All Chapters of Ei-Bree My Betelgeuse: Chapter 31 - Chapter 40
74 Chapters
31 - Dia Membuatku Jengkel
Ruangan di rumahku cenderung tidak berbau karena aku dan Edy tidak membeli pengharum ruangan, tidak memelihara hewan, tidak memiliki lilin aromaterapi berwarna pink, tidak merawat mesin espresso dan grinder biji kopi, dan juga tidak pernah memasak puding berbau buah-buahan. Paling-paling kamarku membangkitkan nostalgia yang kuat tentang hawa pegunungan karena bau jamur dari tumpukan pakaian yang belum sempat kubawa ke penatu."Bolehkah aku membawa baju kotor sekalian? Aku bakal menaruhnya di penatu.""Jeep Max sanggup mengangkut kulkas, jadi, ya, pasti bisa mengangkut baju kotor juga."Aku berjongkok pelan-pelan, berusaha untuk tidak memicu rasa ngilu di perutku. Untung bukan Victor yang meninjuku. Dia hanya menahan serangan orang dan memanfaatkannya untul membalikkan keadaan, seperti yang dia lakukan padaku di vila Sylvia setelah kejadian Lia. Tapi sejauh ini aku tidak pernah mendengar cerit
Read more
32 - Kalau Mereka Bukan Aku
Pintu kembali terbuka dan Bree tiba-tiba merebut rokokku, mematikannya di batu andesit, mengangkat tubuhku ke kamarnya, menutup pintunya, lalu berteriak, "MAAFKAN AKU, THOMAS!" Aku menoleh ke luar, pada Victor dan Jake yang memelotot dengan takjub ke arah kami. "Turunkan aku. Bisakah mereka mendengarmu?" "Aku berteriak. Jadi, ya, mereka mungkin mendengarku. Dan, mereka juga bisa melihatmu." "Turunkan aku!" tuntutku. "Maafkan aku dulu. Dan aku akan menurunkanmu." Aku mendorong bahunya dan menendang-nendang untuk mencapai tanah, tapi Bree bergerak seperti sedang menari untuk menyeimbangkan tubuhnya. Pelukannya semakin erat. Akhirnya aku tertawa. "Bree, Ya Tuhan, turunkan aku! Terakhir kali aku merengek, Apollo 11 baru saja mendarat di bulan." "Berdasarkan keahlianku dalam membaca penanggalan, misi itu baru terjadi empat puluh delapan tahun yan
Read more
33 - Dia Mempelajari Bahasa Belanda
Konter kafetaria di kampusku tutup pukul tiga sore setelah menghabiskan stock paket makan siang mereka. Tapi banyak mahasiswa yang menggunakan meja-meja panjang kafetaria untuk mengerjakan tugas atau sekadar nongkrong massal. Apalagi teman-teman sejurusanku yang berjumlah tujuh puluh tujuh orang dalam satu angkatan. Kami membutuhkan tempat yang luas untuk bercengkerama dan kafetaria adalah salah satu pilihan terbaik selain halaman berumput di tengah-tengah gedung Fakultas Teknik.Bree menungguku di tangga aula kafetaria, merasa sungkan menginterupsi segerombolan anak Arsitektur yang kelihatan butuh tidur tapi tertawa-tawa begitu lantang. Segagah apa pun dirinya, Bree tetaplah seorang perempuan yang pasti merasa malu menjadi pusat perhatian para laki-laki asing.Dia menghela napas dan mengumpulkannya di dalam dada selama mungkin sebelum mengembuskannya. "Hanya ada sebelas perempuan di antara delapan puluh mahasiswa Aeronotika da
