Semua Bab WARUNG TENGAH MALAM: Bab 151 - Bab 160
271 Bab
151-NENEK KAYU BAKAR
Rumah dan warung di sore ini tampak sepi, setelah aku berbicara perihal gelang ini kepada Ibu. Ibu tampaknya tidak mengetahui secara detail tentang gelang yang aku pakai, dia hanya tahu sekilas bahwa gelang itu diberikan oleh orang tuanya kepada Bapak. Untuk senantiasa membantu urusan tentang perjanjian warung semasa dia hidup.Namun tampaknya hal itu tidak pernah berhasil diwujudkan oleh Bapak hingga dia meninggal, beberapa kali Bapak mencoba gelang tersebut. Namun ketika dipaksakan, muncul sebuah rasa sakit yang teramat dalam yang terasa oleh tubuh Bapak.Sepertinya badan Bapak menolak gelang itu mentah-mentah, dan hingga akhir hayatnya. Bapak belum bisa memakai gelang yang sedang aku pakai ini, hingga dia menitipkannya padaku saat berada di alam bawah sadarnya.
Baca selengkapnya
152-PIPIS
Seorang nenek-nenek tua yang sedang membawa kayu bakar secara tiba-tiba hadir, dan menghilang. Ketika dia memberi peringatan kepadaku tentang apa yang terjadi di Gunung Sepuh, untuk dua hari kedepan. Aku tidak tahu, kejadian apa itu. Namun yang pasti, sepertinya ada sesuatu hal yang akan mengguncangkan kampung lagi, aku harus waspada. Apalagi menyangkut Gunung Sepuh, aku takut hal ini akan berimbas kepada warga kampung. Malam semakin larut, bintang-bintang mulai bermunculan satu persatu. Menghiasi malam di Kampung Sepuh dengan sinarnya yang redup. Aku yang masih duduk di depan warung, mulai masuk ke dalam. Mengambil sarung dan jaket, untuk sekedar menghangatkan badanku pada malam itu. Semoga malam ini, tidak ada kejadian yang mengakibatkan aku keluar dari warung lagi.
Baca selengkapnya
153-SESUATU DI TENDA
Sebenarnya, Gunung Sepuh adalah gunung yang tidak ramah didaki hingga ke puncak. Karena, tidak ada pos-pos seperti gunung-gunung yang lain, juga tidak ada trek khusus untuk pendaki.Sehingga sampai saat ini, sangat jarang sekali manusia yang mendaki Gunung Sepuh. Apalagi dengan rumor-rumor yang diketahui oleh beberapa masyarakat tertentu akan keangkeran Gunung Sepuh. Sehingga, bagi para pendaki yang sudah mengetahui rumor itu, lebih baik mengurungkan niatnya dan mencari gunung lain untuk mereka daki.Namun Vito berbeda, karena suatu konten cerita lah yang membuat dia terkenal hingga saat ini. Sehingga dia mencari tempat-tempat yang lebih menantang, pendakiannya pun biasanya didokumentasikan sendiri dengan kamera yang dia bawa untuk k
Baca selengkapnya
154-RUMAH DI ATAS TEBING
Dug, dug, dug,“Vit, Bud. Bangun lu pada!, tolongin gue, ” Kata Icha yang panik sambil mencoba membuka tenda yang diisi Vito dan Budi.Vito dan Budi yang pada saat itu baru saja terlelap mendadak bangun, karena suara panik Icha yang berteriak di depan tenda mereka.“Apa lagi sih Cha? Lu bikin heboh deh tengah malem gini,” Kata Budi yang mendadak bangun kembali dari tidurnya.“A, a, ada kunti merah Bud, Vit di tenda gue,” Kata Icha panik.Budi dan Vito serentak bangun dari tidurnya. Kali ini, mereka berdua membawa senter dan berjalan ke tenda Icha yang tepat berada di sebelahnya.“Ah elu, lu mau bikin sensasi biar ada bumbu-bumbu cerita ser
Baca selengkapnya
155-BA'A
Keluarga Ba’a, nama keluarga yang sudah terkenal di daerah selatan, sehingga orang-orang di pesisir selatan pasti mengenal keluarga itu. Meskipun, hanya rumornya saja yang mereka ketahui. Keluarga yang dipimpin oleh Ba’a, yang tidak lain adalah Paman dari Ibu, awalnya hanya seorang pengembara yang memutuskan untuk mengembara seorang diri ke daerah selatan hingga saat ini. Ba’a berbeda dengan kakek, yang tidak terlalu memikirkan tentang keilmuan yang mereka terima dari leluhurnya. Kakek dan Nenek dari Ibu, hanya memakai keilmuan tersebut seperlunya saja. Bahkan mereka seringkali berbohong kepada orang-orang yang baru dikenalnya, bahwa mereka adalah orang biasa yang tidak mengetahui tentang keilmuan apapun. Alhasil, Ibu yang merupakan ket
Baca selengkapnya
156-SEMAK-SEMAK
Kok kok kok..... Suara-suara ayam hutan saling bersahutan, suara yang menandakan bahwa malam hari sudah selesai dan beberapa saat lagi bulan yang menyinari malam akan tergantikan oleh cahaya matahari dengan sinarnya yang hangat. Bintang-bintang masih terlihat dengan jelasnya, belum saatnya bagi mereka untuk menghilang terkena silaunya matahari pagi, mereka masih berusaha mempertahankan kilauannya ditemani oleh cahaya kemerahan yang pelan-pelan muncul di ufuk timur Gunung Sepuh. Api unggun yang semalam dibuat, kini hanya menyisakan kayu-kayu yang sudah terbakar habis dengan sisa api berwarna merah yang masih menempel di kayu-kayu itu. Sedangkan sisanya sudah menjadi abu dan jatuh ke tanah. Menyatu dengan tanah dan rumput yang terbakar.
