All Chapters of Takdir Yang Tertunda: Chapter 101 - Chapter 110
143 Chapters
Episode 102
Dengan sedikit tergesa aku melangkah pergi dari ruang pertemuan itu dan kembali ke meja kerjaku. Pikiranku masih nggak karuan, mengingat kembali rekaman cctv itu. Dimana Ray dan Farhan bersama dengan Renata membuka laptop kerjakj tanpa seizinku. Apalah mereka yang menghapus file itu. Apa tujuan mereka kali ini? Kenapa ini terulang kembali. Beberapa bulan silam jiga begitu. Hidupnya diskenario dan dikonspirasi oleh keluarga Dinata. Bahkan dampsi sekarang dia juga nggak paham kenapa dirinya yang menjadi korban mereka. Dan kenapa di tempat yang berbeda ini semua terulang lsgi. Sebenarnya ada apa dengan hidupku ini. Kenapa srlslu di permainkan orang terus, bahka selalu diskenario oleh semua orang. Sebenarnya ada apa dengan diriku. Apakah semacam terkena kutukan? "Move, kenapa meninggalkan ruang pertemuan tanpa pamit terlebih dahulu?" suara itu sudah menderu di depan meja kerjaku. "Maaf, Pak. Saya buru-buru kerjaan mendesak." jawabku tanpa menoleh ke arahn
Read more
Episode 103
"Ayok, akh!" ajaknya dengan tatapan sendu, membuatku semakin membulatkan mata. Namun beberapa saat kemudian mataku sudah terpejam, menikmati lumatan bibirnya yang panas. Yang membuat seakan terbang membubung tinggi meninggalkan segala kesakitan dan kekecewaan yang luar biasa dasyat kurasakan setahun terakhir ini. Bahkan ketika tubuhku melenting indah dan lidah panas Ray mengejar lentingan tubuhku aku masih belum sadar bahwa ada tugas yang masih harus dilakukan. Dan aku melupakan bahwa semua tentang aku dan hidupku adalah sebuah konspirasi dan skenario yang sudah disusun oleh mereka semua. "Akh, Ray terus--" ucapku terengah ketika dengan sigap laki-laki sejuta pesona itu memasuki milik intiku dengan ganasnya.  Ray mendesah, keringat mengembun deras dari dada bidangnya, perut sixpacknya, dan lengan berototnya. Aku semakin menggila mengikuti irama ayunannya. Desahan dan rintihan terdengar silih berganti hingga akhirnya kami menjerit bersamaan, menjemput dan
Read more
Episode 104
Kepanikanku beberapa jam yang lalu menghantarku pada kenyataan terpahit dalam hidupku. Di ruangan itu, ruangan kematian menurutku ada dua nyawa terbaring di sana. Si kembar Farhan dan Raya Dinata. Mereka berdua bertaruh nyawa di sana. Dan lagi-lagi aku yang yang dipersalahkan dalam peristiwa ini. Kondisi Farhan sudah mulai pulih setelah alat pengisi daya jantung buatannya sudah di perbaiki oleh profesor LinHuang yang sempat nggak aktif nomornya karena ternyata sedang melakukan perjalanan luar kota. Sedang di satu pembaringan yang lain sosok Raya Dinata dalam kondisi lebih mengenaskan. Kecelakaan yang dialaminya semalam benar-benar membuat keadaannya sangat menyedihkan.  Mobil yang rengsek karena menabrak pembatas jalan dan tubuh yang berlumuran darah karena terjepit badan mobil. Masih untung bisa diselamatkan.  Raya Dinata, presdir dari Dinata Group mengalami kecelakaan tragis tadi malam dijalan bebas hambatan. Karena kondisi hujan lebat dan
Read more
Episode 105
