All Chapters of Terjebak Gairah ABG: Chapter 101 - Chapter 110
197 Chapters
101. Noni Tidak Masuk Kerja
Sampai menjelang siang, Noni akhirnya memutuskan untuk tidak masuk kerja. Noni menghubungi pak Supriatna dan minta izin tidak masuk kerja. Noni jelaskan pada pak Supriatna kalau dia bangun kesiangan. Aku dan Noni berbicara tentang banyak hal, seperti biasanya dia tetap manja meskipun dihadapan nenek. Yang nenek tahu aku adalah ayah kandung Noni, sehingga nenek menganggap kedekatan ku dengan Noni adalah sesuatu yang wajar.Noni menceritakan hubungannya dengan Supriatna yang semakin intensif, mereka sering jalan berdua hanya sekadar ngobrol.“Aku belum bisa cerita pada Pak Supriatna, Pa.. tentang masa laluku. Biarlah nanti kalau dia tahu baru aku cerita.” Ujar NoniHal itu diceritakan Noni saat kami hanya berdua ngobrol di ruang tamu. Nenek menyibukkan diri di dapur. Aku serahkan sepenuhnya persoalan itu pada Noni,“Papa sih terserah kamu aja mana baiknya, Papa gak bisa memaksa kamu untuk menceritakan hal itu pada Supriatna.”Ada kekhawatiran Noni setelah menikah, dia khawatir tetap te
Read more
102. Menghindari Noni Ketemu Clara
Selepas makan siang aku keluar rumah dengan alasan untuk bertemu dengan Ningsih. Namun, sesungguhnya aku hanya ingin menghindar dari Noni yang minta temani tidur siang. Aku tidak ingin lagi Noni selalu terobsesi berhubungan denganku, yang berakibat buruk nantinya pada hubungannya dengan Supriatna.Kepada nenek juga sudah aku jelaskan kalau aku ada urusan dengan Ningsih. Aku tahu kalau Noni sangat keberatan aku meninggalkannya sendiri di rumah. Tapi, aku harus lakukan itu demi kebaikannya. Kalau sekadar menuruti hawa nafsu, jelas aku lebih memilih untuk kencan dengan Noni. Tapi, yang jelas itu bukanlah lagi pilihan yang terbaik.Aku menuju ke sebuah mall untuk sekadar cuci mata, namun iseng-iseng aku telepon Clara, kebetulan dia mengangkatnya.“Hai Clara.. kamu lagi di Bandung atau di Jakarta?” tanyaku saat dalam perjalanan ke maal.“Aku lagi di kosan om.. Om Danu di mana?” Clara balik bertanya.Aku jelaskan pada Clara kalau aku lagi di Bandung, besok akan pulang ke Jakarta. Clara sang
Read more
103. Noni Merahasiakan Sesuatu
Pulang dari kosan Clara aku langsung ke rumah nenek. Saat aku sampai di rumah Noni belum pulang kerja, aku ngobrol tentang banyak hal dengan nenek. Nenek minta tolong padaku agar bisa menasehati Adriana. Nenek keberatan kalau Adriana berhubungan dengan suami orang. “Danu.. mungkin gak kamu menasehati Adri agar dia tidak berhubungan dengan pak Anggoro? Nenek tidak ingin dia mengganggu rumah tangga orang lain.” Nenek katakan itu padaku. Namun, aku menyarankan agar nenek sendiri mengatakan itu pada Adriana. “Kalau saya rasanya gak mungkin nek menasehati Adri, bisa saja Adri mau dengar omongan saya. Tapi, pak Anggoro pasti keberatan.” Jawabku “Menurut kamu sebaiknya gimana? Nenek gak mau terjadi sesuatu pada Adri.”“Menurut saya, sebaiknya saat nenek nginap di Jakarta, nenek katakan itu pada Adri.”Nenek mempertimbangkan apa yang aku sarankan, beliau menganggap itu momen yang tepat untuk mengatakannya pada Adriana. Tapi, aku juga berpikir sebelum nenek bertemu Adriana, aku harus kemuka
