas. Shawn bahkan sudah bertindak seperti ini, jadi bagaimana Nathan bisa diam saja?

Dengan kuat, dia berusaha melepaskan tangannya Shawn. "Kenapa? Karena kamu nggak bisa mendapatkannya, kamu melampiaskan amarahmu padaku? Sialan! Kamu laki, bukan?"

"Dasar berengsek! Berani sekali kamu mengataiku seperti itu?!" seru Shawn dengan mata melotot.

"Kalau kamu berani! Besok! Tunggu saja besok! Biar kita lihat apakah kamu masih berani melawanku atau nggak! Dasar anak kampungan yang bodoh! Aku mau melihatmu keluar dari gedung ini! Seorang anak kampungan sepertimu, bahkan hanya pekerja sementara, tapi berani sekali memberontak!" seru Shawn.

Kemudian, Shawn merapikan kerah bajunya sendiri dan pergi, meninggalkan Nathan yang juga marah.

Meskipun tadi Nathan bersikap teguh, sekarang, dia tetap merasa agak gugup. 'Sialan! Shawn sangat picik! Jangan-jangan dia benar-benar akan memecatku?'

Kekhawatiran Nathan bukannya tidak masuk akal. Shawn adalah orang penting di bawah Gary Parker, si lurah. Selain itu, dia juga memiliki relasi yang luas. Kalau tidak, dia tidak mungkin bisa menjadi seorang direktur pada usia semuda ini.

Namun, sekarang, dengan Marissa sebagai perisainya, seharusnya Shawn tidak akan bisa melakukan apa pun pada Nathan, 'kan? Sambil memikirkan hal ini, Nathan merasa sedikit lebih tenang. Begitu dia berbalik, dia melihat seseorang berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangan padanya.

"Kak Nathan!" Pemuda itu memiliki alis yang tebal dan mata yang lebar. Namun, dia terlihat licik. Entah mengapa, wajahnya bahkan tampak agak mesum.

Orang ini adalah Paulo Lester dari Kantor Pengentasan Kemiskinan. Dia seumuran dengan Nathan dan juga ditugaskan ke Kelurahan Galena tahun ini. Biasanya, dia sering tidak disambut di tempat kerjanya karena mulutnya tidak bisa dikendalikan. "Apa yang terjadi antara kamu dengan Shawn? Sepertinya kalian bahkan main tangan, ya?"

"Nggak apa-apa, kami hanya bertengkar sedikit karena ada masalah kecil," kata Nathan. Dia tidak ingin memberitahukan Paulo tentang Sienna. Kalau tidak, Paulo pasti akan menyebarkan gosip ini ke semua orang.

Nathan melirik Paulo sekilas lagi. Dia tahu bahwa pria ini tidak akan datang ke gedung asrama tanpa alasan, jadi dia bertanya, "Kenapa kamu mencariku?"

"Nanti sore, pas pulang kerja, kalau nggak ada kerjaan, ayo pergi ke Desa Kosar denganku!" kata Paulo. "Direktur kami menyuruhku untuk memeriksa situasi penanaman bibit buah untuk pengentasan kemiskinan di sana. Nanti malam, kita bisa pergi minum di Restoran Mentari, aku traktir, deh!"

Pekerjaan Kantor Pengentasan Kemiskinan sesuai dengan namanya, yaitu untuk mengentaskan kemiskinan. Setiap tahun, mereka akan mendorong desa-desa miskin di bawahnya untuk menanam pohon buah dan mengembangkan rumah kaca. Namun, sampai sekarang, tidak ada yang berubah pada Kelurahan Galena dan desa-desa miskin itu, sama sekali tidak ada perkembangan. Nathan merasa bahwa jika dia bisa menjadi pemimpin, keadaannya pasti berbeda.

"Kamu punya uang, nggak?" tanya Nathan. Paulo sering tidak punya uang. Gaji Nathan juga tidak tinggi, jadi dia tidak ingin makan besar di restoran.

"Tenang saja!" Paulo menepuk kantong celananya dengan penuh semangat dan berkata, "Kemarin, aku nggak istirahat. Aku pergi ke desa lain dan memenangkan uang 600 ribu melawan beberapa petani."