"Raya, oh!" Suara ratapan itu milik tante Aliya.  Ada apakah? Tadi aku tinggal baik-baik saja. Kenapa semua jadi seperti ini. Ada apa di dalam sana? Aku menatap ruangan yang sangat menyesakkan itu. Ruanhan yang tiba-tiba menghitam dan ada beberapa orang berpakaian putih-putih sedang mendorong tempat tidur pasien yang sudah tertutup kain kafan. Pecah sudah air maya keluarga Ray. Mamanya meratap histeris sedang sang papa terduduk lemas. Sosok Farhan sama sekali tidak kelihatan. Aku masih bergeming dan hanya terpaku melihat kondisi inj. Masih bingung.  Sebenarnya ada apa ini? Siapa yang meninggal? Ray-kah? Oh Tuhan! Jantungku seperti tertusuk pisau yang sangat tajam. Beberapa menit yang lalu aku masih melihatnya tertidur dan meninggalkannya dalam keadaan baik-baik saja. Kenapa sekarang seperti ini? Hatiku luruh, air mataku sudah tidak bisa ku tahan lagi. Aku menghambur mengejar tempat tidur pasien yang didorong para perawat itu. Tak kupedulikan
Read more
Episode 106
Ruang praktek dokter umum itu sebenarnya tidak begitu rame. Bahkan bisa dibilang sepi. Tapi aku sudah menunggu hampir 1 jam di luar tunggu tak ada kunjung keluar mamanya si Ray. Aku mulai berpikir mungkin beliau nggak mau bertemu denganku. Apapun itu alasannya. Aku mulai merasa sadar diri. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan wanita yang masih cantik itu meski diumur hampir kepala 5. Mungkin benar sebesar apapun usahaku untuk dapat diterima di keluarga Dinata itu hanya sebuah angan-angan belaka. Baru saja aku beranjak meninggalkan ruang tunggu dokter umum, ada tangan yang sudah menggapai lenganku membuatku tersentak sesaat. "Dokter Careld," suaraku tercekat. "Apa kamu sedang sedih, Move?" tanyanya datar berjalan di sisiku tanpa menoleh. Aku hanya terus menatap ke depan dan menatap lurus ke depan. "Kamu nggak mau kembali kepadaku, ke tempat ini?" tanyanya lagi. Kali ini sambil menoleh ke arahku menatapku dalam dan luruh. Tatapan itu masih
Read more
Episode 107
Salivaku benar-benar kering kerontang untuk kutelan. Ada sesak yang sedari tadi menjalar di dadaku. Kubiarkan angan-anganku terbang jauh meninggalkan ragaku.  Beberapa saat lalu Farhan masih bersamaku namun kini dia harus kembali ke apartemennya untuk istirahat. Sedang aku masih menaikkan adrenalin dengan berkhayal ke dunia lain. Aku tersentak saat menyadari adanya gerakan halus sudah menjalar di pangkal lenganku. "Hei," kutatap wajah itu dengan sendu. "Ada apa?" tanyanya sambil mengusap punggung tanganku dengan lembut. Lalu ku gelengkan kepala pelan. "Kamu tampak sedih, apa mama menyakitimu lagi?" lagi-lagi aku menggeleng. "Lalu-- Huft! Kuhembuskan napas yang sangat sesak itu. "Terus apa?" Pertanyaan itu di berikan dengan tatapan mengharap. Aku kembali menghembuskan napas berat. Kitatao wajah Ray dalam-dalam sebelum aku memulai untuk bicara. "Apa kamu sudah mulai menganggap Farhan ada dalam keluargamu?" Ray agak terkejut mendenga
Read more
Episode 108
Setelah membuka pintu apartemen Farhan, aku bergeming, terpaku dan membisu. Bukan sengaja mau mendiamkan tamu tapi alu seakan terhipnotis oleh kehadiran orang itu. "Om, Tante, silakan. Keadaan Farhan membuat saya yakut. Saya sudah menelpon ambulans," ucapku dambil menunduk. "Apa Farhan kenapa-napa?" Tante Alliya malah balik bertanya. "Lho memamg Renata tidak menelpon Tante, tidak memberitahu kalau Farhan jantungnya anfal." "Apa?!" Perempuan itu langsung menyelusup ke kamar Farhan, namun nggak ditemukannya sosok itu. Tante Alliya mengangkat kedua alisnya.  "Farhan di kamar saya, Tante," "Hah!" Aku tercekat melihat reaksi mamanya Ray. Nggak menyangka kalau wanita paru baya itu akan sekaget itu. "Tapi, kami nggak ngapa-ngapain kok, Tante. Malah Farhan sedang sakit, kita butuh ambulans," ucapku menjelaskan semua, takutnya terjadi sesuatu. "Sakit? Ambulans?" Wanita itu semakin menautkan kedua alisnya. Lho, meman
