All Chapters of Istri Lima Belas Ribu: Chapter 551 - Chapter 560
608 Chapters
Part 79
Part 79 Dengan menaiki mobil pick up milik Riko, Aisya dibawa ke rumah pemuda itu. Riko yang paham kalau Aisya masih trauma mengajak keponakan perempuannya untuk ikut serta. Ternyata rumah Riko cukup jauh dari pusat kota. Berada di sebuah pegunungan yang berhawa sejuk. Kebanyakan kaum perempuannya bekerja menjadi TKW sehingga banyak sekali rumah yang hanya ditinggali kaum lelaki beserta anak-anak. Ada juga rumah yang diisi oleh wanita yang sudah tua yang menjaga cucu-cucu mereka yang ditinggal merantau. Hidup di rumah Riko bersama ibunya, Aisya cukup tahu diri. Setiap hari bekerja dan dia hanya diam. Makan pun jarang karena sadar ia hanya menumpang saja. Seminggu sekali Aisya ziarah ke makam Mbok Sri. Di dekat nisan wanita tua itu Aisya selalu menangis. “Mbok, kenapa aku hidup?” Selalu pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya. Ibu Riko tidak merasa keberatan dengan keberadaan Aisya di rumahnya. Ia yang kesepian karena anak pertamanya pergi menjadi TKW, sementara cucunya memilih men
Read more
Part 79
Part 79Aisya duduk termenung di atas tempat tidur, memandang ke luar jendela yang merupakan sebuah kebun cengkeh dengan pepohonan yang rindang. Sudah dua hari ia tidak mau keluar kamar. Rambutnya terurai berantakan dengan baju yang sama. Namun, sebelum mengurung diri di kamar pribadi yang ia pilih sendiri itu, Asiya sudah meminta izin pada ibunda Riko. “Ibu, saya minta izin untuk tidak bekerja membantu Ibu. Ibu tidak usah risau dengan keadaanku. Aku hanya ingin menyendiri. Terima kasih sudah menerimaku di rumah ini. Aku tidak mau merepotkan Ibu, jadi, Ibu jangan pernah mengkhawatirkan keadaanku,” katanya sebelum masuk kamar dan menguncinya. Ia hanya keluar sesekali untuk buang air saat rumah dalam keadaan sepi.Rumah Riko berukuran cukup besar dengan empat kamar tidur. Awal Aisya ke rumah itu, ia telah diberikan kamar di depan, bekas kamar kakak Riko yang kini sudah menikah dan menjadi TKW. Namun, Asiya yang cukup tahu diri menolak tegas. Ia memilih kamar yang letaknya paling ujung d
Read more
Part 80
Part 80Aisya mengusap air mata yang sejak sebelum Mirna datang sudah menggenang di pelupuk mata. “Aku pasti akan pergi, Mbak. Maafkan kalau sudah menjadi benalu di rumah ini. Aku akan pergi jika umurku sudah tujuh belas tahun. Aku akan pergi jadi TKW seperti Mbak Mirna. Aku akan mengembalikan semua uang yang sudah Mas Riko keluarkan untuk aku,” jawabnya dengan suara bergetar.“Baguslah kalau kamu punya pemikiran seperti itu. kalau memang kamu ada niat seperti itu, aku izinkan kamu tinggal di rumah ini sampai usia kamu genap tujuh belas tahun. Aku sudah mendengar banyak tentang kamu dan aku tidak ingin tetangga berpikiran macam-macam. Apalagi kalau sampai kamu suka sama Riko. Dia adikku satu-satunya dan aku berharap dia menikah dengan wanita normal. Gadis yang masih perawan dan berasal dari keluarga serta masa lalu yang jelas,” kata Mirna.“Jangan khawatir, Mbak. Aku cukup tahu diri,” jawab Aisya.“Baguslah! Jarang ada orang seperti ibuku yang memberi makan gratis sama orang yang tidak
Read more
Part 81