Read more
104. Mendengar Curhat Noni
Setelah makan malam, aku dan Noni masih ngobrol di ruang tamu. Dia menceritakan hubungannya dengan Supriatna yang semakin intens, hanya saja dia merasa tidak menemukan kenyamanan dalam hubungan tersebut. Noni mengakui kalau Supriatna adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Aku sangat merasakan apa yang dirasakan Noni, meskipun dia tidak mengatakannya. Aku merasa iba dengan Noni, tapi aku tidak ingin larut dalam perasaan itu. Biar bagaimanapun aku harus memberikan ruang untuk Noni berpikir dalam menghadapi masalahnya. “Kamu kalau punya masalah, katakan saja sama Papa kamu. Siapa tahu Papa kamu bisa kasih jalan keluarnya. Masalah jangan kamu pendam Non.” Nenek menasehati Noni. “Iya nek.. aku akan ceritakan sama Papa, tapi tidak semuanya bisa aku ungkapkan sekarang.” Cetus Noni. Nenek memberikan gambaran sebuah pernikahan, di mana posisi seorang isteri saat mendampingi suami. Semua yang dilakukan seorang isteri sebaiknya diketahui suami. Dan nenek minta pada Noni, saat memutus
Read more
105. Noni yang Hampir Patah
“Aku biasa diperlakukan Papa dengan penuh kasih sayang, sulit rasanya aku menerima perlakuan seorang calon suami seperti itu..” Ucap Noni dengan lirih. Noni katakan itu dengan tetap memandang langit-langit kamar. Aku biarkan Noni menumpahkan segala keluh kesahnya, aku hanya mendengarkannya. Aku membalikkan badanku kearah Noni, aku tatap matanya yang penuh butiran airmata. Aku peluk Noni, aku katakan padanya, “Non.. apa yang kamu hadapi sekarang ini adalah sebuah proses, dimana Tuhan ingin menguatkan hati kamu dengan sebuah ujian.”“Iya Pa.. Noni sadar betul dengan semua itu, Noni menjadi dewasa oleh keadaan. Selalu begitu Tuhan menempa Noni.”Aku terus berusaha untuk menguatkan hati Noni, rasanya tidak adil kalau aku membiarkan Noni menghadapi persoalannya sendirian. Dia masih terlalu muda untuk menerima berbagai penderitaan. Baru saja dia berharap akan mereguk kebahagiaan, dan siap mengorbankan cita-citanya. Namun, rupanya dia belum bisa menikmatinya, dia masih harus diuji dengan
Read more
106. Kabar Baik dari Widarti
Saat menjelang fajar aku terbangun, aku sangat bersyukur tidak ada terjadi sesuatu antara aku dengan Noni. Semua sesuai dengan apa yang aku harapkan. Aku segera bangkit untuk menuju ke kamar mandi. Sambil mandi aku kembali teringat apa yang dialami Noni atas perlakuan Supriatna. Aku harus mencari solusi yang terbaik bagi Noni, juga bagi Supriatna. Biar bagaimanapun Supriatna adalah atasan Noni di kantor. Selesai mandi aku bangunkan Noni sembari aku berkemas untuk pulang ke Jakarta. “Papa pulang ke Jakarta hari ini? Kalau ada waktu, tolong Papa telepon Mama.. kapan Mama pulang ke Indonesia?” Noni hanya tanyakan itu padaku, setelah itu dia bangkit dan menuju ke kamar mandi. “Okey.. nanti Papa usahakan untuk menghubungi Mama ya” Jawabku dengan nada suara sedikit keras, karena Noni sudah masuk ke kamar mandi. Keluar dari kamar Noni, nenek sudah ada di ruang tamu, “Selamat pagi nek.. pagi ini saya pamit pulang ke Jakarta ya.”ucapku sembari menghampiri nenek dan duduk dihadapan nenek.
