All Chapters of AFTERFALL: Chapter 51 - Chapter 60
73 Chapters
51. we call it revange
 Berbeda dengan sayembara-sayembara sebelumnya dimana hanya didirikan tenda-tenda sederhana di tengah lapangan luas bersama dengan ratusan penduduk yang bersedia berpanas-panasan, sayembara yang dilakukan di Eans jau g berbeda dari sebelumnya.Tidak dilapangan. Kali ini, mereka melakukannya di dalam balai kota nan luas yang megah dengan susunan bata ciamik yang terlihat unik bersama dengan ribuan lilin yang bergantung rapi di langit-langit ruangan yang tinggi.Para bangsawan dari berbagai daerah berkumpul, menikmati jalannya sayembara dengan konsep pesta dansa yang terlihat sangat elegan bersama alunan musik yang tenang. Tentu saja detail kecil seperti gaun-gaun hingga perhiasan yang dikenakan tidak kalah pentingnya. Kini, ribuan bangsawan dengan sebelah tangan yang menggenggam gelas berkaki tinggi berisikan wine ternama di dalamnya sibuk memamerkan gaun-gaun mereka secara tersirat. Gaun-gaun dengan temapahan khusus oleh desainer
Read more
52. he knows
“Apa kau sudah terlepas dari bayang-bayang ayahmu, Nak?”Beberapa menit berselang, akhirnya Pangeran Antheo menunjukkan ekspresi dengan tersenyum canggung yang disusul dengan kekehan pelan. “Saya tidak mengerti maksud Anda, Duke.”Senyuman penuh makna senantiasa melekat pada wajah pria tua itu. Sama sekali tidak menunjukkan aura licik yang dapat menerkam seseorang. “Kau dan ayahmu adalah dua orang yang berbeda meski kalian mempunyai darah yang sama. Bahkan diri sendiri juga terkadang terbelah menjadi dua kubu, apalagi dua kepala yang sama sekali tidak terhubung, bukan begitu?”Duke Salier sama sekali tidak memberikan celah bagi Pangeran Antheo untuk mengintrupsinya karena pria tua itu kembali berbicara, “Berhentilah berusaha menjadi ayahmu. Kau dan dia adalah seseorang yang berbeda. Aku sudah tua, telah melihat banyak kepalsuan di dunia ini, salah satunya adalah senyummu.”Tepat setelah perbincangan itu, Duk
Read more
53. the witcher
Senyuman manis tak pernah sekalipun tertinggal di wajah pria dengan manik madu yang menyipit itu. Tidak seperti cuaca hari ini yang terlihat berawan mendung, wajah pria itu terlihat amat hangat, seakan-akan mempunyai matahari sendiri.“Kau terlihat amat bahagia, Pangeran.” Suara Kaline menginterupsi Pangeran Rex, membuat pria itu sedikit terpanjat kaget.“Ah ….” Pangeran rex mengacak-acak rambutnya. Gadis bermanik abu-abu itu dapat melihat dengan jelas kuping Pangeran Rex yang memerah lantaran menahan rasa malu. “Aku pasti terlihat sangat konyol karena terus tersenyum, Putri.”Kaline terkekeh kecil. Meski sebenarnya ia juga merasa aneh lantaran Pangeran Rex terus tersenyum, gadis itu memilih untuk tidak mempermasalahkannya lebih lama.Seperti yang sudah gadis itu duga, pemenang sayembara kali ini adalah Pangeran Rex. Di otak Kaline saat ini, ada perkiraan dua hal yang membuat Pangeran Rex tampak begitu senang; ia
Read more
54. fairytale of death
Suatu di pertengahan musim dingin. Saat itu cuaca amat tidak bersahabat. Badai angin terus menyerang negeri bermaskot singa selama beberapa hari, membuat segala aktivitas di luar ruangan terhenti total. “Ini adalah kutukan!” seru seorang pedagang yang terpaksa menutup tokonya selama seminggu penuh, hanya makan beberapa biskuit dalam sehari. “Dewa tengah mengutuk negeri kita. Lihatlah badai itu! Lebih mirip seperti amukan Dewa yang tak akan berhenti sebelum kita memohon ampun.” Seseorang dari rumah lain turut berucap, memandangi angin kencang yang turut membawa gerobak-gerobaknya dari celah rumah kayu.“Ini semua karena Putri Mahkota. Dia adalah jelmaan iblis! Jika kita tidak membawanya sebagai tumbal kemarahan dewa, sudah pasti semua ini tidak akan terjadi.”Bisik-bisik antar mulut itu telah memenuhi seluruh penjuru negeri tak terkecuali Istana Negeri Singa. Entah siapa yang pertama kali mengatakannya, namun
Read more
55. the fall of it all
Pangeran Rex menutup buku dongengnya yang telah ia baca dengan lantang sambil tersenyum puas, menampilkan deretan giginya yang tersusun dengan rapi.“Ceritanya sudah tamat, Putri,” ucapnya dengan penuh semangat, menatap Kaline dengan penuh binar bahagia tanda kepuasan.Kaline yang duduk di samping Pangeran Rex itu mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha mengusir rasa takut yang merasuki pikirannya. Sebuah dongeng tentang Putri Mahkota yang berakhir tragis dengan dibakar hidup-hidup. Cerita itu tidak terdengar seperti dongeng pengantar tidur baginya.“Apa benar cerita itu adalah dongeng pengantar tidur, Pangeran?” tanya Kaline dengan wajah kebingungan. Membayangkan ia harus mendengarkan cerita tragis itu sebelum tidur, Kaline bisa saja b
