Semua Bab Cinta Setengah Hati: Bab 81 - Bab 90
172 Bab
DELAPAN PULUH SATU
"Boleh aku masuk," ucap Johan sambil menyundulkan kepalanya di antara pintu ruang kerja Arvan dan hanya di balas anggukan oleh Arvan. Setelah mendapat izin Arvan, Johan kemudian melangkahkan kakinya masuk setelah sebelumnya memberikan senyuman kepada Siska.Siska memang sudah mulai kembali bekerja setelah libur tiga hari. Dia meminta Arvan menemaninya kembali ke apartemen. walaupun masih kesal karena kebohongan Siska, Arvan tetap menyempatkan diri untuk mengantarkan Siska ke Apartemennya. Di mengatakan ingin kembali kesana dan Arvan tidak melarangnya. Arvan pura-pura tidak tahu kalau kejadian waktu itu hanya kebohongan yang dibuat Siska. Namun hal itu semakin mengikis kepercayaan Arvan pada Siska dan dia juga mulai mempertanyakan etos kerja Siska hingga tanpa sadar Arvan justru semakin menjaga jarak dengan Siska.Johan datang sambil membawa berkas hasil rapat dengan timnya dan berniat menyerahkannya kepada Arvan. Johan berjalan perlahan seperti sedang mempertimbangkan sesuatu namun k
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH DUA
Beberapa hari sudah berlalu sejak hari Siska kembali bekerja. Semakin hari Siska semakin menyadari perubahan sikap yang ditunjukkan Arvan. Bila beberapa hari sebelumnya Siska berpikir bila perubahan sikap itu hanya perasaannya saja namun tidak kali ini. Siska sangat yakin Arvan sedang menghindarinya.Siska yang tidak mengetahui aladan Arvan mrnghindarinya menjadi geram dan kesal. Sesungguhnya dirinya dilanda kekhawatiran Arvan akan meninggalkannya ditambah rasa cemburu yang dirasakannya pada Amanda karena pernikahannya dengan Arvan.Siska menunggu dibalik meja kerjanya hingga Arvan keluar dari ruangannya. Dia berniat meminta Arvan mengantarnya pulang. Bagaimanapun insiden yang terjadi di apartemennya akan membuat Arvan berpikir bahwa dirinya membutuhkan perlindungan."Bapak akan pulang sekarang?" Tanya Siska saat Arvan melewati meja kerjanya."Iya Siska. Lagipula jam kerja kita sudah berakhir. Terima kasih untuk hari ini," ucap Arvan sambil menatap Siska."Maaf Pak,, bolehkah saya men
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH TIGA
Arvan berjalan menyusuri lorong apartemennya dengan wajah kesal dan sedikit pengumpat. Sementara Amanda mengikutinya di belakang sambil berusaha menahan senyumnya. Arvan mengomel sepanjang jalan sambil membersihkan celananya yang nampak kotor. Rencana menonton gagal karena pakaian yang dia kenakan sedikit kotor terkena es cream."Orang tua mana yang membelikan anaknya ice cream di jam segini, kalau anak itu sampai sakit bagaimana?" Omel Arvan sambil memperhatikan celananya yang kotor."Karena cuaca agak panas hari ini, lagipula kalau hanya satu ice cream tidak akan membuatnya jatuh sakit," ucap Amanda yang dibalas dengan tatapan kesal oleh Arvan. Amanda menutup mulutnya. Sepertinya bukan waktu yang tepat menjawab Arvan. Lebih baik diam daripada membangunkan macan tidur.Arvan membuka pintu apartemennya dan segera berjalan ke kamarnya. Wajahnya masih kesal karena insiden yang dialaminya di lobby apartemen tadi. Seorang anak kecil yang sedang berlari kecil sambil memegang ice cream me
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH EMPAT
