All Chapters of AYAH UNTUK DEVAN: Chapter 111 - Chapter 120
126 Chapters
BAB 111
"Devan, Daddy's home!""Daddy, Daddy apaan lo!" sahut seorang pria yang tentu saja Jefry mengenali suaranya.Jefry terlonjak melihat Helsa dan Adryan yang sedang duduk bersama Ayah dan Bunda di ruang tengah.Dua minggu lebih mengasuh Devan, Jefry mengajarkan keponakannya untuk memanggilnya dengan sebutan daddy.Selama kepergian adiknya ke Alaska, Jefry meminta pada Bunda untuk mengasu Devan. Mbak Maya disuruh menjaga rumah Adryan.Jefry bahkan mengajak Viola tinggal di rumah selama dua minggu, tapi tidak sekamar karena belum menikah."Lo berdua tiba sejak kapan? Kenapa nggak bilang, biar hot daddy ini yang menjemput?"Helsa tertawa geli mendengar cetusan Jefry bahwa dirinya hot daddy."Bapak dosen yang terhormat, segera tentukan tanggal pernikahan tahun ini sebelum istri saya berangkat," tutur Adryan."Iya kali di nikahan lo, gue menduda bersama Devan digendongan," tambah Adryan."Kamu habis dari mana?" tanya Ayah pada Jefry."Biasa, Yah. Bimbingan skripsi," jawab Jefry.Lantas pria y
Read more
BAB 112
"Selamat Ulang tahun, Akmal." Seorang gadis membawa cheesecake mini dengan lilin kecil diatasnya. Tersenyum manis, berharap laki-laki yang saat ini sedang duduk di kantin merasa senang.Akmal melengos, tidak suka dengan tingkah gadis dihadapannya yang suka seenaknya. Dari mana juga dia mengetahui bahwa hari ini Akmal berulang tahun.Mariana Glenca Rusdiantoro.Sudah hampir satu tahun gadis itu mendekatinya. Glenca juga sudah akrab dengan teman-teman Akmal. Apalagi dengan tante Dila, sepertinya posisi Helsa sudah mulai tergantikan oleh Glenca.Walaupun sering mendapat perlakuan buruk, gadis itu tetap baik pada Akmal. "Lo ngapain, sih? Gue nggak ultah," sentak Akmal. "Hari ini kan tanggal 13 februari. Kamu ulang tahun, masa kamu lupa. Buat permohonan dan tiup lilinnya," sahut Glenca masih dengan senyuman.Akmal tertegun. Di kantin teknik ini sangat ramai, hampir semua memandang ke arah mereka. Akmal cukup famous untuk mahasiswa semester awal. "Karena gue nggak mau buat lo malu, jadi
Read more
BAB 113
Setelah semalaman di infus, sore itu Adryan mencabut jarum infus dari tangan istrinya. Betapa senangnya Helsa bisa terbebas dari jeratan benda tajam itu. Ya, walaupun hanya semalaman."Jangan sakit lagi, Sayang," pinta Adryan dengan memberi satu kecupan pada punggung tangan istrinya. Hari ini Adryan pulang lebih awal, dan besok ia izin untuk tidak bekerja. Kalian pasti paham perasaannya sekarang, dia galau brutal akan ditinggal istrinya besok. Benar sekali, besok sekitar pukul delapan malam, Helsa akan flight ke Kanada. Meninggalkan Adryan dan Devan untuk sementara. Ingat, hanya untuk sementara. "Kamu mau ngapain lagi? Baru juga dibuka infusnya," tanya Adryan yang melihat Helsa menuju dapur. "Besok kan Helsa berangkat, jadi untuk hari ini sampai besok sore Helsa bakal kabulkan semua permintaan Mas. Sekarang Mas mau Helsa masakin apa? Mas juga belum makan siang," tawar Helsa. Adryan menekuk wajahnya, di hampiri istri kecilnya dan memeluk dari belakang, "nggak minta apa-apa dari
Read more
BAB 114
