All Chapters of Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
133 Chapters
11. "Mereka" datang!
Andira berlari dengan tangisnya yang sudah kembali pecah. Sesekali tangannya mengusap bulir-bulir bening yang mengalir membasahi kedua pipinya. Entah apa yang ada di dalam pikiran suaminya kali ini, Andira sama sekali tidak bisa memahaminya. "Dira sayang, kamu kenapa?" Leni yang baru saja turun dari mushollah bersama Deni dan juga Ema, terkejut saat berpapasan dengan Andira yang tengah berlari sambil menangis. "Aaaaarrrrgghh.." Tiba-tiba erangan panjang seseorang mengalihkan perhatian mereka. "Bagas." Leni memekik dan berlari ke arah sumber suara yang diikuti oleh Ema, Deni dan Andira di belakangnya. "Bagas, buka pintunya. Kamu kenapa?" Teriak Leni saat mendapati pintu kamarnya terkunci dari dalam. "Tidak, bawa Andira pergi dari sini Bu. Aku tidak ingin menyakitinya lagi. Aaarrrgh." Seru Bagas dari dalam kamar. "Apa maksudmu? Cepat buka pintunya." Leni yang tak mengerti, tetap berusaha membuka pintu kamar itu. "Mereka datang Bu, mereka
Read more
12. Siluman Macan Putih
Suara berat itu terdengar menggema di dalam kamar Bagas dan membuat Leni, sang ibu terkejut.  "Hah? K-kenapa suara Bagas terdengar berbeda?" "Itu bukan Nak Bagas Bu, itu suara mereka yang bersembunyi di dalam tubuhnya." Imbuh Ustadz Syafi. Deg, seketika rasa tak tenang menghantui hati Leni. "M-mereka? A-apa firasatku itu benar?" Leni berharap jika apa yang ada di pikirannya tidak benar-benar terjadi, namun harapannya sirna begitu saja kala sang Ustadz mengangukkan kepala tanda mengiyakan. "KALIAN PARA MANUSIA, SERAKAH! TIDAK PERNAH BERSYUKUR DENGAN APA YANG KALIAN MILIKI. ANAK INI MEMILIKI SUATU KEISTIMEWAAN. TAPI SAYANG, KARENA SIKAPNYA YANG SALAH, DIA BAHKAN MENANAMKAN KEDENGKIAN DI HATI SESEORANG, DAN ITU AKAN MENJADI CAMBUK DALAM BIDUK RUMAH TANGGANYA. HAHAHA.." "Tidak. Kami tidak percaya dengan kalian para jin! Terutama kau yang Siluman!" Tunjuk Ustadz Syafi ke arah Bagas. "A-apa, S-siluman?" Terkejut. Ya, tentu saja Andira s
Read more
13. Sentuhan panas
Pyaarrr.Semua kaca jendela hancur berkeping-keping bersamaan dengan suara teriakan Bagas, bahkan semua orang histeris saat melihat tubuh bagas yang melayang ke atas. "AAAAAAARRRRRRRRGGGGHHH..." Bagas mengerang panjang, tubuhnya bahkan terlihat mengejang hingga kepalanya tertarik ke belakang. Kedua matanya yang memerah, melotot serta mulutnya pun menganga sangat lebar. Dia berteriak sangat keras, seolah mendorong sesuatu yang sangat besar yang akan keluar dari sana. Buugh, tubuh Bagas terhempas dengan sangat keras ke atas lantai, bersamaan dengan darah segar yang menyembur keluar dari mulutnya. "Sayang, kamu tidak apa-apa?" Andira berhambur memeluk tubuh Bagas yang terkulai lemas. Bahkan rasa paniknya tak terbendung kala melihat darah yang bercucuran dari mulut suaminya. "Buka matamu sayang."    *** "Sepertinya ini akan sagat sulit." Seru seorang pria tua yang sedang duduk di sebuah kursi rotan di ruang tamunya. Kepalanya mang