“kau bilang tidak ingin aku beritahu?” ucap Arvan sambil memandang Amanda yang tetap fokus pada layar di depannya.“benar. Aku hanya penasaran," ucap Amanda tanpa mengalihkan pandangannya.Arvan yang tadinya menonton malah fokus menatap Amanda. Dia melihat betapa cantik dan bercahayanya Amanda berkat pantulan dari layar televisi, tapi hal itu sukses membuat Arvan terpaku menatapnya.Amanda terlihat tegang, karena scene yang menunjukkan bagaimana Julie dan R berlari menyelamatkan diri dari kejaran Zombie bertulang yang melepaskan daging mereka dan memakan apa saja karena rasa lapar yang dimiliki. Wujud mereka benar-benar nampak mengerikan.Amanda sesekali menutup matanya karena takut pemeran utamanya akan celaka, tentu saja hal itu nampak menggemaskan buat Arvan. Tidak ada yang bersuara selama film diputar. Amanda yang fokus pada layar dan arvan yang dengan tenang memandangnya seakan dia adalah lukisan mahal.Amanda hampir menangis di akhir cerita. Bagaimana tidak, R benar-benar telah h
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH LIMA
“Mungkin kau bisa menceritakan alasanmu saat aku melucuti setiap helai pakaianmu," ucap Arvan di atas Amanda. Arvan membuat jarak mereka menipis. Amanda membulatkan matanya mendengar ucapan dan tindakan suaminya. Sebisa mungkin dia berusaha melepaskan dirinya dari Arvan.Amanda terus berusaha melepaskan dirinya tapi hal itu justru membuat Arvan semakin menipiskan jarak diantara mereka. Dia bahkan dapat mencium aroma tubuh Arvan saat ini. Hal itu membuat konsentrasi Amanda pecah. Jantungnya berpacu tidak menentu. “Mas,, Lepaskan Aku," ucap Amanda yang masih berusaha melepaskan diri.Sepertinya Amanda harus memeriksakan jantungnya bila Arvan selalu menyerangnya seperti ini. Dia merasakan jantungnya berpacu berkali-kali lipat sekarang.Perlawanan Amanda seakan tidak ada Artinya bagi Arvan. Pria itu dengan mudah menepis perlawanan Amanda lalu mengunci kedua lengan Amanda keatas kepalanya setelah itu dia melumat bibir Amanda dengan gerakan penuh nafsu.Tidak berhenti sampai disitu. Arvan
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH ENAM
Senin siang dengan cuaca kota Jakarta yang terik dan menyengat, Arvan ditemani Johan baru saja selesai bertemu dengan klien mereka. Syukurlah semuanya berjalan lancar. Mereka baru kembali ke kantor dan singgah di ruangan Johan untuk makan siang. Arvan masih kesal pada Johan karena panggilan masuknya yang tidak mengenal waktu kemarin.“Lo kenapa sih? Muka lo tegang banget hari ini,, kagak dikasih jatah lo semalam?” ucap Johan asal.“Gara-gara lo, sial," ucap Arvan sambil melempar dokumen yang dibawanya ke meja.“kok lo malah salahin gue sih," ucap Johan nggak terima.“gara-gara lo, gue harus kerja lembur di hari minggu. Gue bahkan harus begadang," ucap Arvan yang malam itu terpaksa begadang memeriksa kembali pekerjaan Johan, dibayangi lekuk tubuh Amanda yang gagal disentuhnya.“karena situasi urgent, Bro. gue juga nggak mau lo ngamuk kalau datanya sampai nggak valid”, sanggah Johan masih berusaha membela diri.“iya, tapi lo bisakan infoin ke gue, biar gue nggak nunggu lo hampir dua jam,
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH TUJUH
Siska menghabiskan waktunya di salah satu kelab malam di Jakarta dengan berpesta dan menari dengan beberapa kenalannya. Seorang pria bahkan dengan jelas mencoba mendekatinya dan Siska sama sekali tidak menolak. Untuk apa dirinya berlagak jual mahal saat Arvan sudah tidak memperdulikan dirinya. Dia sungguh merasa frustasi memikirkan sikap bosnya. Terlebih saat berada di apartemennya bayangan Arvan seringkali mengganggunya. Siska sadar, dirinya memang bodoh membiarkan bosnya masuk ke apartemennya dan mereka menjalin hubungan disana. Saat itu dirinya terlalu buta dan berpikir bisa menaklukkan Arvan setelah pria itu mengalami patah hati. Lihatlah sekarang, dirinya tidak lebih hanya seorang sekretaris. Pria itu dengan mudahnya melupakan momen kebersamaan mereka. Mengingat hal itu membuat Siska semakin meneguk habis minuman di gelasnya. Lebih baik dia mabuk mungkin dengan begitu bisa mengurangi rasa sakit hatinya.Siska mulai menebarkan pesonanya berharap ada pria kaya yang akan tertarik p
