All Chapters of Pewaris Tahta Kerajaan : Chapter 51 - Chapter 60
133 Chapters
51. Berkoalisi dengan Pasukan Pemberontak Sirnabaya
Semua yang hadir dalam perbincangan itu mengangguk-angguk. Sepertinya mereka mulai mengerti dan memahami apa yang dikemukakan oleh Junada, mereka menyadari bahwa jalan itu adalah jalan yang terbaik. "Kita harus bersama-sama dengan para prajurit kelompok pemberontak itu. Mereka tentu setuju dengan apa yang kita inginkan. Karena mereka memang mempunyai persoalan yang sangat serius dengan pihak pasukan kerajaan Sirnabaya," tegas Saketi. "Benar, Pangeran. Ada dua hal yang dapat dicapai oleh prajurit pemberontak jika bergabung dengan kita. Mereka akan mempunyai pengaruh yang semakin kuat di wilayah perbatasan," ujar Junada. "Maksud, Paman?" timpal Sami Aji mengerutkan kening menatap wajah pria paruh baya itu. "Penduduk akan merasa percaya terhadap para prajurit pemberontak, karena mereka sudah didukung oleh pihak kita. Seperti yang kita ketahui bahwa para penduduk di wilayah perbatasan itu, mendambakan untuk bergabung dengan pihak kerajaan Sanggabuana," jawab Junada menuturkan. Namun d
Read more
52. Kedatangan Pasukan Kerajaan Turana
Sehari kemudian, Panglima Amerya mendapatkan laporan dari para prajurit telik sandi, bahwa pasukan kerajaan Sirnabaya sudah mulai bergerak menuju ke wilayah perbatasan. Meskipun mereka belum mengetahui persis apa yang hendak dilakukan oleh pasukan tersebut. Seiring demikian, Junada dan para prajurit senior kerajaan Sanggabuana telah membuat kesepakatan dengan pasukan prajurit pemberontak Sirnabaya untuk bersama-sama menghadapi kekuatan pasukan kerajaan Sirnabaya yang ada di wilayah perbatasan itu. "Kita bergerak malam ini untuk menghadang rombongan pasukan Sirnabaya yang sudah mulai mendekati wilayah kedaulatan kerajaan Sanggabuana!" ujar Junada berbicara di hadapan panglima tertinggi dari kelompok pasukan pemberontak Sirnabaya. Dia adalah Panglima Serta Madya, mantan punggawa kerajaan Sirnabaya. Ia bersama ratusan prajurit kerajaan tersebut telah keluar dari istana semenjak kekuasaan kerajaan Sirnabaya dipegang oleh Prabu Jala Sena. "Baik, Panglima. Aku akan segera memerintahkan
Read more
53. Rencana Penarikan Pasukan Pimpinan Panglima Lomaya
“Mohon maaf, Ki. Aku dan para prajurit telik sandi lainnya tidak dapat mendekati mereka. Kami hanya mengintai dari kejauhan saja, sehingga kami tidak dapat memastikan apa yang hendak mereka lakukan," jawab prajurit tersebut. "Namun, gerak-gerik mereka memang sangat mencurigakan," sambungnya lirih. Junada menarik napas dalam-dalam. Kemudian, ia berkata, "Ternyata kekuatan pasukan kerajaan Sirnabaya tidak dapat diremehkan. Mereka sudah benar-benar mempersiapkan segalanya." “Benar, Ki,” sahut Panglima Serta Madya. “kita harus menghadapinya dengan seluruh kekuatan. Kita tidak dapat mendahului untuk menyerang pasukan mereka sebelum kita mengetahui letak kelemahan pasukan tersebut," sambung Panglima Serta Madya. "Kenapa, Panglima?" timpal salah seorang prajurit senior meluruskan pandangannya ke wajah pemimpin prajurit pemberontak itu. "Markas mereka dikelilingi pagar batu yang sangat kuat. Sepertinya sangat berbahaya bagi pasukan koalisi jika memaksakan diri menyerang ke markas mereka,"