"Baiklah kalau begitu!" seru Nathan. Nathan tidak mungkin tidak memanfaatkan keadaan ini. Lagi pula, dia berjanji untuk bertemu dengan Marissa pada pukul delapan, jadi dia bisa minum-minum dengan Paulo hingga pukul setengah delapan.

Nathan melihat jam di ponselnya, lalu langsung pergi ke kantor. Lagi pula, semuanya sudah jelas antara dia dengan Marissa. Jadi, kalaupun dia tidak pergi ke tempat pembuangan sampah, Marissa juga tidak akan memarahinya.

Saat mereka pulang kerja pada jam enam, Nathan sengaja berkata di kantor bahwa dia akan menemani Paulo ke desa dan setidaknya akan pulang pada pukul setengah delapan. Sebenarnya, dia mengucapkan kata-kata ini untuk Marissa. Dia khawatir Marissa mengira bahwa dia sudah pergi, jadi Marissa juga melarikan diri.

Dalam perjalanan menuju Desa Kosar, Paulo berjalan di depan sambil menggeleng dan berseru, "Pengentasan kemiskinan! Makin dientas makin miskin!"

"Menurutku, kita nggak perlu mengatasi kemiskinan ini! Lihatlah pepohonan di pegunungan ini! Pihak kelurahan berpura-pura memberi mereka bibit buah, lalu mereka pura-pura menanamnya. Tapi, sama sekali nggak ada penjualan! Memangnya mereka makan sendiri buah yang mereka tanam?" kata Paulo sambil melihat kebun buah itu.

Nathan melihat ke sekeliling. Sekarang, ada banyak pohon buah yang ditanam di seluruh pegunungan Desa Kosar, seperti pohon jeruk, pohon ceri, pohon apel. Sekarang, ada juga pohon prem yang sedang berbuah dan pohon buah biwa yang buahnya sudah mulai layu.

"Buahnya sebanyak ini, apakah nggak bisa dijual ke luar, ya?" tanya Nathan. Sebelumnya, Nathan tidak pernah memerhatikan hal-hal ini. Di daerah rumahnya, mereka mendapatkan benih ikan, program pengentasan kemiskinan di setiap desa berbeda.

"Jual?" Paulo tertawa dan berkata, "Jual ke mana? Kantor Pengentasan Kemiskinan sudah beberapa kali disuruh untuk mengadakan acara promosi produk pertanian di aula olahraga, tapi malah jadi toko ritel. Para petani membawa keranjang berisi buah-buahan. Bahkan kalau orang-orang dari kota datang untuk membeli banyak dengan harga murah, berapa banyak yang bisa mereka beli?"

"Seluruh Kelurahan Galena dan bahkan seluruh Kabupaten Hoya sangat miskin," kata Paulo sambil memetik sebuah prem dengan santai. Sekarang, bahkan para petani juga sudah malas merawat buah prem yang besar ini.

Lagi pula, buah-buahan ini tidak bisa dijual. Paulo menggosokkan prem itu di bajunya, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya sambil berkata, "Tapi, pengentasan kemiskinan ini nggak bisa dihentikan. Ini memang lingkaran setan kemiskinan!"

"Sayang sekali!" seru Nathan sambil memandang hutan buah prem yang luas ini. Dia sendiri juga memakan beberapa buah, buahnya besar, berair dan manis.

Nathan bahkan menghitung sudah berapa banyak uang yang akan dia dapatkan jika dia menjual semua buah-buahan ini. Sepertinya, jika dia punya waktu, dia harus memikirkan hal ini baik-baik. Mungkin saja, kelak, hal ini juga merupakan jalan menuju kesuksesan!

"Tapi, aku datang bukan untuk melihat pohon ini," kata Paulo. Tatapan Paulo tiba-tiba berubah, dengan ekspresi tidak senonoh di wajahnya. "Gadis-gadis di desa ini sangat cantik, dengan tubuh mereka yang menggoda. Bagaimana menurutmu kalau kita bersenang-senang dengan mereka?"

Sambil memikirkan ucapan Paulo, sosok dan gerakan Marissa muncul lagi dalam benaknya Nathan. Hasrat pun bangkit dalam dirinya Nathan. Sambil berpikir, dia berjalan menuju ke Desa Kosar.