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH DELAPAN
Seperti biasanya setelah mengunjungi mamanya, Amanda akan langsung pulang, dia tidak ingin Arvan mendapati apartemen kosong tanpa dirinya. Bila hal itu terjadi bisa saja arvan akan curiga dan mulai mencari tahu kegiatannya selama arvan tidak dirumah. Akan berbahaya baginya bila Arvan sampai mengetahui keberadaan mamanya. Amanda takut arvan akan memanfaatkan kondisi mamanya untuk menekan hidupnya.Amanda berjalan di lorong apartemen sambil membongkar tasnya mencari kunci. Dia pulang terlambat karena jalanan macet. Seharusnya dia bisa tiba satu jam yang lalu. Dia sudah membuka pintu apartemennya dan bersiap untuk masuk."Dari Mana," ucap seseorang dari belakang membuat Amanda membeku di tempat. Amanda merasa kakinya membeku dan sulit digerakkan. Dia memang sudah sangat terlambat pulang tapi dia tidak menyangka Arvan akan pulang lebih cepat dari biasanya."Dari minimarket sebentar mas," ucap amanda sebelum akhirnya masuk kerumah dan melepaskan tas yang dia gunakan. Arvan mengikutinya da
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH SEMBILAN
Seperti biasa di sore hari Cahyadi akan duduk santai di teras rumahnya sambil menikmati angin sore yang terasa sejuk. Ditambah lagi pepohonan yang tampak rimbun di sekitar teras rumahnya memberikan kesan asri pada taman itu. Selain itu kicauan lovebird yang saling sahut menyahut membuat pikiran Cahyadi lebih santai. Dia sungguh bersyukur dapat menikmati semua itu.Cahyadi sedang memperhatikan lovebird peliharaannya saat Sinta muncul dihadapannya. Sinta tetap terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak kepala lima. Sinta muncul menggunakan blouse hijau dipadukan A-line skirt dan menjinjing tas dari salah satu brand ternama. Sinta muncul dengan wajah menahan kesal. Cahyadi memperhatikan tingkah istrinya dalam diam. "Papa tahu, mama baru saja dari arisan dengan teman-teman mama," ucap Sinta dengan wajah cemberut."Tentu aku tahu. Kamu sudah mengatakannya tadi," ucap Cahyadi sambil kembali memperhatikan kandang lovebird."Mama sedang kesal, Pa," dari nadanya terdengar jelas bisa sesua
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH
"Siapa wanita cantik yang kamu bawa, Nak," ucap Sinta pada Arvan sambil menatap Amanda dengan penuh senyum.Amanda tersenyum seramah mungkin. sejujurnya dia sangat gugup sekarang. Ini pertama kali Amanda bertemu orang tua Arvan. Arvan membohonginya dengan mengatakan akan makan siang berdua namun begitu sampai ditempat tujuan mama Arvan sudah menunggu disana. Amanda bahkan menatap Arvan meminta penjelasan namun pria itu hanya tersenyum. Sepertinya dia tidak dapat menutupi rasa senangnya karena kejutannya berhasil membuat Amanda salah tingkah."Saya Amanda, tante," ucap Amanda ramah."Nama yang bagus. Perkenalkan Tante mamanya Arvan," ucap Sinta sambil memegang dadanya. Amanda mengangguk tanda paham.Mereka bertiga lalu berbincang-bincang sembari menunggu pesanan makan siang mereka datang. Arvan membicarakan mengenai sebuah proyek yang dia dan timnya upayakan untuk dapat 'tembus'. "Tante sempat bertanya-tanya mengapa anak tante enggan tante kenalkan pada anak-anak teman tante, ternyata
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status