Read more
54. Persiapan Para Penduduk dalam Menghadapi Perang
Beberapa prajurit menjadi ragu-ragu. Namun, salah seorang dari mereka coba memberanikan diri bertanya kepada Junada, “Mohon maaf, Ki. Bagaimanakah jika sekarang Panglima Suta Wira telah mengerahkan pasukannya untuk menyerang kita?" "Maksudmu?" sahut Junada balas bertanya. "Maksudku, bagaimana jika pasukan yang dipimpin oleh Panglima Suta Wira lebih dulu menyerang kita. Apa yang harus kita lakukan untuk mengantisipasi hal tersebut?" Prajurit itu memperjelas perkataannya. Junada terdiam sejenak, kemudian menjawab pertanyaan dari prajurit tersebut, “Kalau memang demikian, kalian harus mempersiapkan diri agar kita tidak lengah ketika diserang oleh pasukan prajurit kerajaan Sirnabaya!" Junada pun kemudian memberikan beberapa arahan kepada prajurit senior itu, agar disampaikan kepada Panglima Serta Madya—pimpinan pasukan prajurit pemberontak Sirnabaya. "Jika pasukan pemberontak sudah siap untuk menghadapi pasukan kerajaan Sirnabaya bersama dengan prajurit kita, itu sepertinya memang leb
Read more
55. Berunding dalam Menghadapi Serangan Musuh
Meskipun para prajurit kerajaan Sanggabuana dan pasukan pemberontak berusaha untuk tidak menimbulkan ketegangan di wilayah tersebut, namun timbul pula beberapa pertanyaan di hati para penduduk tentang keselamatan mereka di sekitar wilayah itu. Namun, mereka pun mulai merasa tenang ketika melihat ratusan prajurit kerajaan Sanggabuana yang sudah berada di seluruh desa-desa yang ada di wilayah tersebut. "Sebagian dari kalian apakah sudah ada yang menyebar ke perbatasan desa-desa, untuk melindungi para penduduk agar pasukan kerajaan Sirnabaya tidak masuk dengan mudah ke pemukiman warga?" Panglima Amerya kepada para prajuritnya. "Sudah, Panglima. Enam ratus pasukan sudah menyebrangi sungai dan masuk ke wilayah perbatasan kerajaan Sirnabaya untuk melindungi penduduk di sana," jawab salah seorang prajurit. "Baiklah, jika memang seperti itu. Kita bersiap-siaplah untuk menghadapi perang dengan pasukan Sirnabaya!" “Mohon maaf, Panglima. Apakah perang ini akan segera dimulai?” tanya seorang
Read more
56. Junada Menjadi Pemimpin Tertinggi Prajurit Perbatasan
Persiapan jelang pertempuran pada malam itu, bukan hanya sekadar dari kubu para prajurit saja. Namun, dari kalangan penduduk pun tampaknya mulai merasa bahwa mereka harus bersiap diri dalam menghadapi pertempuran tersebut. "Walau bagaimanapun, para prajurit kerajaan Sanggabuana dan kelompok prajurit yang dianggap sebagai pemberontak yang akan melakukan pertempuran dengan pihak prajurit kerajaan Sirnabaya. Mereka harus kita bantu, karena mereka akan berjuang melawan pasukan yang selama ini selalu menindas kita," tutur seorang pria paruh baya. Dia adalah tokoh pemuka agama dan tokoh masyarakat di wilayah Hoda Buana yang menginginkan agar wilayah mereka berdiri mandiri dalam wilayah kedaulatan kerajaan baru yang kelak akan diberi nama kerajaan Hoda Buana yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam dan Hindu. "Kami sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh dalam membantu pasukan kerajaan Sanggabuana, Ki," ujar salah seorang pria yang merupakan tokoh pemuda di wilayah tersebut.
