All Chapters of The Dark Life: Chapter 51 - Chapter 60
68 Chapters
Keadaan Rey
“Apa maksud ucapannya itu?” gerutu Kayla sembari membuka pintu mobil.Pak Joko hanya tertawa kecil mendengar ucapan Charles.Sepanjang perjalanan Rey terus menatap wajah cantik Kayla dengan tatapan yang sangat dalam, walau hatinya telah di penuhi butiran-butiran cinta terhadap Kayla namun egonya terus menyangkal dan menutupi perasaan itu karna dia merasa Kayla tidak akan pernah membalas rasa yang ia miliki, pemuda itu menyadari selama ini hubungan mereka selalu di warnai percekcokan dan pertengkaran kecil.***Bram berlari mendengar suara  mobil berhenti di depan rumah, tampak jelas wajah cemasnya. Pemuda berambut gondrong itu menghampiri Rey dan melontarkan begitu banyak pertanyaan dan selalu membuntuti ke mana pun langkah kaki sepupunya.“Cukup Bram jangan bertanya terus! biarkan Aku istirahat sejenak,” bentak Rey.“Ok, ok... aku akan menunggu sampai kau selesai dengan acara istirahatmu!!&rd
Read more
Benarkah Itu
Dua bulan telah berlalu, hari-hari suram masih menyelimuti hati Rey semangat kehidupannya telah musnah lagi, kini bangkitlah kembali Rey si keras kepala dan berwajah datar yang memiliki hati dingin sedingin salju di kutub utara, dia bekerja dan menghandle semua pekerjaannya dari rumah persis seperti dahulu sejak kematian kedua orang tuanya, Rey juga menghabiskan waktu sendiri dan sibuk mengenang tingkah konyol gadis pujaan hatinya sesekali dia menangis mengingat kejadian buruk yang menimpa Kayla, semenjak kematian Kayla gerak-gerik dan tingkah laku Rey selalu di awasi tanpa sepengetahuannya.Tok...! Tok...! Tok...! “Maaf, Tuan Muda! saya mengganggu. Di bawah ada Tuan Erlan bersama Nona Tasya!” tutur Nuri dari balik pintu kamar Rey.“Suruh mereka menunggu di ruang keluarga!” sahut Rey lirih.“Baik Tuan Muda!” Nuri menuruni anak tangga dan menyuruh Erlan dan Tasya menunggu di ruang keluarga yang te
Read more
Siapa Dia
Pagi yang cerah suara kicauan burung memberi nuansa yang sangat nyaman, Bram datang dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya yang tampan.“Apa Rey sudah bangun, Joris?” tanya Bram kepada salah satu bodyguard Rey.“Tuan Muda telah bangun sejak jam 03.00 dini hari, Tuan!” berbisik pelan tentang yang di alami Rey semalam.“Semakin parah saja kondisimu, Rey! mau sampai kapan dia bersikap seperti itu? aku harus mengambil tindakkan sebelum dia benar-benar gila.” Batin Bram. “Terus awasi dia! jangan sampai melupakan tugas yang aku berikan. Sekecil apapun itu kau harus memberitahuku!!” beranjak melangkah ke taman belakang. “Ayo, kita berangkat sekarang!” ajak Bram.Rey mengangguk sembari meletakkan gunting dan tang yang ada di genggamannya.“Cepat ganti baju,” perintah Bram.Melirik tajam Bram sambil b
Read more
Keanehan
Pagi yang cerah suara kicauan burung memberi nuansa yang sangat nyaman, Bram datang dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya yang tampan.“Apa Rey sudah bangun, Joris?” tanya Bram kepada salah satu bodyguard Rey.“Tuan Muda telah bangun sejak jam 03.00 dini hari, Tuan!” berbisik pelan tentang yang di alami Rey semalam.“Semakin parah saja kondisimu, Rey! mau sampai kapan dia bersikap seperti itu? aku harus mengambil tindakkan sebelum dia benar-benar gila.” Batin Bram. “Terus awasi dia! jangan sampai melupakan tugas yang aku berikan. Sekecil apapun itu kau harus memberitahuku!!” beranjak melangkah ke taman belakang. “Ayo, kita berangkat sekarang!” ajak Bram.Rey mengangguk sembari meletakkan gunting dan tang yang ada di genggamannya.“Cepat ganti baju,” perintah Bram.Melirik tajam Bram sambil b
Read more
Kebenaran Tersembunyi
Keesokan harinya Rey bangun pagi-pagi sekali, karna kamar Rey dan Bram bersebelahan Rey mencoba membangunkan Bram yang masih tertidur pulas. Tetapi Bram tak bergeming dia masih tertidur, tak berhasil membangunkan Bram, Rey berjalan. Belum begitu jauh Rey melangkah terdengar dengkuran kecil yang berasal dari arah Bram.“Dasar kebo. Kalau tidur lupa akan dunianya,” Rey keluar kamar berlari keluar villa, tiba-tiba Tasya muncul.“Bang, tunggu-in Tasya sebentar...!” pekik Tasya seraya mengikat tali sepatu yang ia kenakan.Kini mereka berolahraga bersama dengan berbincang sebentar, terlihat wajah Rey sedikit fresh membuat Tasya heran.“Ada yang beda dari Bang Rey hari ini,” curi-curi pandang.“Kenapa Sya, kok menatap aku terus?!” Tanya Rey dengan terus berlari pelan. “Wajah Abang hari ini lebih fresh dan kelihatan sangat beda.” Tasya memperhatik
Read more
Terungkap