Read more
34 - Mary Sue
Aku mempercepat gerakan tanganku menghabiskan nasi campur, mendapat firasat buruk tentang reputasiku sebagai murid berprestasi yang sering dibicarakan di kantor dosen. Tapi, kemudian aku berpikir, Hyunji cantik. Dan dosen-dosen akan berpikir bahwa aku pantas mendapatkannya karena dia supercantik dan aku superpintar. Aku tidak perlu malu, kecuali Hyunji membuatku malu.Aku dan Mike pergi ke kantor dosen bersama karena Mike masih harus membicarakan tentang esai arsitektur dengan pembimbing akademiknya. Di sanalah dia duduk, di sofa abu-abu gerimis, menutupi celah di bawah roknya dengan dua telapak tangan. Hyunji muncul dalam balutan blus putih berlengan panjang dan rok hitam gingham ketat sepanjang betis. Pakaian tertutup yang tetap membuatnya terlihat seksi dan memukau. Rambut pirangnya disanggul di atas kepala sementara helai rambut yang lebih pendek mencuat di sana sini dengan cara yang malah membuatnya tampak semakin elegan. Hyunji me
Read more
35 - Budidaya Minions
Aku ditinggalkannya dalam keadaan cengo. Kausalitas berdasarkan verba yang tergantung pada subjek-subjek tertentu. Menunda tugas gambarku, selama beberapa menit selanjutnya sampai Bree tiba di kamarnya, aku memikirkan arti kalimat Junko. Aku menanyakannya pada Bree."Mari merunut satu persatu," katanya, meletakkan cangkir moccachino hangat yang baru di meja. "Oh, ya, aku mencoba tiga banding satu robusta banding arabika. Untuk menyeimbangkan rasanya agar menjadi moccachino seperti yang kau suka biasanya, aku mengganti dark chocolate dengan milk chocolate. Silakan dicicipi."Cokelatnya terlalu dominan sehingga rasanya lebih manis dari yang biasanya. Lidahku menyukai kelembutan teksturnya. Bahkan foam-nya pun seolah menyatu dengan likuid itu sendiri. Tapi aku tidak begitu menyukai makanan dan minuman yang terlalu manis."Terlalu manis? Hm, nanti kuco
Read more
36 - Mengangkut Barang-Barang
Iring-iringan mobil sampai di rumah sewaan Hyunji pada pukul sepuluh malam. Bree bilang Max akan langsung menunggu di rumah baru Hyunji untuk ikut menurunkan barang-barang. Furniturnya tidak terlalu banyak, tapi hampir seluruhnya berukuran sangat besar. Termasuk kardus barang-barang kecil, kami mungkin hanya perlu dua putaran pengangkutan.Victor dibuat penasaran dengan hubunganku dan Hyunji. Baru kali ini dia melihat seorang wanita yang kecantikannya sangat tidak manusiawi."Hey, Timmy." Victor berbisik di luar pintu rumah. "Menurutmu kenapa kita bertiga sama sekali tidak bergairah saat melihat wanita semagis aurora sepertinya?"Karena ada wanita lainnya yang telah membuat kita otomatis menyimpan gairah itu di suatu tempat di dalam tubuh kita, yang hanya akan muncul oleh impuls dari wanita yang tepat. Sylvia untuk Victor, Junko untuk Jake, dan Bree untukku. Aku hanya menepuk bahu Victor dua kali sebagai jawaban, menyu
Read more
37 - CONGRATS GE!
