All Chapters of Pesan Nyasar Dari Sahabatku: Chapter 101 - Chapter 110
119 Chapters
101
BAGIAN 101MEREBUT HATI MAMA           Mungkin wajahku saat ini sudah semerah buah tomat yang ranum. Ya, saking malunya. Sungguh, ucapan Mami Yani yang kunilai begitu berlebihan dan kurang pantas buat diucap tersebut telah sukses mencoreng mukaku di depan Romli. Sopir Pak Dayu di kantor itu besok hari mungkin akan menyebarkan kabar ini pada teman-teman yang lain. habislah aku dicaci maki oleh orang. Dikatai wanita gatal, sebab belum cerai saja sudah berani dekat-dekat dengan direktur. Bayangan buruk itu pun langsung berkitar di kepala. Memenuhi sanubari dan sungguh membuatku sesak.          “Kalian hati-hati di jalan, ya. Mami akan menyiapkan semuanya dulu. Ya, sudah. Teleponnya matikan saja dulu.”          Sedikit lega hatiku mendengarkan celoteh girang Mami di seberang sana. Sementara dia sibu
Read more
102
BAGIAN102SURAT MISTERIUS          “Ya Allah, kesayangan Mami!” Jerit histeris penuh suka cita itu menyambut kedatanganku. Gegap gempita Mami bersorak di depan pintu. Meskipun terduduk di atas kursi roda yang didorong oleh sang suster, tak menyurutkan semangat ’45-nya. Aku yang berjalan dengan langkah gontai di samping Pak Dayu hanya bisa memaksakan senyum di bibir. Senyuman hambar tentu saja. Jiwaku sontak tertekan dan meronta-ronta ingin pulang.          “Mami,” sapaku dengan suara parau. Kuulurkan tangan ke arahnya, kemudian mencium tangan keriput nan kurus milik Mami dengan takzim. Sementara itu, tangan kiri beliau sibuk mengusap-usap puncak kepalaku yang tertutupi hijab rawis warna salem.          “Ayo, masuk. Kamu pasti lelah kan, di perjalanan. Mandi dulu,” ujar Mami bers
Read more
103
BAGIAN 103TAK PANTAS KUPILIH           “Riri, kamu benar-benar cantik malam ini. Mami ternyata tidak salah memilihkan pakaian buatmu.”          Selesai salat berjamaah, kami bertiga makan malam bersama di meja makan yang terasa begitu luas bagiku. Kali ini, Mami meminta para pembantu, sopir, dan perawatnya untuk makan terpisah sebab ada hal penting ingin dia bicarakan pada kami berdua. Tentu saja aku merasa begitu was-was saat harus duduk sendirian menghadap dua orang yang masih saja menurutku sangat misterius tersebut. Apalagi kalimat demi kalimat yang tertuang dalam surat cinta di kamar mandi tadi masih terngiang-ngiang di kepala. Betul-betul sangat menggangguku.          “Terima kasih, Mi,” sahutku sambil memaksakan tersenyum.       &nbs
Read more
104
104GOSIP MURAHAN           “Dayu, tutup mulutmu! Kamu harus menyadari bahwa sikapmu yang seperti itulah yang membuat wanita tak suka!” Mami tiba-tiba menghardik anaknya. Kedua bola mata sayu itu kini membeliak besar. Begitu tampak rasa kecewa Mami yang besar kepada sang ragil. Aku setuju dengan beliau. Kalau saja Pak Dayu tak begitu padaku sejak awal, mungkin aku bisa saja menerimanya.          “M-maafkan aku, Mi,” sahut pria itu dengan terbata-bata.          “Minta maaf pada Riri! Berjanjilah untuk tidak menekannya lagi, meski dia telah menolakmu mentah-mentah!”          Pak Dayu mengangguk. Terlihat dia begitu tak memiliki daya apabila di hadapan sang mami. Pria itu menatapku dengan tatapan yang lebih melunak. Dia pu
Read more
105
105MURKA MAMA           Kata-kata Amad yang membuatku meradang hanya bisa kuabaikan. Tak kujawab dengan barang sepatah kata pun. Segera kurebut barang bawaanku darinya, lalu setengah berlari menuju mobil. Buat apa klarifikasi, pikirku. Telat! Semua orang di kantor ini telanjur telah berpikir bahwa kami telah menjalin hubungan spesial. Bila Pak Dayu memang merencanakan semua ini untuk mencemarkan nama baikku, maka sesungguhnya dia telah berhasil! Ya, dia memang kurang ajar. Laki-laki paling pecundang yang pernah kukenal di muka bumi ini kini bertambah menjadi satu lagi, yakni Handayu.          Aku pun memasukkan seluruh bawaanku ke bagasi. Secepat kilat kututup kembali bagasi, kemudian masuk ke kursi kemudi. Tanpa menunggu lama, aku segera tancap gas. Melewati pos satpam begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata perpisahan atau ucapan terima kasih paa Amad.