Perlahan kertas itu turun ke bawah memperlihatkan setengah dari wajah seseorang di baliknya, belum sempat melihat wajah orang itu terdengar ketukan pintu kamar Bram.Tok...! Tok...! Tok...!“Hmm... s-siapa yang mengganggu waktu tidurku?” Bram memperlambat suaranya seakan-akan terbangun dari tidurnya yang lelap.“Maaf Tuan! saya hanya ingin menawarkan minuman.” Suara dari balik pintu.“Ini sudah lewat tengah malam, aku tak ingin minum atau makan apa pun. Sana pergi aku mau tidur!!” Bentak Bram dengan suara berat.“Maafkan saya, Tuan!” terdengar suara derap kaki yang melangkah menjauh dari kamarnya.Mereka bernafas lega bisa mengatasi pelayan tua itu, Rey kembali menghubungi orang yang tadi.  Erlan, Tasya dan Bram tahu tentang orang itu secara langsung walau hanya lewat video call saja, karna tak memungkinkan untuk mempertemukan secara langsung itu akan membuat
Read more
Jalan Buntu
Setelah berjalan ratusan kilometer kini mobil itu berhenti di depan gedung yang terletak di pinggir desa, Bram dan Rey di seret paksa masuk ke dalam gedung itu dan Erlan berjalan dengan sedikit pincang karna luka tembak yang di layangkan Kiki semalam.Kiki tersenyum lebar dan bergegas pria kemayu itu berlari kecil menuju ke suatu ruangan di lantai dua, tanpa basa-basi lagi Kiki melaporkan semua kejadian semalam dengan wajah yang semringah. “Kami telah berhasil meringkus mereka, Bos!” ucap Kiki dengan bangga. Mendengar kabar dari Kiki wanita parubaya yang duduk menghadap jendela menyunggingkan senyuman sinis, dengan semangat yang menggebu-gebu wanita itu menghampiri Kiki dan berbisik.“Tak salah aku memilihmu menjadi kaki tanganku!”“Kurung mereka di ruang bawah tanah, dan jaga dengan ketat ruangan itu jangan sampai ada cela untuk mereka lolos dari sini!!” imbuh wanita itu dengan suara datar dan ekspresi wajahn
Read more
Sembilu
“Kenapa Ayah membantu Fery?” pekik Fery.“Biarkan Ayah membantu...,” cakapnya cepat.Fery berusaha mendekati Erlan yang cukup jauh darinya namun usahanya tak semuda yang ia pikirkan karna begitu banyak orang yang harus ia singkirkan, Erlan sedikit lengah membuat kepalan tangan milik lawannya mendarat di dada membuat Erlan jatuh tersungkur di lantai, melihat Erlan tergeletak tak berdaya membuatnya Fery marah dan bergerak cepat melibas semua orang yang menyerangnya, Rey memberhentikan langkah kakinya karna di mendengar teriakan Fery yang memanggil nama ayah angkatnya, secepat kilat Rey berlari kembali ke tempat mereka berpisah tadi.“Hai... Mau ke mana?” Pekik Bram.“Om Erlan dalam bahaya,” sahut Rey yang masih terus berlari.Bram dan Hendra juga ikut berlari ke arah ruangan yang ia di sekap tadi, melihat Erlan tergeletak di tanah membuat Rey geram, sekuat tenaga dia menendang orang yang henda
Read more
Duka
“Aku hanya menyelamatkan kalian sem...” belum sempat menjawab pertanyaan suaminya tubuh mereka terbanting keras ke bawah dan kepala mereka berdua pecah dan mengeluarkan begitu banyak darah, tubuh ayah dan ibu berguncang perlahan. Mereka berdua meregang nyawa dalam dekapan satu sama lain.“Ibu... Ayah...,” suara teriakan Kayla menggema di gedung itu.Fery terbengong melihat jasad ke dua orang tua angkatnya dari lantai delapan, Rey memeluk erat Kayla yang sedang meronta dan menangis, walau ibunya tega merencanakan kematiannya tapi gadis itu tetap sayang dan mencintai setulus hatinya.“Kenapa mereka nekat mengakhiri hidup mereka dengan cara itu? Apa mereka tidak s-sayang denganku...?” suara Kayla tercekat karna tangisannya.Rey mengelus rambut Kayla dan mencoba menenangkan gadis yang ada dalam pelukannya itu. “Tenangkan dirimu! sebaiknya kita mencari Tasya, entah di mana dia berada kini?&rdquo
Read more
Kekejaman Kayla
Tasya melirik Bram yang masih bengong dan gadis itu mengguncang tubuh Pria yang duduk di sebelahnya dan melontarkan pertanyaan.“Apa yang kau pikirkan, Bram? Apa kau mendengar perkataanku tadi?” kata Tasya pelan. “Aku mendengarnya dengan cukup jelas!” sahut Bram.“Lalu kenapa kau tak segera menjawabnya?” Tasya beranjak dari tempat duduknya.“Ini semua sudah menjadi jalan takdir kalian berdua, berusahalah menjadi gadis yang tangguh! Sedikit mengertilah dengan situasi ini, tak semua yang kau lihat itu benar,” Bram memaparkan segalanya dengan suara yang lembut nan mendayu.“Apa mungkin aku bisa? Hatiku sakit tanpa alasan Bram.” Tasya mengelus dadanya dan air mata perlahan menetes.“Yakinlah pada dirimu sendiri! Jangan mengekang hati dan pikiranmu,” Bram menyekat air mata Tasya.Pemuda manis tersebut memeluk Tasya dan tanganny
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status