Semua Bab Takdir Yang Tertunda: Bab 121 - Bab 130
143 Bab
Episode 122
Kakiku berhenti seketika mendengar suara itu. Dengan gerakan reflek aku memutar badanku menghadap arah suara itu.Feronika Alfarest, wanita itu menatapku dengan pandangan mengharap sesuatu. Dengan pandangan yang dingin aku mendekati wanita itu."Move," panggilnya luruh membuat hatiku seketika mencelos. "Maafkan, Aku,"ucapnya dengan suara menguar perih terdengar di hatiku.Kupeluk erat wanita itu dan kubusikkan sesuatu yang mampu membuatnya bangun dari segala mimpi buruknya."Aku sahabatmu, Fero. Bangunlah, jangan menyerah," ternyata ucapan itu mampu membuat wanita yang umurnya jauh di bawahku itu tersedu. Kutepuk pelan punggungnya lalu kuelus dengan lembut."Dok, bagaimana perkembangannya?""Dia butuh teman oebdukung, mbak Move. Dan saya rasa, Mbak lah yang cocok untuk mendampinginya,""Tapi, Dok," aku hanya memandang tak mengerti."Kami ini saling bermusuhan," akhirnya aku meloloskan ucapan pahitku.Dokter itu hanya ter
Baca selengkapnya
Episode 123
"Sial!" Dengusnya membuat beberapa perawat memperhatikan sikapnya. "Pak Ray nggak masuk?" Salah satu suster menyapa dengan ramahnya."Oh iya, Sus." Agak gugup Ray membalas sapaan suster itu. Dengan kekesalannya dia masuk ke ruangan itu dan masih melihat drama ala korea dan china. Saling membelai dan menggenggam tangan."Sudah belum dramanya?" tanyanya tanpa basa-basi.Aku dan Farhan saling bertatapan dan melepas tangan satu sama lain."Ray, kenapa?" tanya Farhan polos membuat Ray yang awalnya ingin marah tiba-tiba melunak. Aku bangkit dan mendekatinya."Kalian ngobrolah, Aku tinggal dulu." ucapku sambil bangkit dan berjalan menjauhi mereka. "Move," panggil Ray. Dan sesaat aku berhenti."Kamu dan Farhan tidak bermain curang di belakangku kan?"Aku saling tatap dengan Farhan dan entah kenapa aku ingin tertawa geli. Ada seulas senyum terukir di bibir Farhan."Memang boleh kalau Aku ambil dia dari kamu?" l
Baca selengkapnya
Episode 124
"Tante Alliya!" teriakku sedikit terpekik. Aku melihat wanita anggun itu tertunduk mengambil pecahan piring yang pecah."Biar saya aja, Tante," ucapku sambil menunduk memunguti pecahan piring itu."Tante duduk di sofa aja, ya biar saya saja," sekali ucapku dengan hormat."Maafkan, Tante ya, Move," aku hanya tersenyum lantas ku ekor sosoknya menuju sofa.Aku kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba apalagi tahu-tahu sudah ada di dapur. "Auw," ringisku pelan karena tergores beling piring. Baru saja hari itu mau aku angkat, tangan seseorang sudah mengambilnya dan menghisap jari yang berdarah itu."Ray," suaraku bergetar melihat sosok tampan itu sudah ada di depan mataku dsn mengulum serta menghisap jemariku."Kapan datang?" Kembali kuajukan pertanyaan. Lagi-lagi hanya dijawab dengan senyuman. Lalu mengecup jemariku."Semalam waktu kamu tidur," jawabnya."Sama tante?" Ray hanya mengangguk lalu memunguti sisa pecahan p
Baca selengkapnya
Episode 125