Baca selengkapnya
157-MENYUSUL VITO
“Cha, Cha, bangun Cha hey! ” “Lu kebluk amat sih Cha! ” “Dah hampir sore nih hey! ” Kata Budi yang mencoba membangunkan Icha di dalam tendanya. Sambil menunggu Icha tertidur, dia membereskan segala sesuatu yang kemarin dipakai untuk berkemah, agar semuanya siap setelah Icha bangun. Sampah-sampah dia masukan ke dalam keresek khusus, dan mengikatnya ke tas carrier yang dia bawa, untuk nanti dia buang ketika turun dari Gunung Sepuh ini. Juga sisa-sisa api unggun dia matikan sepenuhnya. Agar sisa-sisa apinya tidak menjalar ke pepohonan di sekitarnya. Semuanya sudah siap, tinggal tenda tempat Icha tertidur pulas yang belum sempat dia bereskan. “Cha, Cha bangun hey. Vito dah nungg
Baca selengkapnya
158-RASA PANIK
Icha dan Budi hanya terdiam di depan jurang yang menganga di depan mereka, dengan kabut tebal berwarna putih yang menghalangi pandangan mereka. Hanya terlihat beberapa pohon yang ada di dekat mereka. Selebihnya mereka tidak tahu, ada apa  di balik pohon-pohon itu, karena kabut tebal yang turun itu menghalangi pandangan mereka.Jantung Icha berdegup kencang, baru kali ini dia hampir celaka. Apabila Budi tidak reflek untuk memegang tas carrier Icha, mungkin dia akan jatuh ke dalam jurang yang dalam itu.“Makasih ya Bud, dah nyelametin gue, ” Kata Icha dengan nafas yang terengah-engah.“Gue kagak tahu kalau ada jurang disini. ”Icha tiba-tiba duduk di dekat jurang itu,
Baca selengkapnya
159-SESEORANG BERJALAN
Malam semakin larut, aku melihat jam dinding di dalam warung. Yang menunjukan pukul 22.00 malam. Namun, kabut tebal tampaknya masih menemaniku yang duduk di dalam warung hingga saat ini.Malam yang sungguh sangat sepi, hanya terdengar suara radio di HP dengan lagu-lagu dangdut yang menemaniku, meskipun aku sebenarnya tidak suka dengan lagu yang sedang diputar. Tapi karena hanya satu channel itu yang masih menyiarkan siarannya hingga saat ini, sehingga, mau tidak mau aku dengarkan untuk mengusir sepi.Semakin malam, rasa dingin semakin menusuk tulang, aku yang pada saat itu mengisi waktu luang dengan mengisi TTS bekas ibuku, kini lebih banyak berdiam diri dan berpikir banyak hal. Bahkan beberapa kali aku melihat gelang yang sedang aku pakai ini.Bahkan sesekali, aku membuka lagi laci tempat menyimpan uang di dalam wa
Baca selengkapnya
160-KEYAKINAN
“Kadieu maneh! Geus cukup ngaganggu si Ujang, (Kesini kamu! Sudah cukup mengganggu si Ujang,)” Kata seseorang yang berkata sambil mengangkat tangannya. Tampak satu bayangan hitam muncul secara perlahan, di antara bayangan-bayangan lain yang berjalan mengikuti orang itu. Sebuah bayangan yang besar melebihi bayangan-bayangan yang lainnya, dan bentuknya sama persis seperti makhluk besar yang melihatku dari luar warung. Namun, semakin dia berjalan mendekati warung. Bayangan-bayangan hitam yang tadi mengikutinya, secara perlahan-lahan menghilang dengan sendirinya. Sehingga terlihat kembali, lampu-lampu rumah yang menyala terang ke arah jalan dari arah Kampung Sepuh. Dan me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
28
DMCA.com Protection Status