Read more
14. Selasa Legi
Kedua mata Tari melebar kala merasakan sentuhan itu kian menjalar ke atas pundaknya, bahkan sentuhan itu terasa semakin panas seolah membakar punggungnya. Namun, karena rasa ingin tahunya yang lebih besar dari rasa takutnya, hingga hatinya terus saja mendorong pikirannya untuk selalu memastikan apa yang membuatnya penasaran. Meski kini jantungnya tengah berdegup sangat cepat, Tari mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk melihat apa yang bergerak di balik punggungnya saat ini. "Aarrgh." Dengan cepat Tari beringsut menjauh menutupi wajahnya dangan kedua tangannya. Dia sangat terkejut saat ekor matanya menangkap sebuah tangangan yang memiliki kuku hitam yang sangat panjang, merayap di balik punggungnya. Tangan tersebut bahkan terlihat mengitam dengan banyak belatung yang menggeliat di balik dagingnya yang mengering. "T-tangan s-siapa itu Mbah?" Tanyanya dengan suara yang bergetar, wajahnya pun kini memucat karena ketakutan. Kedua matanya kembali menelisik seluruh ruang
Read more
15. Serangan mendadak
Rasa sakit hati Tari yang sudah mendarah daging, membuatnya bertekat untuk mengahancurkan rumah tangga seseorang meski hal itu akan sangat beresiko dalam hidupnya. "Kalau begitu, tunggu sampai hari Selasa Wegi dan carilah mayat yang baru saja di makamkan pada hari itu." "Untuk apa aku mencari mayat Mbah?" Tanyanya dengan menautkan kedua alisnya. "Ambillah satu tali pocong yang berada di kakinya." "T-tali p-pocong Mbah?" Tari membulatkan kedua matanya, saat pria tua yang sedang bersila di hadapannya ini memberinya tugas untuk mengambil sebuah tali. Namun bukan tali biasa, melainkan tali dari pocong.   *** Satu minggu berlalu dan Bagas pun tidak mengalami hal serupa lagi. Meski begitu, Leni tetap tidak mengijinkan mereka untuk kembali tinggal berdua saja di rumah mereka untuk menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan kembali terjadi.  Hari ini adalah hari di mana Andira dan Bagas kembali ke aktifitasnya
Read more
16. Tali Pocong
*** "Kalau bukan karena balas dendam. Ogah aku main ke kuburan tengah malam begini." Keluh Tari, kesal. Dengan berbekal pencahayaan yang berasal dari  ponselnya, kedua kakinya melangkah pelan menerobos semak belukar yang mengarah ke suatu tempat. Sesekali tangannya terlihat mengibas, mengusir para nyamuk yang akan hinggap di kulit tubuhnya. "Lagian, kakek tua itu kenapa harus tahu segala sih, kalau waktu itu aku mengubur buntalan kain itu bersama temanku!" Rutuknya lagi. "INGAT! KAMU HARUS MENGAMBILNYA DENGAN KEDUA TANGANMU SENDIRI DAN TIDAK ADA YANG BOLEH TAHU TENTANG HAL INI, APA LAGI JIKA KAMU SAMPAI MINTA BANTUAN PADA ORANG LAIN." Perkataan mbah Kaji itu, terus saja mengiang-ngiang di kepala Tari. Pletak. "Aaarrgh." Ocehan Tari terhenti saat tiba-tiba ia merasa ada yg menimpuk kepalanya. "Siap-pa i-tu?" Dengan cepat Tari segera mengecilkan volume suaranya, saat ia tersadar jika saat ini dia tengah berada di tenga-tengah semak belukar.