Sungguh aku terpana dan cengok mendapatkan kejutan demi kejutan hari ini. Disana banya bunga, banyak makanan yang dikirim untukku hari ini."Tante!" teriakku dengan keras. Wanita paru baya itu datang dengan senyum misterius."Ini , siapa yang beli, untuk apa makanan sebanyak ini, Tan?" tanysku meluoakan status aku dan status dia siapa. Sebegitu akrabnya aku memanggilnya seolah kami tak pernah ada masalah sebelumnya."Untuk kita maks, dan kita hidangkan bersama," jawabannya membustku mengerutkan kening. "Lihst siaoa yang ada di balik karangan bunga itu?" Aku mengerjab dan melongok ke arah belakang karangan bunga yang besar itu. "Feronika," desisku tak percaya."Hai-hai. Lady-lady. Aku sudah datang. Maafkan sedikit terlambat karena pesanannya yang behitu banyak jadi harus pelan-pelan dan hati-hati," ucapnya sambil mendorong bawaannya yang berada di troli barang.Sumpah demi apapun, aku gagal paham dengan semua i
Baca selengkapnya
Episode 126
Aku bangun dengan tergagap ketika ada suara dering telpon menguar dari atas nakas. Lalu kupeluk seseorang yang sudah dari semalam menemani begadangku. "Sayang, bangun. Berangkat kerja," suaraku sambil mengelus punggung telanjangnya yang terasa dingin. "Aku cuti, Yank," ops lupa. Dia sudah ambil cuti beberapa hari untuk pre wedding kami. Lalu ku elus kembali punggungnya dan aku rasa dia sudah terlelap dalam tidur kembali. Karena hari ini aku juga ada persipan ke kantor Farhan aku bergegas mandi. Kutinggalkan dia sendiri di apartemen. "Lho, kok malah ke sini?" tanya Farhan sambil meletakkan berkas di atas meja kerjanya. "Aku cuma mau lihat kamu, terus ada janji sama teman," ucapku lalu membereskan meja kerjanya yang berantakan. "Jangan buat aku kembali ke dunia khayalku lagi. Nanti aku nggak bisa move on dari kamu," sekilas aku tersenyum lalu menghampirinya. "Aku pergi, ya?" ucapku. "Tunggu!" Kuhentikan langkahku. Menungg
Baca selengkapnya
Episode 127
Aku masih terengah, mendapatkan perlakuan Ray yang tiba-tiba frontal. Laki-laki itu tersenyum puas melihatku megap-megap begitu. Lalu dia kembali mengecup dadaku yang sudah banyak bekas kepemilikannya."Itu hukuman buat yang sudah meninggalkan aku sendiri di ranjang," ucapnya dengsm dada masih bergemuruh. Sesekali bibirnya mrnyapukam lidahnya di bagian puncak dan gurun ke perut. Aku hanya tersenyum menahan geli dan menggelinjang. Dan seharian itu kami tidak beranjak dari  tempat tidur. Bahkan kami berkalu-kali melakukan itu seolah ini honey moon. Badanku seakan hancur oleh serbuan dan serangan Ray yang seakan-akan tak pernah merasa puas denganku dam selalu minta terus dan terus, lagi dan lagi. Sampai bunyi bel pintu 3x aku masih dikungkung oleh Ray."Siapa sich yang ganggu? Padahak aku sudah matiin semua alat komunikasi biar kita nggak ada tang ganggu." ucapnya kesal namun pada akhirnya dia bangun juga."Ma! Ada kok ka
Baca selengkapnya
Episode 128(S2)
Dengan lembut aku memakaikan baju coupelan untuk acara kawinanku itu ke badan Farhan dan laki-laki tamoan itu benar-benar tak berkedip melihatku. "Ada yang salahkah di wajahku, sampai kamu melihatnya tak berkedip?" tanyaku sambil terus memakaikan baju untuknya. "Kamu cantik," jawabnya. "Dan seharusnya kamu jadi milikku dan hanya milikku bukan milik orang lain meskipun itu saudara kembarku sendiri," ucap Farhan tentu hanya di dalam hati. Aku hanya tersenyum mendengar dia memujiku. "Sudah dari dulukan aku cantik," timpalku lalu menyuruhnya berputar setelah selesai aku memasangkan baju di badannya. Dan decak kagum dari sang mama yang pertama kali keluar dari mulutnya untuk mengomentari ketampanan putra kembarnya itu. Aku tersenyum lalu menyingkir mengapit tangan kekar sang arjuna hatiku menuju ke Pantry. "Mau apa sich, Sayang?" tanyanya sambil memelukku dari belakang ketika aku membuatkan kopi untuk mereka. "Buat kopi. Kan mama-pa
