Semua Bab AFTERFALL: Bab 41 - Bab 50
73 Bab
41. fear
“Cih!” Pangeran Rex berdecih, tampak merendahkan penjelasan arogan yang baru saja diucapkan Pangeran Cliftone.Kepalanya menoleh, memperhatikan Pangeran Cliftone dari ujung rambutnya hingga ke ujung kaki. “Aku mengasihanimu, Pangeran. Vampir yang naif.” Tanpa perlu repot-repot untuk melihat ekspresi Pangeran Cliftone, pia itu telah kembali menghadap ke kegelapan di hadapannya, menyesap cerutunya lebih dalam lagi.Ya, dia memang itu kenyataannya. Pangeran Rex tak bisa membayangkan bagaimana kondisi Voalire jika dipimpin Pangeran Mahkota yang begitu naif. Pria itu berpikir jika kerajaan besar seperti Eargard akan menundukkan kepala hanya dengan kartu yang dipegangnya? Sungguh mustahil! Meski terlihat se
Baca selengkapnya
42. a lie
Semua pandangan tertuju pada Pangeran Antheo yang masih bergeming, menatap lurus Duchess Heron dengan tatapan was-was yang sangat kentara terpancar di wajahnya. Tidak disangka, kepergiannya dari Istana Eargard secara diam-diam tertangkap basah oleh wanita itu. Pangeran Antheo menghela napas lalu disusul dengan senyum lembutnya yang mengembang bersamaan dengan tangannya yang meletakkan pisau dan garpu yang digunakannya untuk memakan salad di samping piring--pertanda ia sudah tak akan melanjutkan kegiatan memakannya.“Benar, Duchess. Saya memang pergi keluar istana saat malam hari. Apa suara kuda saya membuatmu terbangun saat itu?” tanyanya ramah, tak lagi menampilkan ekspresi was-was yang terlihat mencurigakan. Duchess Heron lantas tertawa renyah, menggelengkan kepalanya dengan malu-malu. &ldq
Baca selengkapnya
43. the third suspect
“Aku dengar kau menyukai bintang, Pangeran.”Teh hangat yang bercampur dengan kelopak bunga melati bersama dengan kudapan-kudapan ringan itu memenuhi meja anyam berbentuk lingkaran. Ini yang kedua kalinya, Pangeran Antheo mendapatkan kesempatan emas, dapat minum teh bersama Kaline sembari menghadap Air mancur yang berdiri dengan gagah belasan meter dari tempat mereka duduk.Lilin aroma terapi yang sengaja dibakar oleh pelayan menyerukan aroma berbagai bunga yang semerbak meski bunga di taman ini masih setia menguncup, menunggu musim semi datang menghampiri mereka. Cuacanya tampak berawan, membuat pelayan tak perlu memasang payung besar agar kedua sejoli itu dapat menikmati kudapan yang telah disiapkan dengan nyaman tanpa perlu mempedulikan teriknya matahari di siang hari.Pangeran Antheo tersenyum, menyesap tehnya yang tidak lagi panas. “Tidak sebaik orang-orang, Putri. Jika dibandingkan yang lain, ilmuku tidak sampai seujung jari.
Baca selengkapnya
44. where did he go
Tampaknya, peramal cuaca melaksanakan tugasnya dengan baik. Seperti yang mereka katakan, cuaca hari ini akan cerah. Ya, meski saja tidak secerah saat musim panas tiba, tapi setidaknya ini cukup untuk melakukan aktivitas selanjutnya. Sekarang, ketiga pangeran yang mengikuti sayembara, Kaline, dan para rombongan istana menghampiri pusat kota Eargard. Lampu-lampu minyak jalan dihiasi potongan kertas warna-warni dengan warna cerah, memberikan kobaran semangat seperti yang terlihat pada setiap wajah penduduk Eargard yang telah berkumpul, terlebih lagi para pedagang dan petani. Pesta tahunan akhir tahun yang didedikasikan khusus untuk para petani dan pedagang. Mereka telah bekerja keras sepanjang tahun, memberikan beras serta gandum dengan kualitas terbaik dan menjajakannya dengan sangat baik. Total keuntungan tahun ini lebih dari 100 juta keping emas--keuntungan terbaik yang mereka dapatkan selama 5 tahun terakhir. Itulah mengapa, pesta tahun ini jauh lebih meri
Baca selengkapnya
45. got into a trap
Dahi Kaline mengernyit. Tampak kebingungan dengan alis yang juga turut menyatu. Semalam Pangeran Antheo pergi ke kedai penyihir? Ya, sebelumnya memang Kaline sudah tahu jika Pangeran Antheo berbohong soal kepergiannya semalam. Tapi sebuah kedai penyihir? Hal itu terasa mustahil bagi Kaline. “Tidak baik memfitnah orang lain, Pangeran. Jika kau ingin memperbaiki reputasimu, sebaiknya lakukan dengan cara yang benar. Bukan dengan menjatuhkan orang lain,” jawah Kaline, menarik senyumannya secara paksa. keduanya sedang berada di tempat terbuka sekarang. Semua orang bisa saja memperhatikan bagaimana ekspresi tak bersahabat Kaline pada Pangeran Cliftone yang bisa menimbulkan spekulasi negatif terlebih pada masyarakat yang tidak berpendidikan dan mudah percaya dengan rumor yang beredar.Pangeran Clift
Baca selengkapnya
46. started
