All Chapters of AYAH UNTUK DEVAN: Chapter 81 - Chapter 90
126 Chapters
BAB 81
"Mas...,""Kok tidur disini? Ayo bangun.""Dingin, nanti bisa sakit."Kelopak mata perlahan terbuka, iris mata coklatnya mencoba untuk menetralisir cahaya lampu yang menerpanya. Adryan menangkup wajah cantik yang terlihat pucat itu."Kamu pulang sayang?""Iya, Helsa pulang. Kenapa harus tidur disini?"Adryan tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dia memeluk wanitanya, bahkan sangat erat. Jangan katakan dia berlebihan, apa kalian tidak akan frustasi itu jika ditinggal pergi orang yang kalian cinta?Dia menangis dalam pelukan istrinya, menumpahkan segala lara yang membanjiri pikiran dan perasaannya. Adryan mengecup mesra kening Helsa, beralih pada punggung tangan wanitanya."Jangan pergi lagi, Helsa. Mas sayang, Mas cinta sama kamu," ucap Adryan bersungguh-sungguh. Sorot matanya teramat sangat tulus, tidak ada guratan kebohongan pada wajahnya.Braggghh..."Adryan!!!""Bangun!!!""Lo ngapain tidur di kamar mandi, gila!""Sa..., pulang, sayang." Adryan terus menggumamkan nama Helsa dala
Read more
BAB 82
"Dokter Adryan..." Pria berjas putih yang dipanggil dengan cepat kembali memutar arah, dia harus ke ruangan nya, namun suara anak kecil dengan kursi roda mengurungkan niatnya. Adryan berjongkok di hadapan gadis kecil yang sudah memakai hijab. "Denta cantik banget," puji Adryan. "Emang Denta masih cantik? Rambut Denta sudah habis," keluh Denta. Gadis kecil itu menunduk sembari memainkan kuku jarinya. "Jangan sedih dong, nanti rambutnya balik lagi," kata Adryan sembari mengusap kepala gadis itu. Benar saja, rambut Denta sudah tidak terasa dari luar hijab itu. Adryan tersenyum hambar, apa dia terlalu banyak memberi harapan untuk gadis ini? "Emangnya Denta masih bisa sembuh, dok?" "Apa nanti Denta bisa jaga Mama?" "Dokter kok bisa sehat, sedangkan Denta nggak sehat. Padahal umur Denta lebih muda dari dokter. Denta punya salah sama Tuhan?" Mendengar pertanyaan beruntun dari pasiennya membuat Adryan tidak tahu harus menjelaskan seperti apa. Pikirannya sedang kalut dengan kepergian i
Read more
BAB 83
Renata berjalan mengendap-endap memasuki rumah sahabatnya, Agya. Suara tangisan dua manusia yang dikenalnya dari kamar yang ditempati putrinya menarik perhatian. Renata legah saat Agya mengirimnya pesan bahwa Adryan datang menjemput Helsa.Setelah urusannya di Seminyak selesai, wanita paruh baya itu langsung kembali ke Penglipuran."Renata, untuk apa kamu disana?" panggil Agya saat mendapati Renata yang sedang berdiri di depan pintu kamar itu.Renata menghampiri Agya yang sedang sibuk menyiapkan makan malam, "aku senang Agya, akhirnya Adryan datang. Helsa itu keras kepala," ujar Renata."Persis kamu," tanda Agya yang sudah mengetahui karakter sahabatnya itu.Renata terkekeh. "Dari tadi nangis tuh suaminya," kata Agya.Braggghhhhh...Suara dari kamar itu mengalihkan perhatian Renata dan Agya, sepertinya itu guci yang ada di kamar. Agya tampak tersenyum dengan raut wajah Renata, Agya tahu Renata tidak enak hati."Tidak apa, Ren. Palingan guci kecil di kamar itu," ungkap Agya."Aku nggak
Read more
BAB 84