Read more
57. Abdullah Datang ke Barak Prajurit
Prajurit itu menarik napas dalam-dalam, kemudian menjawab pertanyaan dari sang pangeran, "Gusti Patih Akilang mendapatkan perintah langsung dari sang raja melalui prajurit utusan beliau yang telah datang ke istana kepatihan Kundar Buana. Gusti Prabu Erlangga menyatakan agar Gusti Pangeran dan Gusti Raden Sami Aji jangan turut campur dalam persoalan perang di perbatasan," jawab prajurit itu merangkapkan kedua telapak tangannya sambil menundukkan kepala. "Apa alasannya, Prajurit? Kenapa ayahandaku melarang aku dan Sami Aji untuk ikut bertempur?" tanya Saketi meluruskan pandangannya ke wajah prajurit tersebut. "Gusti prabu lebih menginginkan agar Gusti Pangeran dan Raden Sami Aji lebih fokus ke niat awal. Berkelana keliling wilayah kerajaan, dan mencari pedang pusaka Sulaiman," jawab prajurit itu. Mendengar perkataan dari sang prajurit, Saketi hanya tersenyum dan mengangguk. Kemudian berkata lagi, "Baiklah, aku dan Sami Aji akan mematuhi pesan ayahandaku yang telah kau sampaikan ini. T
Read more
58. Campur Tangan Pihak Kerajaan Turana
Pria paruh baya itu menganggukkan kepala dan menghela napas dalam-dalam. "Kita tidak tahu seberapa tingginya langit dan seberapa tebalnya bumi. Namun, kita pasti mampu mengukur hebatnya kekuatan musuh!" sahut Junada menanggapi pertanyaan dari Panglima Serta Madya. "Kau memang benar, Panglima," timpal Panglima Amerya tersenyum lebar menatap wajah Junada. "Janganlah kau panggil aku panglima!" hardik Junada. Dia memang enggan dipanggil sebagai panglima oleh siapa pun, meskipun dirinya sudah didaulat langsung oleh sang pangeran untuk menjadi pemimpin dalam misi tersebut. Itu merupakan sikap rendah hati yang dimilikinya. "Baiklah, maafkan aku, Ki." Panglima Amerya menjura hormat kepada Junada. Junada merasa tidak nyaman jika harus dipanggil sebagai panglima. Karena, ia beranggapan bahwa julukan tersebut sangat membatasi dirinya untuk berinteraksi dengan para prajurit biasa. Mereka akan segan dengan jabatan tersebut. Sehingga, Junada tidak mau hal itu terjadi. "Kepandaian manusia di d
Read more
59. Kekalahan Panglima Amerya
Ketika pagi mulai membayangi wilayah kademangan Hoda Buana Timur, pasukan kerajaan Sanggabuana dan pasukan pemberontak yang tengah bersiaga di daerah-daerah penting yang ada di wilayah tersebut. Tiba-tiba saja, mereka dikejutkan dengan kemunculan ratusan prajurit kerajaan Sirnabaya yang bergabung dengan pasukan kerajaan Turana. Mereka langsung menyerang dengan sangat brutal, kademangan Hoda Buana seketika menjadi genting. Penduduk di wilayah tersebut menyongsong pagi dengan menyaksikan pertempuran yang teramat sengit. Panglima Amerya dan Junada sudah berada di arena pertempuran. Sementara itu, pasukan yang dipimpin oleh Panglima Lomaya tengah bertempur melawan pasukan kerajaan Turana di wilayah Hoda Buana Timur, dan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Panglima Serta Madya sudah bertempur di wilayah Hoda Buana Utara bersama ratusan penduduk dan juga prajurit tambahan dari pasukan kerajaan Sanggabuana. "Tambahkan pasukan untuk segera bergerak ke Hoda Buana Utara!" perintah Panglima
Read more
60. Ketangguhan Panglima Suta Wira
Junada tampak geram sekali ketika melihat kekejian yang dilakukan oleh Panglima Suta Wira terhadap Panglima Amerya. Dengan serta-merta, Junada menghunus pedangnya dan langsung menyerang Panglima Suta Wira dengan ganasnya. Pertarungan antara Junada dan Panglima Suta Wira berlangsung dengan begitu sengitnya. Sementara itu, para prajurit langsung mengevakuasi Panglima Amerya yang sudah dalam kondisi parah. Luka di leher dan kepala sang panglima membuat dirinya kritis. Para prajurit itu berusaha untuk menyelamatkan nyawa panglima mereka. "Bertahanlah, Panglima! Kami akan menyelamatkanmu," kata prajurit itu. "Aku sudah tidak mungkin bisa tertolong lagi. Sebaiknya kalian tinggalkan aku, kembalilah bertarung!" ucap pria paruh baya itu dengan suara parau. "Tidak, Panglima. Kau jangan berkata seperti itu!" Dua orang prajurit langsung mengangkat tubuh sang panglima hendak dinaikkan ke atas kereta kuda untuk segera di bawa ke perkemahan. Namun, usaha mereka sia-sia. Panglima Amerya sudah t
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status