Read more
Episode 109
"Fero, jangan ngelebihi batas," ucapku tajam sambil menatapnya. Agak kaget Fero melihat perubahan sikapku.Wanita itu Feronika Alfarest bersikap sarkas terhadapku padahal beberapa bulan yang lalu dia sudah sedikit bisa berubah lebih baik. Tapi beberapa bulan terakhir ini dia juga berubah lebih anarkis.Mungkin benar yang dikatakan dokter Careld, bahwa ada kelainan psikis yang tidak pernah Feronika sadari. "Sekarang sudah banyak perubahan, ya. Kamu mulai liar, Move," aku menggeram mendengar ucapan Feronika. Ingin rasanya aku robek mulut jeleknya itu. Tapi aku masih tahu batas."Fero, akan lebih baik kalau kamu bergabumg dengan mereka daripada kamu disini menghabiskan waktu dan mengganggu, Aku," kali ini aku mengikis ketakutan yang selalu menghantui aku. Dan benar, kulihat Feronika menatapku dengan tajam sebelum meninggalkan aku sendiri.Aku menghela napas dalam-dalam melihat petempuan itu meninggallan aku sendiri. Ada keganabgan yang tiba-tba
Read more
Episode 110
Aku merasakan sakit di tengkukku. Dan ternyata di sini gelap. Apa aku di culik lagi seperti dulu. Adakah orang yang tidak suka padaku sehingga mereka benar-benar ingin melenyapkan aku dari dunia ini? Tante Alliyakah, Feronikakah, atau malah Renata? Wanita cantik jebolan USA yabg selalu merasa insecure kalau Farhan mendekatiku.Akh, entahlah. Sesaat terdengar pintu ruangan seperti di buka dan lampu dinyalakan. Tapi kok aku masih merasa gelap saja. Oh, ternyata mataku ditutup dengan kain penutup.Ada suara kaki yang mendekatiku membuat jantungku berdegub keras. Makin lama makin dekat dan sepertinya orang itu berdiri di belakang aku duduk."Si-si-apa?" tanyaku terbata. Namun tak ada jawaban apapun. Hening dan senyap. Hanya ada tangan-yangan lincah yang mengacak rambutku dengan cepat. Sepertinya aku ini di make over. Entah untuk tujuan apa. Aku mencoba untuk diam saja selagi orang-orang ini tidak menyakiti aku biarlah terserah mau berbuat apa. Yang past
Read more
Episode 111
"Bagaimana perasaanmu melihat orang yang kamu cintai tunangan dengan orang lain?" kalimat yang bernada pertanyaan itu membuatku terhenyak.Akh! Lagi-lagi dia! Aku hanya mendenguskan napasku dengan kasar. Ada yang tertusuk di dadaku. Sakit, sakit sekali tapi tidak bisa aku ungkapin."Tapi kamu punya nyali juga ya, Move. Datang ke sini mengenakan gaun pesta tapi mirisnya hanya untuk menyaksikan Ray bertunangan dengan orang lain," bibir Feronika masih mengoceh nggak jelas. Namun mengembang senyum penuh kemenangan.Dan aku masih dengan sabarnya memberi kesempatan sama perempuan ular itu untuk terus mendzolimin aku. Hanya saja mataku tak bisa lepas dari pemandangan yang membuat hatiku menangis darah di dalam sana."Itu yang kurasakan dulu waktu kamu mengambilnya dariku," sebuah pernyataan yang sebenarnya sangat mengganggu isi kepalaku. Apakah ini karma? Apakah hukum balasan sedang berpihak padanya?Shit! Aku memaki dalam hati. Mungkin ini yang namanya s
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status