Read more
107. Firasat Tak Terduga
Widarti bercerita tentang banyak hal, dia juga katakan akan membuka rahasia siapa ayah biologis Noni terhadap nenek dan Noni. Aku merasa lega Widarti katakan itu, karena lebih cepat Noni tahu tentang hal itu akan membebaskan aku dari hubunganku dengan Noni. “Masih banyak yang akan aku katakan mas, tapi tidak mungkin melalui telepon. Aku percaya kalau mas Danu masih menjadi pendengar yang baik dari semua keluh kesahku.” Itulah yang dikatakan Widarti saat mengakhiri sambungan teleponnya. Aku sangat berharap kepulangan Widarti, karena kedatangannya tidak saja bisa melepaskan rindu banyak orang. Tapi, juga akan menyelesaikan banyak masalah keluarganya. Bagi aku siapa ayah biologisnya Noni masih misteri dan misteri itu sangat membuat aku penasaran. Tidak lama setelah aku menutup telepon, Sinta meneleponku,“Om Danu.. ada waktu gak hari ini? Aku harus ketemu dengan om.. aku lagi ada masalah yang harus aku ceritakan pada om?” tanya Sinta. Aku menghela nafas sejenak, sebelum menjawab pert
Read more
108. Karma yang Aku Terima
Aku begitu gundah, berbagai kecemasan berkecamuk di dalam benakku. Keringat dingin pun mengucur dengan deras disekujur tubuhku. Dengan kecemasan pula aku menanti jawaban isteriku, namun tiba-tiba Rani bangun dari pangkuan isteriku dia menghampiri dan memelukku.“Maafkan Rani Pa.. Rani gak bisa menjaga diri dan mengikuti nasehat Papa..” Rani katakan itu dengan berurai airmata.Aku balas pelukannya dan aku usap punggungnya, “Katakan saja sayang.. Papa akan mendengarnya. Apa yang sudah terjadi?”“Rani hamil Pa.. “ ucapnya sembari mengumbar tangisanBagai petir disiang bolong yang menerpa wajahku. Seketika aku tersadar kalau aku sedang menerima karma perbuatanku. Aku berusaha untuk menenangkan hati dan menahan gejolak amarah yang hampir membuncah. Aku ajak Rani bicara baik-baik dihadapan isteriku. Aku minta Rani duduk dengan tenang dan menatap wajahku, sedikitpun aku tidak memperlihatkan kemurkaan. Aku harus memberikan ruang pada Rani untuk bisa menerima kenyataan, dan aku akan mencari j
Read more
109. Masalah Baru yang Timbul
Saat menjelang sore aku terbangun, Rani duduk sambil menangis ditepi tempat tidurku. Ada kegelisahan yang memuncak dihatiku, namun aku tetap berusaha untuk tidak memperlihatkannya pada Rani. “Ada apa lagi Rani? Kenapa kamu bersedih?” aku mencoba menyelidik.“Radith belum bisa dihubungi Pa, ponselnya gak aktif.” jawab Rani dengan lirih dan terus berurai airmata. “Tetaplah tenang nak.. kamu kan kenal watak Radith dan harusnya kamu tahu sifatnya.”Yang membuat aku miris, Rani katakan kalau dia belum lama mengenal Radith. Aku tidak mengerti, bagaimana seorang mahasiswi semester 6 begitu mudah ditaklukkan lawan jenisnya. Kesuciannya yang begitu Agung, bisa diserahkan pada lelaki yang baru dikenalnya. “Belum lama kenal? Kok kamu bisa memasrahkan diri padanya?”Sejenak kemudian isteriku masuk ke kamar, dia menghampiri Rani dan memeluknya. Hanya itu yang bisa dilakukan isteriku untuk menenangkan Rani. Aku tidak ingin menambah beban pikiran Rani dengan berbagai pertanyaan, aku hanya menungg
Read more
110. Curahan Hati Sinta
Saat aku bersandar di kepala tempat tidur dan Sinta pun mengambil posisi bersandar di dadaku. Aroma parfum J’Adore Infinissime (Dior) begitu semerbak merasuki penciumanku. Dari aroma itu aku menangkap kemewahan yang disuguhi tubuh Sinta. Semua sudah berubah dari Sinta sejak dia menjadi ‘Sugar Babby’ Wempy, seorang pengusaha yang cukup dandy. “Om tahu gak.. aku hampir dilabrak isteri om Wempy di lokasi shooting, untungnya aku cukup mawasdiri.” ucap Sinta pandangannya ke televisi yang ada di kamarnya. “Kok bisa? Emang dia tahu kamu shooting di mana?” tanyaku.Sinta ceritakan kronologisnya mulai dari awal sampai akhir, dan dia merasa bersyukur aku kasih tahu agar waspada saat itu. “Aku gak tahu deh kalau om gak kasih tahu aku sebelumnya, mungkin aku sudah kena labrak.”“Tapi sekarang udah gak kan? Karena om sudah kasih tahu Clara juga, agar dia bisa mendamaikan Papa dan Mamanya.”Sinta mengarahkan tanganku agar memeluknya, diletakkannya tanganku melingkar diperutnya. “Udah gak sih.. o
Read more
PREV
1
...
910111213
...
20
DMCA.com Protection Status