Aku masih tidak mengerti bagaimana sistem penilaian Hyunji walau sebagian besar waktu mengangkut barang-barang kuhabiskan untuk memikirkannya. Begitu semua barang masuk ke rumah, kami membongkar beberapa kardus. "Kau mau kita menata seluruhnya sekarang?" tawar Max.Hyunji bertanya sudah pukul berapa ini. Jake dan Bree yang senantiasa mengenakan arloji menjawab bahwa sekarang sudah pukul dua malam. "Aku bisa menatanya besok. Kalian harus kuliah dan kerja nanti pagi, kan? Kalau begitu untuk saat ini aku ingin mengucapkan terima kasih banyak. Aku bisa membayar orang untuk menata seluruhnya.""Tidak perlu sungkan meminta bantuan kami." Ketangguhan suara Bree membuat para pendengarnya mengangguk setuju.Hyunji mengulas senyum lebar dan membalas anggukan Bree dengan gerakan yang jauh lebih anggun. Seperti seekor rusa yang melenggang dengan tenang di bawah sinar bulan purnama. Seperti sehelai bulu merak yang melayang dengan ringan di udara. Aku terheran-heran bagaimana
Read more
38 - Kisah Orion dan Artemis
"Tenang saja. Kejutannya sudah memuaskan. Hanya saja ada kesalahpahaman…" Aku tidak mendengar lanjutan kata-kata Max karena aku bergegas menghampiri Jeep dan membuka pintu penumpang depan untuk menemui Bree."Kau boleh terpelatuk. Tapi tanpa melupakan fakta kalau dua menit lalu kami berusaha memberikan kejutan padamu. Formasinya memang berantakan, tapi kami bersumpah sudah mengulanginya dua puluh kali sebelum pergi ke sini." Pintu terbanting menutup. Aku bahkan tidak merasa perlu untuk mengidentifikasi raut muka Bree. Rombonganku memandangiku dengan takjub, setengah menunggu-nunggu informasi dariku. Perasaanku kacau, tapi mereka mengharapkan kabar baik, jadi aku memaksakan diri untuk mengabulkan keinginan mereka. Aku mengangkat bahu dengan cuek dan menyeringai. "Kejutan kedua?""Kau yakin kita bisa melanjutkannya?" tanya Rain takut-takut."Bisa. Dia harus luluh dengan keteguhan rencana kita.""Ide… Bagus." Junko mengangguk. "Max, perintah be
Read more
39 - Euler Masih Tak Tergantikan
Begitu terbangun, aku agak merasa de javu. Maksudku, kenapa harus de javu kalau tiap hari aku memang selalu bangun dari tidurku? Selama belum mati, aku akan terus bangun dari tidurku. Dan… Kemudian aku mengingatnya. Beberapa jam yang lalu aku telah bangun. Aku menghela tubuhku ke papan kayu sambil tersenyum. Kami bersama subuh tadi di sini. Tidak melakukan apa pun, hanya tidur, dia bercerita, dan aku mendengarkan cerita. Mungkin tidak sampai tiga jam, tapi tetap saja.Aroma kaldu jamur mengiris udara di sekitaran dapur. Sandra berpaling dari penggorengan kepadaku yang membawa handuk dan pakaian ganti menuju kamar mandi. "Pagi, Thomas! Aku akan memasak menu yang paling dibenci Bree: sup!"Aku tergelak. "Kenapa kau memasaknya kalau Bree membencinya?""Supaya dia belajar memasak untuk dirinya sendiri." Didikan yang tegas.Di lantai atas, Bree sedang mengitari ruang yang lapang di teras depan dengan bola basket memantul-mantul dari je
Read more
40 - Detail tentang May
Plang besi berpanah ke kanan dari jalan raya mengarah pada sebuah gedung berlantai dua. Fasad di lantai satu memungkinkan kami melihat ke dalam toko karena dindingnya dibangun dari kaca yang membentang sekitar empat meter. Lahan parkir di depan gedung diteduhi oleh perpanjangan asbes yang menghalangi jarak pandang kami ke lantai dua. Max berdengung, bertanya apakah aku harus melalui seantero toko bunga terlebih dahulu untuk mencapai ruang psikolog kami."Rasa-rasanya ya. Tapi aku akan mengantar Thomas ke atas," kata Bree, memandang jauh pada rak dekorasi yang memuat keranjang-keranjang berbagai jenis bunga bertangkai di tengah-tengah toko."Atas?" tanyaku."Benar.""Perlukah? Kuasumsikan Thomas sudah cukup mandiri untuk membaca setiap plang yang menunjukkan ruang psikolog kalian.""Namanya Jessica Dharma, Max. Dan tentu saja, Thomas bisa melakukan apa pun sesuka hatinya, sebagaimana aku bisa melalukan apa pun sesuka hatiku.""Tanya Thomas ap
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status