Namun, Nathan tidak menyangka bahwa dia dan Paulo akan begitu dibenci. Begitu Paulo tiba di depan kantor kepala desa, dia langsung dikerumuni oleh sekumpulan orang yang menuntut tunjangan untuk rumah tangga dengan penghasilan rendah dari Paulo.

"Coba kamu jelaskan. Sebelumnya, saat orang pemerintahan datang, kami bahkan memberikan kalian ayam, bebek, sapi, hingga bagasi mobil kalian penuh! Kalian bilang kalian akan segera memberikan kami tunjangan dan biaya hidup! Tapi, sudah satu setengah bulan berlalu! Kenapa uangnya masih nggak ada?" tanya seseorang yang berada di paling depan dengan sebuah tongkat di tangannya. Desa Kosar miskin, sebagian besar penduduknya bertahan hidup dengan tunjangan dan biaya hidup itu.

"Sudah kubilang, uang itu diatur oleh Kantor Catatan Sipil. Aku dari Kantor Pengentasan Kemiskinan. Nggak ada gunanya kalian menuntut uang itu dariku!" seru Paulo dengan ekspresi getir. 'Sialan! Kita malah terlibat dalam masalah yang dibuat para pecundang dari Kantor Catatan Sipil!' pikir Paulo.

"Aku nggak peduli kamu dari kantor mana! Intinya, kamu orang pemerintahan, jadi aku minta darimu! Benar, 'kan, semuanya?!" tanya penduduk desa yang berada di paling depan, sehingga semua orang menjawab ucapannya dengan serentak. Bahkan kepala desa dan sekretaris desa juga sudah menjauh dari orang-orang ini.

Nathan menyadari bahwa penyebaran bibit ini jelas-jelas sudah gagal. Jika mereka berjalan makin dalam, sepertinya malam ini mereka harus bermalaman di tempat ini. Oleh karena itu, dia bergegas menarik Paulo dan berlari ke luar. Mereka bahkan dikejar oleh sekelompok orang yang terus berteriak dan memarahi mereka. Saat mereka sudah berlari hingga ke daerah kelurahan, mereka baru berhenti berlari dengan napas terengah-engah.

"Sialan! Pecundang di Kantor Catatan Sipil memang nggak berguna!" seru Paulo sambil memegang lututnya dengan tangannya. "Orang-orang itu benar-benar berani sekali! Mereka bahkan berani menahan tunjangan, tapi bisa-bisanya bersenang-senang dengan kekuasaan mereka! Mereka nggak takut penduduk desa memberontak?"

"Pantas saja, akhir-akhir ini, semua komputer di kantor mereka diganti baru, mereka bahkan membeli perabot baru! Ayo pergi ke Restoran Mentari dan minum-minum dulu! Sungguh menakutkan!" gumam Paulo. Kemudian, dia menarik Nathan ke satu-satunya restoran kelas atas di kelurahan ini.

Kedua orang ini makan dan minum di Restoran Mentari. Ada sebuah keuntungan di tempat miskin, yaitu pada dasarnya, restorannya menggunakan daging lokal. Selain itu, harganya juga murah. Pada pukul setengah delapan, Nathan pun meninggalkan tempat ini.

Setelah meninggalkan restoran ini, Paulo berjalan menuju sebuah salon dengan lampu putar dengan ekspresi mesum. Tempat ini adalah satu-satunya salon yang menyediakan layanan khusus di Kelurahan Galena.

Sedangkan Nathan berjalan cepat ke sisi lainnya. Mobil Marissa sudah terparkir di tempat itu. Nathan pun menggoyangkan ponselnya, sehingga Marissa bergegas turun dari mobil dan berjalan ke arah sebuah rumah.

Bangunan dua lantai ini disewakan sepenuhnya untuk pemerintahan kecamatan. Kuncinya dipegang oleh Marissa. Setelah mengunci pintu dengan baik, kedua orang ini pergi ke lantai dua. Perabotnya masih ada, tetapi juga penuh akan barang dari Kantor Pengentasan Kemiskinan. Marissa sangat santai, dia membuka gulungan plastik rumah kaca yang baru dan membentangkannya di atas ranjang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status