Jam sudah menunjukkan pukul 17:00 WIB, sesuai dengan permintaan Adryan yang memintanya untuk menunggu di lobby apartemen, disini Helsa sekarang. Wanita itu terlihat senang, terlihat dari semburat senyum yang tidak lepas dari bibirnya. Hari ini suami ganjen nya itu akan memberi kejutan. Helsa sudah tidak sabar dengan kejutan itu. Belum lama duduk disana, sepasang remaja dengan pakaian putih abu-abu mengalihkan perhatiannya. Helsa tersenyum melihat betapa serasinya mereka, tangan yang selalu menggenggam satu sama lain. "Pasti cowoknya sayang banget sama dia," gumamnya. Helsa tertegun sebentar, tiba-tiba saja terlintas bayangan masa lalunya. Helsa pernah sebahagia mereka, walaupun itu singkat. Kemudian dia beralih menatap cincin pernikahannya dengan lekat, mengingat saat pertama kali Adryan melamarnya. "Tapi aku lebih bahagia sekarang," lirihnya dengan mata sedikit berair, "Mas Adryan bisa kasih aku lebih dari kata bahagia itu sendiri." "Sayang...,"
Read more
BAB 85
"Helsa yang pegang kendali, dan Mas nggak boleh berkomentar atau menolak kalau Helsa minta lebih." Adryan yang tadinya bersiap menggendong Helsa ke ranjang mendadak menghentikan pergerakannya. Dia menangkup wajah Helsa dengan gemas, "kalau ngasih syarat yang benar dong, Sa." "Nggak mau? Ya udah, Helsa mau lanjut beres-beres," ujar Helsa santai, lalu membuang singlet suaminya keatas ranjang. Adryan yang merasa dipermainkan dengan cepat menggendong ibu hamil itu dan membaringkannya diatas ranjang kebesaran mereka, "kamu harus tanggung jawab." "Tanggung jawab apa?" tanya Helsa menantang Adryan yang sudah mengungkuhnya dibawah. Tidak menjawab pertanyaan itu, Adryan justru mengunci pergerakan tangan Helsa, lalu mencium wanitanya dengan lembut. Matanya terpejam, Helsa terbawa suasana dan membalas ciuman suaminya. Ciuman itu berangsur turun ke leher, tanda warna merah dan keunguan mulai tercetak di beberapa bagian leher wanita hamil itu. Helsa mengerang pelan, kemudian menjambak surai h
Read more
BAB 86
Satu minggu berlalu. Sudah selama itu juga Adryan dan Helsa menetap di rumah baru mereka. Helsa sempat menangis ketika mereka hendak beranjak meninggalkan apartemen itu, lebay memang. Namun, itulah Helsa, selalu cengeng dengan siapapun orangnya.Di rumah baru ini dia selalu kesepian jika Adryan berangkat kerja, meskipun ada asisten rumah tangga, itu tidak membuat wanita hamil itu merasa ramai. Ditambah dengan suaminya yang selalu pulang larut malam."HELSA!!!"Wanita itu memutar tubuhnya, matanya mengarah pada pintu utama rumah. Sekali lagi Helsa mendengar dengan seksama suara-suara yang tampak tidak asing. Seketika air matanya luruh, dengan langkah pelan, wanita itu berjalan menuju pintu utama."SURPRISE!!!!!"Lihat, siapa yang datang?Helsa menatap tidak percaya dengan keempat gadis centil yang mengejutkannya. Mereka mengenakan seragam sekolah. Ranaya, Citra, Diandra, dan Keke. Mereka adalah sahabat-sahabat Helsa. Jangan tanya dimana Bella."Sa..., lo nggak senang kita datang?" tany
Read more
BAB 87
Suara tangisan itu terdengar sangat pilu. Helsa memberanikan dirinya untuk menceritakan kembali kejadian yang membuat dia harus meninggalkan mantan kekasih itu. Sebenarnya ketika Adryan amnesia kemarin, dia sempat menceritakan itu. Tapi Adryan sama sekali tidak mengingat itu, makanya Helsa menceritakan lagi."Dia bilang mau sama Helsa, tapi dia nggak pernah percaya sama Helsa," jerit wanita itu dalam pelukan suaminya."Dia jahat sama Helsa, mas."Adryan mengangguk setuju. Jika saja dia tahu permasalahannya, malam itu dia akan memukul Akmal habis-habisan. Wanita itu terlalu baik untuk Akmal."Sa, kamu lihat mata mas," titah Adryan. Helsa menuruti permintaan Adryan, ditatapnya netra hitam yang selalu memandangnya dengan kasih sayang, netra hitam yang selalu memancarkan ketulusan untuknya."Kamu itu hebat. Nggak ada perempuan sesabar kamu. Mulai hari ini jangan ingat hal yang buat kamu sakit, termasuk bunda." Adryan kembali mendekapnya. Jujur saja, hatinya seperti ditusuk ribuan jarum ke