Read more
106
106SURAT SIDANG PERTAMA           Suasana di rumah maupun di kantor sama tak enaknya untukku. Mama yang bersikap sinis padaku di rumah, lalu teman-teman kantor yang kini melemparkan pandangan aneh bin julid. Aku tak berani membahas masalah ini pada siapa pun, apalagi kepada Eva. Sejak pagi aku hanya diam di meja kerjaku. Menjawab beberapa panggilan customers yang lumayan berperikemanusiaan atau mengelola sosial media khusus pengaduan milik perusahaan yang tak begitu ramai komplain hari ini. Ketika hampir mendekati jam makan siang, tiba-tiba Eva menyeret kursi kerjanya ke mejaku. Menatap dengan penasaran seakan sikapku hari ini berbeda di matanya.          “Riri, kenapa dari tadi diam aja, sih?” Mata wanita itu terlihat penuh selidik.          “Hmm, ya?” tanyaku pura-pura gelagapan.
Read more
107
107TANTANGAN UNTUK CHRIS           “Udah, nggak usah dibahas! Aku sekarang turun ke resto. Tunggu aja di sana,” pungkasku.          “Oke-oke. Aku segera meluncur. Kamu hati-hati di jalan. Bye.”          “Assalamualaiku!” kataku dengan nada yang agak kesal.          “Waalaikumsalam.”          Sambungan telepon pun kupadamkan. Buru-buru aku keluar dari toilet dan betapa terkejutnya saat melihat Eva tengah mencuci tangan di wastafel yang berada tepat di seberangku.          “Lama banget, Ri, di dalam?” Eva menoleh. Mengibas-ngibaskan tangan basahnya ke samping, kemudian menatapku dengan wajah y
Read more
108
108PENGAKUAN CHRIS           “Kalau memang berat untuk bercerita, lebih baik disimpan sendiri saja.” Aku berucap dengan nada menyerah. Mungkin setiap orang butuh privasi masing-masing. Aku jadi agak menyesal sebab telah menodong Chris untuk membeberkan aib masa lalunya.          Bertepatan dengan itu, seorang pelayan perempuan dengan seragam batik lengan ¾ datang bersama sebuah nampan yang terisi penuh makanan di atasnya. Perempuan berkulit kuning langsat dan rambut disanggul rapi ke belakang itu meletakkan satu per satu pesanan kami. Ada nasi goreng black pepper yang menggoda selera, nasi panas dengan taburan bawang goreng yang wangi, sate jamur kancing, dan semangkuk sup jamur tiram bersama sayur mayur lainnya. Chris seakan mendapatkan jackpot besar setelah interupsi itu datang. Dia jadi tak harus menjawab pertanyaanku tadi. Agak nyesek,
Read more
109
109TANGIS MAS HENDRA                   Kupandangi wajah Chris sejenak saat kami tiba di depan pintu ruang rawat inap biasa tempat di mana Mas Hendra berada. Masa kritisnya sudah lewat. Menurut dokter yang merawat, suamiku itu sudah dipindahkan sejak kemarin sore ke ruangan yang kebetulan hanya dihuni oleh dirinya seorang karena masih sepi pasien. Chris lalu balik menatapku. Mengangguk kecil seperti memberikan penguatan atas keraguan yang mendadak muncul.          “Masuklah duluan,” ucapnya lirih.          Aku pun dengan setengah enggan menarik handle pintu dan membuka pintu perlahan. Kulihat sesosok pria sedang terbaring di ranjang pertama dekat toilet dan pintu masuk. Pria yang tangan kanannya terpasang borgol itu menoleh ke arahku. Tatapannya sayu. Waja
Read more
110
BAGIAN 110SURAT DARI MAS HENDRA           Kepada YTH. Riri Mustika          Di tempat           Berkenaan dengan sidang mediasi hari ini yang dilaksanakan di kantor Pengadilan Agama, saya Hendra Purnama menyatakan menerima segala tuntutan cerai yang Anda layangkan dan sepakat untuk berpisah secara baik-baik. Atas segala harta yang kita miliki selama pernikahan berlangsung, saya merelakan bahwa harta tersebut dikelola oleh Anda demi kepentingan putri semata wayang kita, Carissa Farzana. Saya juga berkomitmen untuk tidak akan pernah hadir pada sidang-sidang selanjutnya demi proses perceraian yang lebih cepat.          Sekian surat pernyataan ini saya buat. Surat ini saya buat tanpa paksaan oleh
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status