Part 81"Kamu makan lahap sekali, Aisy," kata Riko."Enak. Aku tidak pernah makan makanan seenak ini," jawab Aisya sambil menghabiskan kuah di sendok terakhir."Kenapa tidak pernah minta sama aku?" tanya Riko dengan tatapan kecewa."Siapa aku, Mas? Aku ini hanyalah wanita kotor yang menumpang di rumah Mas Riko. Tapi hari ini, aku mau meminta bayaran karena sudah membuat ladang Mas Riko yang gersang menjadi hijau. Tentang hutangku, aku tetap akan memikirkan."Riko meminta lagi satu mangkok bakso tanpa mie dan memberikan pada Aisya. "Makanlah! Kamu sangat kurus. Aku dikira memanfaatkan tenaga gratis kamu. Anggap ini bayaran untuk kamu."Aisya tersenyum dan kembali melahap bakso di hadapan tanpa rasa malu. Dari kemarin ia memang tidak makan karena saat akan membakar singkong, Mirna datang dan mengatakan segala hal tentang budi baik keluarganya. Membuat Aisya urung menyalakan api."Kamu sudah terlalu lama di rumahku. Kapan pergi? Apa usia kamu belum genap tujuh belas tahun?" tanya Mirna s
Read more
Part 82
Part 82Takdir mempertemukannya dengan orang yang sangat baik. Tiga bulan kemudian atau tepatnya enam bulan setelah pergi, ia bisa mengirimkan uang sejumlah dia kali lipat dari yang Riko keluarkan saat menolongnya dulu. Namun, Aisya alias Dania juga tidak mau diperbodoh oleh Mirna. Ia mengirimkan sepucuk surat untuk Riko agar tidak dianggap tak tahu diri.Mas, apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja ya? Aku sudah menemukan majikan yang sangat baik sekarang. Ibu apa kabar? Semoga baik juga ya? Aku sudah kirim uang dua kali lipat, Mas. Aku kirim ke nomer rekening Mbak Mirna karena dia meminta itu saat aku akan pergi dari rumahmu. Nanti diminta ya, Mas? Ini aku kirimkan bukti transfer. Kalau tidak bisa mengartikan, boleh tanya sama siapapun yang bisa bahasa ini. Aku yakin di desamu banyak yang tahu. Atau barangkali Mbak Mirna tahu bahasa ini. Ingat ya, Mas. Diminta. Dan sampaikan sama Mbak Mirna, tolong anggap lunas budi baik yang pernah Mas dan Ibu berikan sama aku. Aku tidak mau terus hi
Read more
Part 82
vPart 82Han seperti orang gila yang hilang akal saat kehilangan Aira di pondok pesantren. Ia rela meninggalkan pekerjaannya demi mencari Aira. Rela menempuh jarak yang jauh agar bisa bertemu dengan gadis kecil pujaan hatinya itu. Ia berkunjung ke rumah Aira dengan membawa banyak sekali makanan. Merasa sangat senang karena di rumah Aira nanti tidak ada Aini yang usil.Senyum merekah saat melihat rumah yang dituju telah berada di depan mata. Dengan langkah mantap bak seorang pangeran yang akan melamar seorang putri raja, Han berjalan menuju pintu yang saat itu terbuka. Mengucap salam berkali-kali sampai Nusri keluar dan tersenyum ramah padanya.“Waalaikumsalam, cari siapa ya, Pak?” tanya Nusri sopan.Han terlihat kesal karena dipanggil Pak oleh Nusri. Namun, demi agar bisa bertemu dengan Aira, ia mencoba menyembunyikan rasa kesal itu. “Maaf, Bu, saya orang tua temannya Aira di pondok. Saya ingin mengunjungi Aira,” jawab Han dibuat sopan.“Walah, silakan masuk, Pak, mari, mari, silakan
Read more
Part 83
Part 83Keesokan harinya, Han belum mau pulang. Ia malah mengajak Nusri ke pasar untuk memilih perabot rumah yang diinginkan. Nusri yang ditanya mau ke toko mana, langsung menunjukkan toko mebel terbesar yang ada di pasar. Han membiarkan sosok yang dianggapnya nenek itu memilih dan membeli barang yang diinginkan. Nusri kalap, memilih banyak sekali perabotan mulai dari kursi, lemari tiga buah kasur dan juga lemari dapur. Han memang sudah memerintahnya untuk membeli kasur yang bagus untuk setiap kamar di rumah itu sehingga ia membeli sejumlah kamar yang ada di rumahnya. Saat sudah puas, ia menemui Han yang berdiri di depan toko. Ia mengamati ponsel yang banyak sekali pesan.Ines: Kamu dimana? Aku takut sekali.Ines: Cepat pulang! Aku sangat takut. Aku bertemu dengan orang aneh sekali. Aku membencinya. Dia mirip sekali dengan babu sialan itu.Sely: Om, aku kangen. Aku pengin tidur bareng. Aku sudah beli lingerie yang sangat cantik. Kamu pasti senang.Sely: Om, aku takut sendirian. Datan