Baca selengkapnya
Episode 129(S2)
Aku terperangah melihat siapa yang sudah berdiri di hadapanku. Aku menyingsut mundur melihat siapa sosok itu. Ada rasa yang sangat susah aku artikan. Sudah hampir 10 tahun tidak pernah bertemu dan kini kenapa di saat aku akan menjemput hari bahagiaku dia hadir. Apakah akan merusak kebahagiaanku seperti dahulu."Mbak Move nggak kenapa-napa kan?" tanya Renata tanpa canggung. "Nggak, Re!" jawabku tegas. Nggak perlu siapapun tahu siapa orang ini. "Re, maaf bisa tinggalkan kami berdua," pintaku sambil meninhgalkan dia menuju ke arah pria dewasa itu. Renata sekertaris Farhan itu hanya menarik senyum misteri yang aku sendiri tidak tahu artinya.Intinya hari ini sikap Renata berubah. Ada yang mencurigakan menurutku."Dari mana kamu tahu aku bekerja di sini?" ucapku dingin bahkan tak sedikitpun menatapnya. Laki-laki yang sudah menghancurkan hidupku dan membuatku menghadapi segala penderitaan.Pria yang umurnya setara denganku itu hanya te
Baca selengkapnya
Episode 130(S2)
"Move di culik!" Berbarengan Ray dan Farhan mengucapkan kata-kata itu membuat petugas di ruang cctv itu terkejut. "Pak! Apa kita nggak seharusnya melapor ke pihak yang berwajib?" "Iya, Pak. Saya msu coba ngecek lewat ponselnya dulu siapa tahu bisa dilacak keberadaannya." kata Farhan. "Oh kebetulan saya bisa, melacak keberadaan ponsel tersebut meskipun sudah mati ponselnya, Pak," "Oh ya. Kalau begitu silakan," Farhan memberi jalan dan menyerahkan poselnya untuk melacak keberadaan Move. Tak lama petugas cctv tersebut sudah mdngembalikan ponsel tersebut. "Di sini, Pak titiknya. Semoga Mbak Move belum di bawa lebih jauh lagi." Dengan segera Ray dan Farhan menuju ke parkiran dan melajukan mobilnya ke arah lokasi yang sudah di temukan. Ray melajukan mobilnya seperti orang membabi buta. Dia nggak ngangka awal-awal dia mau menikah dengan Move masih ada aja orang yang sirik. Ada yang tidak suka dengan kebahagiaan mereka. Bersama
Baca selengkapnya
Episode 131(S2)
Tamparan itu terasa keras sekali. Nyatanya dari sudutbibir kanannya sobek dan menetes darah. Laki-laki itu hanya bisa memegangi pipinya yang anas seperti tersengat setrum. Sedang aku dengan mata nyalang dan sot tajam menghujam langsung ke dada Dkmetri Arteca. "Lancang kamu, Dimetri!" seruku sambil menarik laki-laki itu kehadapanku. "Kamu tidak pernah berubah, Dimetri! Tetap aja brengsek!" Makiku penuh dengan kemarahan. Tak bisa dipungkiri aku memang marah dan sangat marah.  Tapi laki-laki itu hanya bergeming mendapatkan hadiah tamparan dariku. "Laki-laki menjijikkan!" Belum puas rupanya aku memaki dengan sarkasnya. Tapi ada yang berbeda lho! Laki-lali dewasa ini lebih banyak diem dan sepertinya ada yang menggajal di dadanya. Tapi aku tak peduli. Aku ingin pulang. Aku tahu dia menculikku terang-terangan. Dengan getrakan cepat aku turun dari pembaringan dan menuju ke pintu. "Mau kemana?" tanyanya cepat. "Mau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status