"Selamat ulang tahun, kesayangannya Papi."Devan dengan wajah bantal tertawa senang kalah mendapat sebuah kue ulang tahun bertema mobil tayo itu. Hari ini tepat satu tahun yang lalu anak kecil itu terlahir ke dunia. Hari dimana istrinya berjuang antara hidup dan mati untuknya.Ada yang masih ingat gimana momen lahirannya Helsa?Devan yang memang sudah bisa berjalan sejak usia sebelas bulan pun berdiri di ranjang. Merentangkan tangannya agar Adryan bisa menggendong."Jagoan Papi sudah satu tahun," seru Adryan sambil mencium gemas Devan.Sejak keberangkatan Helsa satu setengah bulan yang lalu, Adryan dan Devan tinggal di rumah Bunda. Wanita itu yang memintanya. Mbak Maya pun turut ikut bersama. Meskipun diasuh mbak Maya, setiap malamnya Devan tidur bersama Adryan, karena memang hanya pria itu yang Devan mau."Ayo kita turun."Baru menginjakan kakinya di lantai, suara dari pintu masuk mengejutkan keduanya.Ada Jefry dan Viola, pengantin baru yang belum sebulan menikah itu datang untuk me
Read more
BAB 115
"Bunda..."Bandar Udara Internasional Lester B. Pearson, Toronto, selalu padat seperti biasanya. Siang itu Helsa menjemput mertuanya setelah menyelesaikan beberapa urusannya di kampus.Dan disini sekarang, ia peluk wanita paruh baya itu dengan kerinduan yang begitu besar. Sedikit tangis membuat Bunda tak tega padanya."Sudah, Bunda capek banget. Langsung ke apar kamu aja," seru Bunda, menenangkan menantu manjanya itu.Helsa mengangguk, "biar Helsa yang bawah kopernya."Di taxi sepanjang perjalanan menuju apartemen, Helsa tidak lepas pelukannya. Kedatangan Bunda ke Kanada untuk berlibur, dan juga khawatir akan kondisi Helsa. Sudah hampir satu bulan Adryan tak menghubunginya, semanjak pertengkaran itu. Setiap hari Helsa menangis, mengadu rasa rindunya pada Adryan dan Devan melalui Bunda.Oh ya, Bunda tidak sendiri. Wanita tersebut datang bersama keponakannya, anak dari saudara Bunda. Namanya Kelly."Mbak Kelly sudah skripsi ya?" tanya Helsa."Sudah, sidang satu minggu lalu. Makanya bera
Read more
BAB 116
Arjun menepuk pelan pundak Akmal, lalu beralih duduk disebelah kawannya. Sudah hampir satu jam Akmal menunggunya di kantin kampus yang Arjun kuliah, banyak sekali yang ingin dia ceritakan pada Arjun."Lo nggak ada kelas hari ini?" tanya Arjun."Dosennya nggak masuk," jawab Akmal.Arjun menyerngit, dia tahu ada sesuatu yang mau Akmal bicarakan. Tapi, pemuda itu seperti masih memikirkan apa yang harus dibicarakan."Jun, Helsa apa kabar?" tanya Akmal.Sudah Arjun duga, pasti salah satu pertanyaannya adalah kabar mantan kekasihnya yang hilang bagaikan ditelan bumi."Gue nggak tahu, Al. Udah lama banget nggak ke rumahnya." Arjun berbohong, dia tahu sebenarnya tentang Helsa. Tapi, Arjun tidak ingin memberitahu perihal pernikahan Helsa dan juga kehamilan wanita itu."Jun, kayaknya gue mau berhenti kuliah.""Sembarangan kalau ngomong, ingat masa depan," ujar Arjun.Akmal menghela nafas gusar, "gue mau ikut pendidikan bintara.""Tentara?" tebak Arjun. Akmal mengangguk."Sudah semester tiga, ja
Read more
BAB 117
Lima tahun berlalu ...Anak kecil itu duduk dibangku depan pagar bercat merah putih, memperhatikan teman-teman seusianya yang dijemput orang tua mereka.Sudah lima belas menit berlalu, ia menunggu dijemput. Sesekali mengintip di area parkiran, mencari keberadaan mobil BMW berwarna hitam yang ternyata belum terlihat."Papi lama," gerutunya kesal. Ia hentak-hentakan kakinya, sudah bosan duduk di sekolahan ini."Devan!"Dia menoleh, mendapati wanita bersurai pendek yang berjalan ke arahnya, dan seorang pria tampan disampingnya."Mrs. Glenca!!" Devan berlari dan memeluk wanita itu.Wanita yang diketahui bernama Glenca adalah guru seni di sekolah dasar yang ditempuh Devan. Namun, ketika memasuki semester kedua, wanita tersebut memilih resign dikarenakan sudah tidak bisa membagi waktu dengan pekerjaan aslinya."Mrs, ngapain ke sekolah? Mau jadi guru Devan lagi?" tanyanya antusias."Mrs ada keperluan. Devan belum dijemput Papi?"Devan menggeleng, "mungkin karena macet.""Devan tahu nggak nom