Read more
Part 84
Part 84Kamar Ines sudah dalam keadaan berantakan karena seharian ini ia terus mengamuk dan melempar semua barang. Bahkan ada beberapa yang berbahan kaca yang pecah berkeping-keping. Kevin bingung karena Ines mengunci pintu dari kamar.Cika yang mendengar kakaknya berteriak, keluar dari kamar dan iku berdiri termenung di depan pintu. Ia dan Kevin tidak pernah bertegur sapa sehingga mereka canggung menghadapi situasi itu. “Telepon Ayah,” celetuknya memberi saran.Kevin bergeming menatap adik satu ayahnya itu dengan perasaan bimbang. Rasa gengsi mendominasi untuk tidak melakukan apa yang Cika sarankan.“Itu kalau kamu pengin Mama berhenti. Gak ada yang bisa menenangkan Mama selain Ayah,” kata Cika lagi.Kevin mengacak rambutnya bingung. “Coba kamu yang telepon!” Untuk pertama kalinya ia berbicara normal pada Cika.Cika tertawa lirih. “Aku telpon? Aku siapa? Aku bukan siapa-siapa di rumah ini. Apa kamu yakin kalau aku yang telpon, Ayah akan mengangkatnya? Coba kamu saja yang telpon. Aku
Read more
Part 86
Part 86 Cika memberikan sebuah plastik berisi rambutnya. “Tinggal rambut Ayah,” katanya. “Tapi aku tahu, kamu pasti bisa minta rambut Ayah. Aku yakin kamu punya hubungan yang spesial dengan Ayah. Tapi, biarkan saja, itu urusan kamu. Yang penting aku harap, kamu akan menjaga rahasia diantara kita,” ucapnya lagi sambil menyeruput es jeruk yang ada di hadapan. “Kamu sangat mengenal ayahmu dibandingkan ibumu ya?” tanya Dania. “Karena kemana-mana aku sama Ayah.” “Apakah dia sayang sama kamu sejak kecil?”“Biasa saja. Lebih sayang sama Kevin.” “Kalau hasil tes DNA menyatakan kamu bukan anak mereka atau bukan anak salah satu dari mereka, kamu mau apa?” tanya Dania penasaran. “Aku mau pergi jauh dari mereka.” “Kamu tidak ingin mencari orang tua kandung?” Dania terus mengorek informasi. “Kemana akan mencari? Aku tahu apa? Aku bisa apa?” Kata Cika putus asa. “Jika kamu bukan anak mereka dan tiba-tiba kamu bertemu dengan orang tua asli kamu, kamu mau apa?” “Tergantung. Aku harus tahu du
Read more
Part 87
Part 87 Selepas mengajak Aira jajan, Maharani kembali ke posisi Iyan berada bersama dengan Nindi. Namun, wajah anak perempuan kesayangannya itu tidak ceria seperti saat bersama Iyan dulu. Maharani memperhatikan ekspresi Iyan yang sepertinya datar-datar saja. “Kita makan bersama ya?” ajaknya pada Iyan. “Aira mau makan? Kalau Aira mau makan kita makan, tetapi kalau Aira tidak mau makan, ya aku mau langsung pulang ke rumah saja,” jawab Iyan sambil melihat anaknya yang membawa banyak sekali jajan. “Aira mau makan?” tanya Maharani. “Iya, aku lapar,” jawab Aira sambil memegang perutnya dan tertawa. Iyan tersenyum lebar pada Aira dan mengusap pucuk kepalanya berkali-kali. Maharani melirik Nindi yang melihat kehangatan ayah dan anak itu. “Papa, aku juga mau makan,” teriak Nindi girang. Iyan melihat Maharani dan wajah wanita itu kelihatan tengah mengamati gerak geriknya. Sadar sikapnya sedang diamati, Iyan menatap Nindi sambil tersenyum. “Ayo, makan bersama,” ucapnya sambil mengelus kepa
Read more
PREV
1
...
5455565758
...
61
DMCA.com Protection Status