Malam hari telah tiba, dan pesta berjalan semakin meriah. Cahaya matahari sebagai penerang utama telah tiada, kini berganti dengan ratusan lampu minyak yang digantung tiang-tiang tinggi, memberikan penerangan yang sempurna terutama untuk panggung dansa yang kini telah dipenuhi oleh belasan pasangan dengan gaun serta pakaian berkelas. Alunan musik yang tadinya penuh semangat kini berubah lebih tenang, fokus pada bagaimana seseorang yang memainkan piano serta biola bekerja dengan sangat baik sehingga berhasil menciptakan alunan sempurna bagi belasan pasang yang ada di atas panggung ini berdansa dengan romantis.Lampu sorot yang jumlahnya hanya ada satu fokus menyorot Kaline dan pasangannya--Pangeran Rex--yang tengah berdansa ria sembari bercakap-cakap ringan, tak tertinggal pula senyuman manis yang tak pernah luntur barang sedikit saja. “Sudah lelah, Putri?” tanya Pangeran Rex saat pendengarannya tak sengaja menangkap suara napas gadis itu
Baca selengkapnya
47. what if
Suara langkah yang terdengar letih itu tak tak luput dari pendengaran Pangeran Cliftone. Sekitar 100 meter dari tempatnya berdiri saat ini, seseorang dengan darah hangat mulai mendekat.Ia mengingkari janjinya. Seharusnya, sejak setengah jam yang lalu mereka sudah bertemu dan saling membuat perjanjian. Namun sepertinya langkah kedua kaki kecil yang lambat itu menghambatnya.Malam masih sangat gelap. Jika dikira-kira, Pangeran Cliftone yakin pesta akhir tahunan itu sudah tiba di puncaknya. Hujan padi atau gandum atau apalah itu, sudah pasti ia tidak akan menikmatinya. Maka dari itu Pangeran Cliftone sama sekali tidak terlihat kesal saat seseorang yang ia tunggu kehadirannya datang terlambat.Suara langkah itu tak terdengar lagi, berganti dengan embusan napas yang berat dan cepat. Jika dikira dari seberapa jelasnya suara embusan napas itu, seseorang itu berdiri sepuluh meter di samping Pangeran Cliftone.“Maafkan saya karena datang terlambat, Cal. Kak
Baca selengkapnya
48. take them all
Suara gemercik api-api kecil yang muncul dari dalam wadah memenuhi gubuk kecil yang bersembunyi di antara ribuan pohon jauh di dalam hutan. Gubuk ini tidak lagi gelap. Cahaya lilin yang sedari tadi membantu penerangan itu kalah telak dengan cahaya magis dari dalam wadah cekung dari tanah liat.Pemilik manik hijau terang itu menatap ramuan hasil buatannya penuh binar. Jemarinya bergetar hebat, pun dengan detak jantungnya yang terus memacu dalam kecepatan tinggi. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia baru saja melanggar peraturan tertulis Lyvora. Panik, puas, gugup, ketakutan. Semuanya memadu menjadi satu, bercampur membuat rasa aneh yang bersarang di dalam dirinya sekarang. Tidak ada yang tahu apa yang akan datang setelahnya. Rasa penyesalan, rasa bersalah, atau malah kebebasan. Ia tidak tahu karena untuk kali ini, ia melakukannya dengan spontan tanpa perencanaan apapun yang mampu membuat kepalanya meledak. Ia tersenyum. Senyuman yang tidak mencapai m
Baca selengkapnya
49. a crazy old man
“Pangeran Antheo memang tidak ada di sini?” tanya Kaline tepat saat Narin membuka pintu kamarnya dengan napas terengah-engah.Sudah dua jam setelah mereka tiba di Eans dan gadis itu masih terjebak di kamarnya yang kini dipenuhi 5 orang pelayan kastil yang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Mulai dari menatap rambut Kaline, memasangkan sepatu yang cocok dengan dress merah maroon yang ia kenakan, hingga membubuhi riasan di wajah gadis itu.Rombongan istana termasuk para pangeran menginap di kastil pribadi milik Raja El yang amat luas. Saat gadis itu turun dari kereta, para pelayan langsung membawanya ke kastil bagian barat yang terpencil hingga detik ini, membuat Kaline tak bisa keluar untuk mengecek situasi dan memaksa Narin untuk menjadi kaki tangannya.“Kepala petugas mengatakan bahwa sebelum be
Baca selengkapnya
50. fair enough
Derasnya suara hujan dan gemuruh petir yang menghiasi langit malam tanpa bintang dan bulan mengisi keheningan di antara keduanya meski sudah dua jam berlalu. Semakin malam, angin yang bertiup semakin kencang, membuat Kaline terus mengeratkan tubuhnya yang basah pada selimut tebal yang dibawa Pangeran Cliftone.Gadis itu tidak lagi menangis. Hanya diam menatap kosong rerumputan basah yang menghampar di depannya. Pun dengan Pangeran Cliftone yang sama sekali ta bergerak atau bahkan menimbulkan suara sedikitpun. Pria itu hanya berjongkok di samping Kaline dalam diam.“Kau tahu apa yang terjadi, Cal?” tanya Kaline pada akhirnya, meski suaranya terdiam derasnya hujan, Pangeran Cliftone dapat mendengarnya dengan baik. Ia bahkan menangkap bagaimana getaran ketakutan di suara gadis itu.Pangeran Cliftone menoleh, menatap Kaline dengan tenang. “Melihat kondisimu saat ini, Putri. Aku yakin bukan sesuatu yang baik.” Ia menjawab dengan suara rendah y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status