Read more
56. be carefull, princess
Semuanya sudah siap. Koper-koper tempatnya meletakkan gaun-gaun serta perhiasan lainnya telah diletakan di kereta terpisah yang dua kali lebih besar daripada kereta yang membawanya. Sebenarnya, satu kereta khusus yang ditugaskan untuk membawa barang-barangnya tidaklah cukup. Buktinya, satu lagi koper besar berisi berbagai macam cinderamata yang  diberikan para bangsawan terbaring di antara kaki Kaline dan Narin yang tidak nyaman.Kepulangan Kaline 2 hari lebih cepat daripada yang sudah direncanakan sebelumnya. Demi kembali ke Eargard lebih cepat, gadis itu harus membatalkan kunjungan ke peternakan sapi perah dan akan menjadwalkan kembali dalam waktu dekat.Itulah kenapa, mereka terlihat amat kesulitan sekarang. Semuanya dipersiapkan secara mendadak dan terburu-buru. Puluhan kereta pengangkut barang telah
Read more
57. something valuable
Kaline termenung selama beberapa saat. Menatap lurus seorang pria yang berdiri tegak di depannya tanpa ekspresi. Jika dilihat dari gerak-geriknya yang terlihat biasa saja, pria itu sama sekali tidak berniat menjelaskan sesuatu.Mau tak mau, Kaline haus memulainya terlebih dahulu. “Apa yang kau lakukan disini, Pangeran? Kau tidak mengikutiku, bukan?” tanya Kaline jelas terlihat tak senang.“Kita tidak berada di pertemuan formal, Putri. Jadi tolong panggil aku Cal. Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu jika kau tidak memanggilku Cal.”Perkataan yang keluar dari mulut Pangeran Cliftone sontak membuat Narin dan beberapa prajurit yang berdiri di dekat mereka kebingungan. Tidak disangka Pangeran Cliftone dan Putri Kaline sudah seakrab ini. Begitulah kira-kira yang ada di kepala mereka sekarang.Gadis itu terlalu malas untuk berdebat tentang hal-hal yang tidak penting apalagi jika lawannya adalah vampir menyebalkan ini. Dengan
Read more
58. another red eye
Letak toko penyihir yang hendak dikunjungi Kaline ternyata lebih jauh dari yang ia duga, terlebih mereka harus berjalan kaki melewati jalanan yang semakin jauh semakin tak berbentuk.Kini, tidak ada lagi jalan setapak yang ditimbun bebatuan, hanya lumpur kekuningan yang amat licin dengan beberapa lubang yang cukup dalam.“Apa mereka mengambil jalan yang benar?” tanya Kaline menatap ragu belasan prajurit yang sudah berjalan beberapa meter di depan mereka, melewati lumpur licin tanpa kesulitan berarti meski ada beberapa yang hampir terpeleset.Mendengar itu, Pangeran Cliftone tersenyum samar ditambah dengan Kaline yang terus mengeratkan tubuhnya pada juah pemberian pria itu yang terlihat kebesaran, membuat tubuh mungil gadis itu tenggelam.Terlihat menggema
Read more
59. the killer fairy
Entah sejak kapan, gadis itu merasakan bulu kuduknya meremang. Menatap manik merah menyala itu dalam kegelapan menimbulkan gelenyar aneh di dalam tubuhnya, seakan-akan ia tengah berada d kandang singa dan siap dimakan hidup-hidup.“Putri, apa ada masalah?” pria tua itu kembali berbicara, kali ini, intonasi suaranya terlihat khawatir yang berhasil mengusir sedikit rasa takut yang Kaline alami.Kaline menggeleng. “Aku kesini hanya untuk bertanya beberapa hal.”Pria itu kembali tersenyum. senyuman yang tak mencapai mata namun bisa membuat kerutan di sekitar pipinya terlihat semakin jelas. “Tentu, Putri. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu sebisaku.”pandangan Kaline menyusuri bagian dalam toko sekali lagi. Berusaha melihat barang apa saj
Read more
60. one for two
Keduanya duduk saling berhadapan yang hanya dipisahkan oleh meja kayu model lawas yang sudah lapuk, saling memandangi dalam diam tanpa seorangpun yang ingin bicara terlebih dahulu.Sudah lima menit berlalu semenjak Pangeran Cliftone muncul begitu saja dari balik ruangan yang hanya tertutup kain panjang, mengakui dirinya sebagai pemilik seluruh toko penyihir yang tersebar di Eargard.Dan disinilah mereka berakhir sekarang. Di Ruangan kecil yang hanya diisi oleh sepasang kursi kau dan meja lapuk yang menjadi penengahnya, saling memandang dalam diam karena emosi gadis itu sedang ada di ujung kepalanya sekarang.Ia merasa dipermainkan.Kecurigaan mendalamnya terhadap Pangeran Antheo bermula saat vampir di hadapannya ini mengatakan jika Pangeran Antheo beberapa kali mengunjungi toko penyihir secara diam-diam. Jika semua ini hanyalah rencananya untuk menjatuhkan reputasi Pangeran Antheo, gadis itu tak akan segan mendepaknya dari sayembaranya ini.“
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status