Read more
BAB 88
"Finally, dia menampakkan kelaminnya. Dokter Adryan mau punya jagoan." Dokter wanita dengan name tag Sofia begitu telaten menggerakan alat USG pada perut buncit Helsa. Suasana ruangan serba putih yang tadinya hening seketika terasa haru saat dokter paru baya itu memberitahu jenis kelamin janin yang ada pada rahim Helsa. Hari ini Adryan menemani istrinya mengecek kandungan di rumah sakit Mawar Medika, tempat dia mengabdi. Jadi ingat tempat pertama kali mereka bertemu. Adryan merasa bangga ketika dokter Sofia menyebut jagoannya, begini rasanya mau punya anak, ya meskipun begitulah. Adryan mengusap air mata yang mengalir di sudut mata istrinya. Genggamannya pada tangan kecil tidak lepas sejak tadi, Adryan terus berada disamping Helsa. "Serius itu cowok, dok?" Adryan memastikan. "Iya. Papanya aja ganteng, gimana anaknya nanti." Adryan mengalihkan pandangannya pada Helsa yang juga sedang menatapnya, perkataan dokter Sofia sangat menyakitkan bagi istrinya. Lihat bagaimana Helsa menggi
Read more
BAB 89
Dunianya terasa kosong, hal indah yang baru saja dilewati bersama layaknya pemanis buatan. Pria yang selalu menemaninya, yang selalu mengatakan cinta kepadanya pergi tanpa kabar. Sudah lima hari Adryan meninggalkan rumah tanpa pesan untuk Helsa, membuat wanita yang sedang hamil muda itu uring-uringan di rumah. Kata Marcel, rekan kerjanya yang juga berprofesi dokter, Adryan membuat surat cuti selama tujuh hari. Gila memang, ia meliburkan diri tanpa istrinya. Bagaimana jika Helsa kenapa-kenapa di rumah? Ponselnya mati beberapa hari ini. Helsa bingung harus seperti apa sekarang, begitu pun dengan Jefry yang sedang mencari keberadaan pria itu. Di apartemen miliknya pun kosong, Adryan benar-benar menghilangkan jejaknya. Apa mungkin ia mau pergi dari kehidupan Helsa? Tapi, itu tidak mungkin. Helsa selalu membuang prasangka buruk pada suaminya, Helsa tahu Adryan sangat mencintainya. Lagi dan lagi, wanita itu menangis. Seperti sekarang, dalam dekapan mamanya,
Read more
BAB 90
Lima hari sebelumnya .... Derap langkah sepatu pantofel begitu menggema di sepanjang koridor rumah sakit. Perasaan cemas dan gelisa terus menghantuinya, peluh keringat membasahi wajahnya. Dokter Adryan yang seharusnya sudah beristirahat di rumahnya, harus kembali ke Mawar Medika. Dokter Marcell menghubunginya sekitar tiga puluh menit yang lalu saat ia baru saja pulang bersama sang istri. Keadaan Denta memburuk, gadis kecil itu dilarikan ke rumah sakit lagi. Sesampainya di ruang ICU, jeritan tangis menyambutnya masuk ke dalam sana. Semua alat bantu pernapasannya sudah dilepas, wajah gadis kecil itu sudah pucat dan kaku, tangannya sangat dingin. Adryan mengambil Defibrillator, lalu memasang kembali pada beberapa bagian tubuh gadis kecil itu. Tidak lupa ia memasang kembali oksigen, dan mulai menjalankan alat tersebut untuk mengembalikkan detak jantung Denta. "Dokter Adryan, Denta sudah tidak bersama kita," ucap salah satu perawat disana. "AdAdAdryan, cukup! Denta sudah pergi, biarka
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status