Read more
17. Mahluk kecil bertubuh merah
Di saat beberapa warga yang tengah berpatroli asik memperbincangkan tentang kisah-kisah mistis yang mereka percaya benar adanya, tiba-tiba sesuatu melesat cepat dan menggelinding melewati mereka. Sish, pluk. "Aaaarrgh.." Para warga berhambur saling menjauhkan diri. Mereka tekejut saat melihat suatu benda yang berbentuk bulat, menggelinding cepat di hadapan mereka. Sepasang warnah merah menyala yang melekat pada benda bulat tersebut, membuat mereka semakin yakin jika benda bulat tersebut adalah sebuah kepala terbang. Seperti gosip-gosip yang tengah beredar di kalangan para emak-emak di Desa Cempaka akhir-akhir ini.  "Mereka kenapa?" Gumam Tari yang masih bersembunyi di balim pohon besar. Tari menautkan kedua alisnya, entah apa yang membuat mereka berlari terbirit-birit seperti itu. Yang pasti, Tari sekarang bisa bernafas lega karena dia bisa melanjutkan rencananya seperti semula. Dag, dig, dug.. Baru beberalangkah Tari melangkahkan kedua k
Read more
18. Balas dendam
Sesuai dengan apa yang diucapkan Bagas tadi pagi pada Andira. Saat sang surya telah berpulang ke dalam peraduannya, dia benar-benar menggempur istrinya tanpa memberinya ampun sedikitpun. Entah sudah ke berapa kalinya dia menggagahi sang istri, seakan dirinya tidak akan pernah puas untuk menikmatinya. Keduanya saling meluapkan perasaan cinta mereka dengan suara erangan serta desahan erotis yang memenuhi seluruh ruang kamar mereka. Sepasang suami dan istri itu benar-benar melewati malam mereka dengan sangat syahdu. "Sayang..." Goda Bagas, menatap sang istri yang mulai memejamkan kadua matanya karena kelelahan. Tangan kirinya ia gunakan untuk menyanggah kepalanya sembari tidur menyamping di sebelah Andira, sedangkan tangan kanannya kembali bergelirya menjamah bagian-bagian sensitif istrinya. "Eumm, sayang. Ku mohon berhentilah, tubuhku sudah benar-benar remuk. Belum lagi besok kita masih harus bekerja." Rengeknya dengan memelas.  "Baiklah. Tapi janj
Read more
19. Mahluk berbulu hitam
Tari menarik nafas dalam, berusaha mengatur detak jantungnya yang masih berpacu tak stabil. Dia memejamkan kedua matanya, memusatkan pikiran dan hatinya untuk membulatkan tekatnya. "Aku harus mampu melewati ini, bisa saja ini adalah ujian keduaku." Gumamnya, lirih di dalam hati. Dengan gerakan pelan dia mengarahkan cermin mininya itu tepat ke arah belakang punggungnya. Tangan yang bergetar karena ketakutan, ia genggam erat dengan tangannya yang lain. Kemudian Tari membuka kedua kelopak matanya secara perlahan. "Aaaarrgh.." Tari berteriak dan berlari sembari menghentak-hentakkan kedua kakinya ke tanah. Dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri dari mahluk yang tengah menempel di balik punggungnya. Mahluk itu dipenuhi bulu berwarna hitam di sekujur tubuhnya, wajahnya seperti seekor kuda hitam dengan kedua mata yang berwarna merah, serta seluruh kukunya pun terlihat panjang dan hitam, sungguh membuat mahluk itu terlihat sangat menyeramkan. Sesekali mahluk hitam
Read more
20. Buah kelapa bertaring
Di saat pandangan Tari tengah fokus untuk mencari sesuatu yang telah menarik perhatiannya, tiba-tiba dari kejauhan dalam gelapnya malam, muncul sesuatu yang melesat terbang dengan sangat cepat.  Siissh.  "Aaahh, apa itu?" Karena terkejut, tubuh Tari pun sampai terjungkal ke belakang.  Krecek, krecek, krecekk.  Suara itu kembali terdengar di telinga Tari, bahkan semakin lama semakin tergengar cepat dan semakin jelas. Tari pun mulai gelisah, dengan posisi yang masih terduduk di tanah dia kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh hamparan rerumputan. Kedua matanya membulat sempurna saat pandangannya menangkap suatu pergerakan yang membelah hamparan rerumputan yang jauh di sana. Manun, pergerakan itu kian lama kian cepat.  Krecek, krecek, krecek, krecek, krecek, krecekk.. Siissh...  "Aaaarrrghpp..." Tari segera membungkam mulutnya sendiri agar teriakannya tidak terdengar oleh warga sekitar. Kedua mat
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status