Read more
BAB 118
Hari berlalu, bulan pun berganti. Satu tahun sudah Helsa berada di Jakarta. Selain mengurus keluarganya, Helsa pun disibukkan dengan pekerjaannya. Jabatannya yang hanya karyawan biasa di perusahaan Papanya sudah naik satu tingkat menjadi sekretaris Mamanya. Helsa sendiri yang meminta belajar dari bawah dahulu. "Devan-," panggil Adryan. Suasana meja makan terasa hening, biasanya Devan yang selalu banyak bicara. Menceritakan tentang sekolahnya, tentang teman-temannya yang absurd, guru yang cerewet, dan masih banyak lagi."Devandra-," sekali lagi Adryan memanggilnya.Tidak ada sahutan sama sekali, bocah itu malahan turun dengan membawa piringnya hendak makan di pantry dapur. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar deheman pria dewasa tersebut. "Azlan Devandra Van Brawi-," "Ia, Papi," sahut Devan. Jika Adryan sudah menyebut dengan nama lengkapnya, maka Devan tahu Papinya sedang tidak bercanda."Kenapa diemin Maminya dari kemarin, hm?" Devan mendekat pada kursi yang ditempati Ad
Read more
BAB 119
"Mami..!Wanita itu menoleh, tersenyum melihat jagoan kecilnya berlari menghampirinya. Helsa merentangkan tangan, menyambut pelukan Devan. Devan mencium pipi Helsa, lalu mencium punggung tangan wanita itu. "Mami pakai mobil Papi? Mobil Mami kemana? Kok Papi nggak jemput Devan?" tanyanya beruntun. "Lagi di service. Emang salah kalau Mami yang jemput?" Devan mencebik, "Devan kan udah bilang Mami nggak boleh jemput Devan.""Papi lagi sibuk," timpal Helsa. "Mami nggak kerja? Emang Oma nggak marah?" "Nggak. Mami udah ijin sama Oma," sahut Helsa, "ayo kita masuk." Helsa membuka pintu mobil untuk Devan, memakaikan seatbelt untuknya, lalu turut masuk ke dalam. "Kita jemput Papi dulu," kata Helsa. "Papi pulang cepet banget." "Nggak tau, Mami cuma disuruh gitu." Mobil keluar dari parkiran sekolah tersebut, dan melaju dengan kecepatan sedang menuju Mawar Medika. Hari ini mobilnya masuk service, jadi Helsa memakai mobil Adryan. Pria itu pun meminta untuk menjemput Devan sebelum kemba
Read more
BAB 120
Satu minggu setelah pertemuan Akmal dan Helsa. Devan selalu memberitahu bahwa teman Maminya yang ia panggil om tentara itu selalu mendatangi sekolahnya. Akmal mengetahui sekolah Devan dari Ranaya. Pria itu memaksa Ranaya agar mau jujur. Takut dimarahi Helsa, sebelum Akmal bertemu Devan, Ranaya meminta maaf pada sahabatnya. Helsa tidak menyalahkan Ranaya, sama sekali tidak. Karena dia tahu hal semacam ini akan terjadi. "Jadi, dia sering ke sekolah bertemu Devan?" tanya Adryan. Helsa menjawab dengan anggukan kecil. Sekarang mereka berada dalam satu mobil menuju rumah Mamanya. Seharian ini Devan di rumah Renata. "Kamu nggak marah, kan, kalau Akmal sering ketemu Devan?" tanya Adryan lagi. "Mas tau apa yang paling Helsa takutin disini." Adryan meraih tangan kanan istrinya, mencium punggung tangan itu. "Dia tahu Devan lebih butuh kamu, Sayang." "Mas, apa Helsa cerita sama Mama?" tanya Helsa. "Jangan buat Mama sakit karena hal semacam ini. Kamu tau kan, gimana perasaan Mama sama dia
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status